KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Kamis, 29 Juli 2010

PERCATURAN PARA KANDIDAT CALON BUPATI WAKATOBI 2011-2016

Oleh : Ali Habiu

Walaupun hingga akhir bulan Juli 2010 belum juga diumumkan secara resmi para Kandidat Calon Bupati Wakatobi beserta kandidat calon wakil Bupati Wakatobi 2011-2016, namun berdasarkan konteksi lapangan hingga Minggu ke-3 bulan Juli 2010 sudah nampak jelas adanya 3 (tiga) kandidat pigus calon Bupati Wakatobi tersebut. Hal ini bisa diamati dengan sepak terjang para calon Bupati serta wakil yang diinginkannya baik calon inkubent maupun calon baru. Kini mereka berdasarkan strategi politik masing-masing melakukan bergaining position dalam menarik simpatisan massa di wilayah wakatobi dan masing-masing menklaim bahwa merekalah yang menguasai sektor-sektor ethnis tertentu dalam perkuatan floating mass menjelang hari H Pemilukada Wakatobi tahun 2011.

 Inilah sosok Ir.Hugua putra asli asal Tomia sebagai Bupati Wakatobi priode 2007-2011 yang masih berminat mencalonkan diri pada Pemilukada Wakatobi 2011 mendatang. Dia sebagai calon inkubent alumni Fakultas Pertanian Universitas halu Oleo ini dan mantan Direktur Utama LSM-Syanthesa tidak bisa lagi diragukan dalam melakukan strategi politik bagaimana massa bisa dikanalisasi menjadi basis partainya saat Pilkada dilakukan. Sosok ini orangnya harus banyak pihak mengakui sebagai orang yang ulet, pekerja keras dan memiliki orientasi pola pikir yang prospektifisme sehingga banyak menghasilkan terobosan-terobosan baru di era kepemimpinannya hingga saat ini. Meskipun demikian banyak juga dijumpai kebijakan-kebijakan pembangunan yang diterapkan tidak pro rakyat artinya kebijakan yang diambil belum menyentuh sektor reel dalam upaya peningkatan ekonomi kerakyatan di wilayah wakatobi. Hal ini boleh jadi diakibatkan oleh karena pola pikir dan kebijakan yang dilontarkan kepada jajaran ditingkat kepala SKPD tidak mampu dijabarkan dengan baik akibat dari lemahnya sumber daya manusia kelembagaan di jajaran sekretariat pemerintah daerah kabupaten wakatobi dan lemahnya sumber daya kelembagaan akibat dari organ-organ strukturisasi kelembagaan tidak dilengkapi dengan perangkat analisis jabatan dan analisis staf serta jobs description, sehingga pegawai-pegawai yang ada dijajaran SKPD tidak secara simultan mengetahui secara spesifik bidang tugas yang diembannya. Lemahnya sumber daya manusia kelembagaan bisa dilihat dari banyaknya kepala SKPD bahkan sampai ketingakat esselon III dan esselon IV tidak menguasai dengan baik bidang tugasnya sebagai dampak dari penempatan mereka tidak sesuai dengan disiplin ilmu, spesifik keahlian  serta pengalaman kerja yang dimilikinya selama ini. Selain itu postulat, hampir semua kebijakan sektor spesifik ekonomi pembangunan dikuasai oleh pengusaha-pengusaha asal dari komunitas "LSM- SYNTHESA", sehingga hampir sama sekali tidak kebagian sektor reel masyarakat pada umumnya.
Sosok Ir.Hugua bila kita amati secara dekat orangnya rada-rada pelit dan amat sukar sekali untuk bisa kita peroleh uang receh dari sakunya sendiri. dan inilah termasuk kelemahan-kelemahan manusiawi yang dimilikinya.
Pigur calon wakil Bupati yang diinginkannya adalah mungkin akan direkrut dari ethnis Liya dan yang paling potensil asal birokrasi atau akademisi untuk mendampinginya. Dan amat wajar bila dia memilih pendamping asal ethnis Liya mengingat komunitas ethnis ini memiliki daya tarik tersendiri di kalangan marga ethnologis di seluruh wilayah wakatobi dan orang-orang yang tepat saat ini yang di sher adalah : Ir. H. La Ode Abdul madiki, M.Si (Akademisi)  serta Drs. H. La Ode Boa sardiman, BC.Ku, M.Si (birokrasi dan politisi Golkar)


Lain halnya dengan Sosok yang satu ini, dia bernama H. Arhawi Ruda,SE  salah seorang putra asli Wanci yang tamat di Universitas Merdeka Malang. Pigur Arhawi adem-adem ayam ibarat air riak tak bergelombang dan merupakan ciri khas sebagai seorang pebisnis yang sukses dalam pengelolaan armada transfortasi kapal angkutan penumpang dan barang inter insuler di Wanci kepulauan wangi-wangi. Soal manejemen kepemimpinan perusahaan tak perlu diragukan lagi kemampuannya, namun yang masih dipertanyakan dan diragukan dari banyak kalangan ialah pengalaman menejemen pemerintahan dan manajemen publik boleh dikata masih sangat kurang sekali. Secara organisatoris orangnya tak perlu diragukan sebab terbukti  Arwahi saat ini menjabat sebagai ketua cabang Partai Amanah nasional Kabupaten Wakatobi, namun secara manajerial organisasional tentu masih banyak pihak yang meragukannya. Keragauan publik dalam menyikapi manajerial organisasional sosok ini adalah bisa terlihat langsung dari lemahnya dia dalam pengambilan keputusan karena pribadinya selalu ragu-ragu, padahal keputusan politik selalu harus didahului olehnsuatu keberanian baru bisa dicapai tujuan. Prospek yang menjadi pilihan mutlak dalam mencari pendamping dia adalah harga mati dengan mengambil ethnis Kaledupa sebagai calon wakil bupati yang diinginkannya. Dan dalam perjalanan ternyata sudah berjalan sosialisasi bersama H.Nasruan, SH yang saat ini aktif sebagai kepala biro hukum pemerintah provinsi sulawesi tenggara.
Setumpuk masalah politik yang kini dihadapi oleh pasangan ini adalah belum adanya restu Gubernur untuk peluang mengambil pintu PAN sebagai kendaraan politiknya serta H.Nasruan,SH sebagai pejabat birokrasi juga belum memiliki signal lampu hijau dari Gubernur untuk bisa secara bebas mendampingi politisi PAN asal wanci ini.

Sosok yang satu ini yang tampak besar sebelah kiri adalah bakal calon Bupati Wakatobi asal ethnis Liya yang bernama La Ode Bawangi. Dia terpanggila untuk mencalonkan diri menjadi calon Bupati Wakatobi 2011 didasarkan atas petunjuk spritual ketika dia melaksanakan ibadah haji tahun 2008 silam di tanah mekkah. Dorongan itu begitu kuatnya secara batin sehingga membuat pikiran setiap saat terobsesi untuk bagaimana cara meraih pilkada wakatobi 2011 tersebut, apalagi dibelakang maksud ini didorong penuh oleh Wa Ode Nurhayati anggota DPR RI asal dapil sultra yang saat ini membidangi pemerintahan. Segala upaya sosisalisasi telah dia upayakan dan alhamdulillah pintu sudah terbuka pada Partai Demokrat didukung oleh Partai Golkar baik di daerah maupun pusat. Latar belakang La Ode Bawangi adalah seorang ptajurit dari kesatuan Kostrad yang bermakrkas di kijantung Bogor dan kesehariannya di samping aktif sebagai prajurit, dia pernah beberapa kali diterjungkan di medan perang timor timur dan dia juga dikenal diberbagai pengusaha besar di jakarta sebagai pengaman khusus (security approach), khususnya dalam pengamanan area pasar senen, pasar baru dan glodok dari ancaman preman-preman. Sosok La Ode Bawangi adalah seorang spritualisme yang sangat taat atas kejadian-kejadian metafisis (mite kosmologis) dan memiliki kekuatan bathin yang tidak boleh dipandang enteng oleh lawan-lawan sesama calon bupati dalam pemilukada wakatobi 2011 mendatang. Tinggal satu yang dia nantikan adalah garis tangan dari yang maka kuasa. Sedangkan pasangan calon  wakil Bupati yang akan mendampinginya kemungkinan besar akan dia rekrut dari kalangan ethnis wanci dan sudah dalam pertimbangan adalah : Letnan Satu (Pol) Suherman dan yang satunya dari kalangan birokrasi yang hingga kini masih rahasia.

Rabu, 28 Juli 2010

USUL PERMINTAAN BIAYA DAK/APBN KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARAWISATA REPUBLIK INDONESIA

Oleh : Ali habiu

Dalam rangka mengantisipasi adanya arogansi ketidakperdulian pemerintah daerah kabupaten wakatobi atas pembinaan kebudayaan Keraton Liya dan pengembangan sanggar Seni Budaya Liya, maka Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya Sulawesi Tenggara mengajukan surat permintaan biaya kepada Menteri Kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia untuk dapat ditindaklanjuti sebagai berikut :

Kendari, 13 Juli 2010

Nomor    : 10/B/P.KABALI/VII/2010
Lampiran : --

Kepada Yth,
MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

DI.
JAKARTA. 

Perihal : Permohonan Mendapatkan Bantuan Dana Untuk Pembenahan Inpra Struktur Obyek Wisata Budaya  di Desa Liya Togo Lingkup Keraton Liya, Kepulauan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.

             Dengan ini disampaikan kepada Bapak Menteri, bahwa dalam rangka upaya meningkatkan promosi parawisata di sektor wisata budaya tahun-tahun mendatang di desa Liya dalam lingkup Keraton Liya maka saat ini diperlukan pembenahan dan pembangunan inpra struktur obyek parawisata yang selama ini belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Wakatobi. Potensi sarana obyek parawisata budaya yang terdapat didalam Lingkup Keraton Liya di Kepulauan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi berdasarkan artifak peninggalan budaya para leluhur masa lalu memiliki daya tarik tersendiri dan bisa dijual kepada para wisatawan bila mampu kita benahi sarana dan prasaranannya dengan baik sesuai kondisi keasliannya. Berkenaan dengan maksud tersebut dalam rangka ikut partisipasi mensukseskan program parawisata Kabupaten Wakatobi dan Destinasi Parawisata Indonesia, maka kami dari Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Sulawesi Tenggara mengajukan beberapa usul permintaan dana untuk dipakai dalam pembenahan inpra struktur obyek wisata budaya di desa Liya besar dalam Lingkungan Keraton Liya pada sektor mata anggaran DAK/APBN sebagai berikut :
1. Biaya pembangunan sarana Pusat Informasi Kebudayaan Liya berupa pembangunan 1 (satu) unit bangunan Kamali ukuran 10x20 m2 lengkap dengan etalase untuk pemajangan benda-benda dan artifak bersejarah termasuk tempat pemajangan hasil-hasil kerajinan rakyat berupa sarung hasil tenung, timbikar, hasil kerajinan perak, tembaga dan emas serta kerajinan lain yang dielaborasi dengan hasil-hasil keterampilan masyarakat yang termodifikasi, juga termasuk pemajangan pernaskahan sejarah, dan lain sebagainya. Biaya yang diperlukan untuk pembangunan Pusat Informasi Kebudayaan Liya ditaksir secara Lum Sum sebesar Rp.600.000.000,--(Enam Ratus Juta Rupiah).
2. Pembangunan proto type Bangunan Istana mantan Raja Liya (Mo’ori Liya, Lakina Liya) sebanyak 14 buah bangunan Kamali dengan ukuran 5x7 m2 dibangun sesuai dengan model keasliannya. Biaya yang diperlukan untuk pembangunan Istana Mantan Raja Liya ini sudah termasuk pembuatan papan tanda dan papan peringatan bagi setiap mantan Raja Liya yang pernah berkuasa pada zamannya ditaksir Lum Sum dengan asumsi Rp.65.000.000,-/buah. Biaya yang diperlukan untuk pembangunan 14 buah Kamali dengan total biaya sebesar Rp.910.000.000,- (Sembilan Ratur Sepuluh Juta Rupiah).
3. Pengadaan seperangkat alat tenung tradisional, alat pengrajin pandai besi, alat pengrajin emas/perak dan tembaga sebanyak 10 unit termasuk biaya program pendidikan dan pelatihan dari para penenung dan pengrajin yang dimiliki oleh masyarakat Liya dalam Lingkup Keraton Liya dari asal turun temurun dengan perkiraan dana sebesar Rp.750.000.000,-- (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).

             Sangat kami harapkan kepedulian Bapak Menteri dengan tidak memandang suku apapun mengingat eksistensi peninggalan kebudayaan Liya sejak dahulu kala memiliki nilai-nilai sejarah dan peradaban yang tinggi yang kini sudah saatnya untuk dilakukan pembinaan secara intensif dan terus-menerus agar bisa terbentuk suatu komunitas budaya dengan segala atribut yang mengiringinya sehingga suatu kelak dapat menjadi potensi obyek Wisata Budaya baik Lokal maupun Nasional dan dapat dijual kepada wisatawan. Pada kondisi demikian diharapkan sektor Wisata Budaya ini dapat menjadi stimulus bagi meningkatkan taraf ekonomi kerakyatan khususnya Liya yang saat ini masih termarginalkan dalam rangka peningkatan sektor reel sosial kemasyarakatan di Indonesia.

               Kiranya Bapak Menteri dapat memperhatikan permohonan kami ini sehingga dalam Revisi dan/atau Penganggaran dana sektor Pembinaan Kesenian dan/atau Kebudayaan dan/atau Parawisata pada Kementerian Kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia Tahun Anggaran 2010/2011 senantiasa mendapat resfonsibilitas untuk turut serta dianggarkan Pembenahan Inpra Struktur Obyek Wisata Budaya Lingkup Keraton Liya Kepulauan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pembenahan inpra struktur kebudayaan nasional. Pada akhirnya sangat kami harapkan pembagunan sektor Wisata Budaya dan kebudayaan yang selama ini menjadi muatan lokal senantiasa mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat dan para pengambil kebijakan untuk dapat ditetapkan menjadi muatan rutin DAK/APBN Kementerian Kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia agar masyarakat kita dapat segera maju sosial ekonominya dan pembangunan daerah serta hasil-hasilnya dapat berjalan merata di seluruh wilayah Republik Indonesia, dapat dirasakan manfaatnya pada semua lapisan masyarakat tanpa kecuali sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Panca Sila dan Undang –Undang Dasar 1945. Demikian permohonan kami, atas perhatian Bapak Menteri tak lupa diucapkan terima kasih, semoga Tuhan YME, Sang Hiang Widi, Gusti Alloh senantiasa melindungi kita semua dalam melakukan segala tujuan yang benar demi kemakmuran rakyat Indonesia, amin

BADAN PENGURUS PUSAT 
FORUM KOMUNIKASI KELUARGA BESAR LIYA 
(FORKOM KABALI) 
SULAWESI TENGGARA, 


                              Ketua,                                                            Sekretaris, 

                                  ttd                                                                    ttd

IR. LD. MUHAMMAD ALI HABIU,AMts.,M.Si            UMAR ODE HASANI,SP.,M.Si 

Tembusan : Disampaikan Kepada Yth, 
1. Presiden Republik Indonesia di Jakarta,
2. Menteri Dalam Negeri di Jakarta,
3. Kementerian Negara/Ketua BAPPENAS di Jakarta,
4. Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari,
5. Bupati Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
6. Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat RI di Jakarta,
7. Direktur Nilai Sejarah Sekretaris Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Parawisata RI di Jakarta,
8. Direktur Pengembangan Pasar Kementerian Kebudayaan dan Parawisata RI di Jakarta,
9. Kepala Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Kebudayaan dan Parawisata Kementerian Kebudayaan dan Parawisata RI di Jakarta,
10. Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP-3) Makassar di Makassar,
11. Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Provinsi Sultra di Kendari,
12. Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
13. Ketua Lembaga Adat Besar KABALI di Liya di Wangi-Wangi,
14. Ketua Cabang FORKOM KABALI se-Indonesia,
15. A r s i p.--.


-------------------------------------------------------

Kendari, 14 Juli 2010

Nomor : 11/B/P.KABALI/VII/2010
Lampiran : --

Kepada Yth,
MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARAWISATA REPUBLIK INDONESIA

DI.
JAKARTA.


Perihal : Permohonan Mendapatkan Bantuan Rutin DAK/APBN Kementerian Kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia Pada Setiap Tahun Anggaran Untuk Pembinaan Sanggar Seni Budaya KABALI Dalam Lingkup Keraton Liya, Kepulauan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.

                Dengan ini disampaikan kepada Bapak Menteri bahwa dalam rangka upaya komunitas masyarakat Keraton Liya dalam melestarikan kebudayaan Liya yang memiliki nilai-nilai seni budaya yang tinggi dan nilai-nilai sejarah peradaban yang sudah cukup lama berselang sejak pertengahan Abad XI lalu yang selama ini dipandang sangat kebelakang dan tertinggal pembinaannya sebagai akibat dari ketidakpedualian pemerintah daerah Sulawesi tenggara termasuk pemerintah kabupaten Wakatobi, maka perkenangkan kami dari Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Sulawesi Tenggara mengajukan permohonan kepada Bapak Menteri kiranya dapat kami diupayakan secara maksimal untuk diberikan bantuan dana dari alokasi sumber dana DAK?APBN Kementerian Kebudayaan dan Parawisata untuk dipakai sebagai anggaran pembinaan Seni Budaya, Adat Istiadat dan Tradisi Keluarga Besar Liya yang akan dikelolah melalui sanggar Seni Budaya KABALI, antara lain berupa :
1. Biaya pengadaan instrumentasi peralatan Seni Budaya, Adat Istiadat dan Tradisi Liya termasuk seragam latihan dan perlengkapan seperangkat elekton dan sound sistemnya untuk ditempatkan pada SANGGAR SENI BUDAYA KABALI PUSAT di Kendari sebesar Rp.172.000.000,-- (seratus tujuh puluh dua juta rupiah);
2. Biaya pengadaan instrumentasi peralatan Seni Budaya, Adat Istiadat dan Tradisi Liya termasuk seragam latihan untuk ditempatkan pada SANGGAR SENI BUDAYA KABALI CABANG WAKATOBI di Liya kepulauan Wangi-Wangi sebesar Rp.99.500.000,-- (sembilan puluh sembilan juta lima ratus rupiah);
3. Biaya Perawatan SANGGAR SENI BUDAYA KABALI pusat Kendari dan biaya-biaya pembinaan, pelestarian dan pelatihan Seni Budaya berupa : Lariangi Liya, Ngifi, Honari Mosega, Makandara Tamburu, Posepaa Modifikasi, Kenta-Kenta, Wemba Sehe, Pencak Silat Liya, Rabbana, Sampea dan Ande-Ande serta Panji-panjinya kebesaran Liya, diharapkan dapat dianggarkan setiap tahunnya minimal sebesar Rp.50.000.000,--(Lima Puluh Juta Rupiah);
4. Biaya Perawatan SANGGAR SENI BUDAYA KABALI Cabang Wakatobi di Liya, Wangi-Wangi dan biaya-biaya pembinaan, pelestarian dan pelatihan Seni Budaya berupa : Lariangi Liya, Ngifi, Honari Mosega, Makandara Tamburu, Posepaa Modifikasi, Kenta-Kenta, Wemba Sehe, Pencak Silat Liya, Rabbana, Sampea dan Ande-Ande serta atribut dan seragam dan Panji-panjinya kebesaran Liya, diharapkan dapat dianggarkan setiap tahunnya minimal sebesar Rp.75.000.000,--(Tujuh Puluh Lima Juta Rupiah);
5. Biaya pegelaran seni dan bakti sosial budaya dan kesehatan sosial diadakan minimal 2 kali setahun setiap kali liburan mahasiswa yang akan dilaksanakan oleh Komunitas Pemuda Pemudi Keluarga Besar Liya (KOMPI KABALI) pusat Kendari dengan melibatkan para medis 5 orang, dokter 4 orang, para sejarawan dan budayawan dan para aktivis KOMPI KABALI dari masing-masing asal Liya dan simpatisan dengan perkiraan alokasi penggunaan dana selama 2 kali kegiatan dalam setiap tahunnya dan dapat dianggarkan setiap tahunnya sebesar Rp.100.000.000,-- (seratus juta rupiah).

               Sangat kami harapkan kepedulian Bapak Menteri dengan tidak memandang suku apapun mengingat eksistensi kebudayaan dalam Lingkup Liya sejak dahulu kala memiliki nilai-nilai sejarah dan peradaban yang tinggi yang kini sudah saatnya untuk dilakukan pembinaan secara intensif dan terus-menerus baik secara internal oleh komunitas masyarakat Liya sendiri dan secara eksternal oleh Kementerian Kebudayaan dan Parawisata sehingga pada akhirnya beberapa tahun mendatang akan menjadi asset bagi potensi wisata budaya yang bisa diandalkan dalam mengangkat derajat ekonomi kerakyatan demi kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut sekaligus menjadi asset bagi pendapatan daerah dan nasional. Kiranya Bapak Menteri dapat menganggarkan dalam revisi dan/atau usulan DAK/APBN tahun 2010/2011 dan penganggarannya pada tahun-tahun akan datang sehingga pembangunan sektor sosial budaya dan kebudayaan yang selama ini menjadi muatan lokal dan termarginalkan oleh pemerintah daerah di Sulawesi tenggara senantiasa mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat dan para pengambil kebijakan untuk dapat ditetapkan menjadi muatan rutin anggaran Kementerian Kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia agar masyarakat kita dapat segera maju sosial ekonominya dan pembangunan daerah serta hasil-hasilnya dapat berjalan merata dan dirasakan manfaatnya pada semua lapisan masyarakat tanpa kecuali sebagaimana amanah dalam Undang-Undang Dasar 1945.

             Demikian permohonan kami, atas perhatian Bapak Menteri, tak lupa kami ucapkan terima kasih, semoga Tuhan YME, Sang Hiang Widi, Gusti Alloh senantiasa melindungi kita semua dalam melakukan segala tujuan yang benar, amin

BADAN PENGURUS PUSAT 
FORUM KOMUNIKASI KELUARGA BESAR LIYA
(FORKOM KABALI)
SULAWESI TENGGARA,

                              Ketua,                                                                Sekretaris, 

                                ttd                                                                          ttd

IR. LD. MUHAMMAD ALI HABIU,AMts.,M.Si                UMAR ODE HASANI,SP.,M.Si 

Tembusan : Disampaikan Kepada Yth, 
1. Presiden Republik Indonesia di Jakarta,
2. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah di Jakarta,
3. Kementerian Negara/Ketua BAPPENAS di Jakarta,
4. Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari,
5. Bupati Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
6. Ketua Komisi IX Dewan Perwakiran Rakyat RI di Jakarta,
7. Direktur Nilai Sejarah Sekretaris Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Parawisata RI di Jakarta,
8. Direktur Pengembangan Pasar Kementerian Kebudayaan dan Parawisata RI di Jakarta,
9. Kepala Pusat Pembangunan Sumber Daya Manusia Kebudayaan dan Parawisata Kementerian Kebudayaan dan Parawisata RI di Jakarta,
10. Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP-3) Makassar di Makassar,
11. Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Provinsi Sultra di Kendari,
12. Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
13. Ketua Lembaga Adat Besar KABALI di Liya di Wangi-Wangi,
14. Ketua Cabang FORKOM KABALI se-Indonesia,
15. Ketua Sanggar Seni Budaya Kabali Liya di Wangi-Wangi,
16. A r s i p.--.

USUL PERMINTAAN BIAYA PENGOLAHAN SANGGAR SENI BUDAYA DAN PELESTARIAN BUDAYA KEPADA PEMERINTAHAN KABUPATEN WAKATOBI

Oleh : Ali Habiu

Dalam rangka pelestarian nilai-nilai Budaya Keraton Liya Kepulauan Wangi-Wangi kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara dan pengembangan seni budaya melalui Sanggar Seni Budaya Kabali, maka Pengurus Besar Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya Sulawesi Tenggara telah mengeluarkan surat permintaan bantuan biaya kepada Pemerintah Kabupaten Wakatobi, agar mulai tahun 2011 dapat diberikan bantuan dana dari alokasi dana APBD Kabupaten Wakatobi untuk biaya pelestarian Kebudayaan dan pengembangan Sanggar Seni Budaya. Pengajuan biaya ini bukan tidak beralasan, karena pada prinsipnya pemerintah Kabupaten wakatobi sejak tahun 2007 lalu hingga saat ini belum pernah mau memperdulikan sektor penembangan kebudayaan dalam lingkup Keraton Liya, padahal kalau kita mau simak sejarah masa lalu bahwa Keraton Liya sebagai simbol budaya kepualaun tukang besi mulai dari Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Simbol-simbol ini secara realistik bisa dilihat pada bentuk/luas/model dan jumlah lawang Benteng Keraton Liya tidak ada samanya di wilayah Wakatobi, Tamburu atau gendang di Kerajaan Liya berjumlah 13 buah sedangkan diwilayah lain hanya dimiliki oleh Kaledupa sebanyak 1 buah tamburu, sebaliknya Tomia dan Binongko tidak memiliki Tamburu, Jumlah Sara Liya sejumlah 120 Sara ditambah Sara Wanci 60 Sara, mandati 40 Sara dan Kapota 20 Sara sehingga total menjadi 240 Sara, Sedangkan Kaledupa hanya 60 saram Tomia 40 Sara dan Binongko 40 Sara. Raja Liya memegang 3 (tiga) kekuasaan yakni sebagai Lakina Liya, Sebagai Sarana Wolio dan sebagai Bobeto Mancuana, sedangkan di Kaledupa hanya sebagai Barata dan sebagai Lakina. Tomia hanya kepala Sara dan Binongko hanya kepala Sara. Tari perang atau Honari Mosega hanya satu-satunya terdapat di Keraton Liya yang lain tak dijumpai. Inilah fakta-fakta realistik sejarah yang tak dapat dimungkiri oleh siapapun bahkan sampai kejadian dini dilegitimasi oleh para penulis sejarah berasal dari Keraton Wolio Buton. Berikut ini akan di lampirkan surat-surat yang pernah terkirim ke Pemerintah kabupaten Wakatobi sebagai berikut : 

 Kendari, 8 Maret 2010 


Nomor : 14/BP/FORKOM KABALI/Sultra/IV/2010 
Lampiran : -- 
Perihal : Permohonan Mendapatkan Bantuan APBD Untuk Pembangunan Pusat Informasi Kebudayaan Liya  Dan Prototipe Rumah Istana Mantan Raja Liya Untuk Sarana Obyek Parawisata Budaya. 

Kepada Yth, 
1. Bapak BUPATI Kabupaten Wakatobi 
2. Ketua DPRD Kabupaten Wakatobi
Masing-Masing 
DI.
W A N C I

              Dengan ini disampaikan kepada Bapak Bupati Kabupaten Wakatobi dan Ketua DPRD Kabupaten Wakatobi bahwa dalam rangka upaya meningkatkan promosi parawisata di sector wisata budaya tahun tahun mendatang maka saat ini diperlukan pembenahan dan pembangunan inpra struktur obyek parawisata yang selama ini belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Wakatobi. Potensi sarana obyek parawisata budaya di daerah Kabupaten Wakatobi berdasarkan artifak peninggalan budaya para leluhur masa lalu memiliki daya tarik tersendiri dan bias dijual kepada para wisatawan bila mampu kita benahi sarana dan prasaranannya dengan baik sesuai kondisi keasliannya. Berkenaan dengan maksud tersebut dalam rangka ikut partisipasi dalam mensukseskan program parawisata Kabaupaten Wakatobi yang saat ini lebih dikenal dengan wisata bahari dan penyelaman bawa laut “Surga Nyata Bawah Laut di Jantung Segi Tiga Karang Dunia”, maka kami dari Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Sulawesi Tenggara mengajukan beberapa permintaan realistis yang diharapkan dapat di anggarakan dalam mata anggaran APBD Kabupaten Wakatobi tahun anggaran 2011 sebagai berikut : 
1. Biaya pembangunan sarana Pusat Informasi Kebudayaan Liya berupa pembangunan 1 (satu) unit bangunan Maligi ukuran 10x20 m2 lengkap dengan etalase untuk pemajangan benda-benda dan artifak bersejarah termasuk tempat pemajangan hasil-hasil kerajinan rakyat berupa sarung hasil tenung, timbikar, hasil kerajinan perak, tembaga dan emas serta kerajinan lain yang dielaborasi dengan hasil-hasil keterampilan masyarakat yang termodifikasi, termasuk pemajangan pernaskahan sejarah, dan lain sebagainya. Biaya yang diperlukan untuk pembangunan ini ditaksir secara Lum Sum dengan asumsi per meter persegi sebesar Rp.2.000.000,-- sehingga total anggaran pembangunan Maligi lengkap dengan etalasenya sebesar Rp.400.000.000,--(empat ratus juta rupiah). 
2. Pembangunan prototype Bangunan Istana mantan Raja Liya (Mo’ori Liya, Lakina Liya) sebanyak 14 buah Maligi dengan ukuran 5x7 m2 dibangun sesuai dengan model keasliannya. Biaya yang diperlukan untuk pembangunan Istana Mantan Raja Liya ini ditaksir Lum Sum dengan asumsi Rp.1.500.000,-/m2 sehingga dalam 1 (satu) unit bangunan Maligi ukuran 5x7m2 diperlukan dana sebesar Rp. 52.500.000,- Total biaya untuk pembangunan prototype rumah Istana mantan Raja Liya sebanyak 14 buah bangunan Maligi ukuran 5x7 m2 sebesar Rp.735.000.000,- (tujuh ratus tiga puluh lima juta rupiah. Besarnya biaya ini sudah termasuk pembuatan papan tanda dan papan peringatan bagi setiap mantan Raja Liya yang pernah berkuasa pada zamannya. 
3. Pengadaan seperangkat alat tenung tradisional, alat pengrajin pandai besi, alat pengrajin emas/perak dan tembaga sebanyak 10 unit termasuk biaya program pendidikan dan pelatihan dari para penenung dan pengrajin yang dimiliki oleh masyarakat Liya dari asal turun temurun dengan perkiraan dana sebesar Rp. Rp.500.000.000,-- (lima ratus juta rupiah). 

            Sangat kami harapkan kepedulian bapak-bapak dengan tidak memandang suku apapun mengingat eksistensi peninggalan kebudayaan Liya sejak dahulu kala memiliki nilai-nilai sejarah dan peradaban yang tinggi yang kini sudah saatnya untuk dilakukan pembinaan secara intensif dan terus-menerus agar bisa terbentuk suatu komunitas budaya dengan segala atribut yang mengiringinya sehingga suatu kelak dapat menjadi potensi obyek Wisata Budaya dan dapat dijual kepada wisatawan. Pada kondisi demikian diharapkan sektor Wisata Budaya ini dapat menadi stimulus bagi meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Wakatobi sekaligus dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat khususnya Liya dan umumnya Kabupaten Wakatobi. 

           Demikian permohonan yang dapat kami sampaikan untuk mendapat perhatian Bapak dalam pelaksanaan revisi APBD Kabupaten Wakatobi tahun 2010 ini dan penganggaran APBD pada tahun-tahun akan datang sehingga pembagunan sektor Wisata Budaya dan kebudayaan yang selama ini menjadi muatan lokal senantiasa mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan para pengambil kebijakan untuk dapat ditetapkan menjadi muatan rutin APBD Kabupaten Wakatobi agar masyarakat kita dapat segera maju sosial ekonominya dan pembangunan daerah serta hasil-hasilnya dapat berjalan merata dan dirasakan manfaatnya pada semua lapisan masyarakat tanpa kecuali sebagaimana yang kita harapkan bersama. Atas perhatian Bapak-Bapak, tak lupa kami ucapkan terima kasih, semoga Tuhan YME, Allah SWT senantiasa melindungi kita semua dalam melakukan segala tujuan yang benar, amin 

BADAN PENGURUS PUSAT 
FORUM KOMUNIKASI KELUARGA BESAR LIYA 
(FORKOM KABALI) 
SULAWESI TENGGARA, 

                             Ketua,                                                            Sekretaris, I

                                ttd                                                                        ttd

IR. LD. MUHAMMAD ALI HABIU,AMts.,M.Si        UMAR ODE HASANI,SP.,M.Si 

Tembusan :Disampaikan Kepada Yth : 
1. Presiden Republik Indonesia di Jakarta, 
2. Menteri Kebudayaan dan Parawisata di Jakarta, 
3. Menteri Dalam Negeri di Jakarta, 
4. Kementerian Negara/Ketua BAPPENAS di Jakarta, 
5. Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari, 
6. Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Provinsi Sultra di Kendari, 
7. Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi di Wanci, 
8. Kepala Bagian Keuangan Setkab Wakatobi di Wanci, 
9. Ketua Lembaga Adat Besar KABALI di Liya 
10.Ketua Cabang FORKOM KABALI Kabupaten Wakatobi di Liya, 
11.Pertinggal. 


--------------------------------------------- 


Kendari, 6 Maret 2010 

Nomor : 13/BP/FORKOM KABALI/Sultra/IV/2010 
Lampiran : -- 
Perihal : Permohonan Mendapatkan Bantuan Rutin APBD Pemda Wakatobi Setiap Tahun Untuk Pembinaan Sanggar Seni Budaya KABALI 

Kepada Yth, 
1. Bapak BUPATI Kabupaten Wakatobi
2. Ketua DPRD Kabupaten Wakatobi 
Masing-Masing 
DI.
W A N C I

                Dengan ini disampaikan kepada Bapak Bupati Kabupaten Wakatobi dan Ketua DPRD Kabupaten Wakatobi bahwa dalam rangka upaya komunitas masyarakat Liya dalam melestarikan kebudayaan Liya yang memiliki nilai-nilai seni yang tinggi dan nilai-nilai sejarah peradaban yang sudah cukup lama berselang sejak pertengahan Abad XI lalu yang selama ini dipandang sangat kebelakang dan tertinggal pembinaannya, maka perkenangkan kami dari Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Sulawesi Tenggara mengajukan permintaan realistis berupa bantuan anggaran pembinaan Seni Budaya, Adat Istiadat dan Tradisi Keluarga Besar Liya yang akan dikelolah melalui sanggar KABALI  berupa : 
1. Biaya pengadaan instrumentasi peralatan Seni Budaya, Adat Istiadat dan Tradisi Liya termasuk seragam latihan dan perlengkapan seperangkat elekton dan sound sistemnya untuk ditempatkan pada SANGGAR KABALI PUSAT DI KENDARI sebesar Rp.172.000.000,-- (seratus tujuh puluh dua juta rupiah) sebagaimana perincian dalam proposal biaya yang telah kami ajukan; 
2. Biaya pengadaan instrumentasi peralatan Seni Budaya, Adat Istiadat dan Tradisi Liya termasuk seragam latihan untuk ditempatkan pada SANGGAR KABALI CABANG WAKATOBI DI LIYA sebesar Rp.99.500.000,-- (sembilan puluh sembilan juta lima ratus rupiah) sebagaimana bagian perincian dalam proposal biaya yang telah kami ajukan; 
3. Biaya Perawatan Sanggar KABALI dan biaya-biaya pembinaan, pelestarian dan pelatihan Seni Budaya berupa Lariangi Liya, Honari Mosega, Posepaa Modifikasi dan Panji-panjinya kebesaran Liya untuk SANGGAR KABALI PUSAT DI KENDARI, diharapkan dapat dianggarkan setiap tahunnya minimal sebesar Rp.50.000.000,--(lima puluh juta rupiah); 
4. Biaya Perawatan Sanggar KABALI dan biaya-biaya pembinaan, pelestarian dan pelatihan Seni Budaya berupa Lariangi Liya, Honari Mosega, Posepaa Modifikasi, atribut dan seragam dan Panji-panjinya kebesaran Liya untuk SANGGAR KABALI CABANG WAKATOBI DI LIYA diharapkan dapat dianggarkan setiap tahunnya minimal sebesar Rp.75.000.000,--(empat puluh juta rupiah); 
5. Biaya pegelaran seni dan bakti sosial budaya dan kesehatan sosial diadakan minimal 2 kali setahun setiap kali liburan mahasiswa yang akan dilaksanakan oleh Komunitas Pemuda Pemudi Keluarga Besar Liya (KOMPI KABALI) pusat Kendari dengan melibatkan para medis 5 orang, dokter 4 orang, sejarawan dan budayawan dan para aktivis KOMPI KABALI dari masing-masing asal Liya dengan perkiraan alokasi penggunaan dana selama 2 kali kegiatan dalam setiap tahunnya dan dapat dianggarkan setiap tahunnya sebesar Rp.100.000.000,-- (seratus juta rupiah). 

              Sangat kami harapkan kepedulian bapak-bapak dengan tidak memandang suku apapun mengingat eksistensi kebudayaan Liya sejak dahulu kala memiliki nilai-nilai sejarah dan peradaban yang tinggi yang kini sudah saatnya untuk dilakukan pembinaan secara intensif dan terus-menerus baik secara internal oleh komunitas masyarakat Liya sendiri dan secara eksternal oleh Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi sehingga pada akhirnya beberapa tahun mendatang akan menjadi asset bagi potensi wisata budaya yang bisa diandalkan sebagai patnership wisata bawah laut “Surga Nyata Bawah Laut di Jantung Segi Tiga Karang Dunia” untuk pemasukan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat Wakatobi. 

             Demikian permohonan yang dapat kami sampaikan untuk mendapat perhatian Bapak dalam pelaksanaan revisi APBD Kabupaten Wakatobi tahun 2010 ini dan penganggaran APBD pada tahun-tahun akan datang sehingga pembagunan sektor sosial budaya dan kebudayaan yang selama ini menjadi muatan lokal senantiasa mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan para pengambil kebijakan untuk dapat ditetapkan menjadi muatan rutin APBD Kabupaten Wakatobi agar masyarakat kita dapat segera maju sosial ekonominya dan pembangunan daerah serta hasil-hasilnya dapat berjalan merata dan dirasakan manfaatnya pada semua lapisan masyarakat tanpa kecuali sebagaimana yang kita harapkan bersama. Atas perhatian Bapak-Bapak, tak lupa kami ucapkan terima kasih, semoga Tuhan YME, Allah SWT senantiasa melindungi kita semua dalam melakukan segala tujuan yang benar, amin 


BADAN PENGURUS PUSAT 
FORUM KOMUNIKASI KELUARGA BESAR LIYA 
(FORKOM KABALI) 
SULAWESI TENGGARA, 


                         Ketua,                                                                 Sekretaris, 

                           ttd                                                                         ttd

IR. LD. MUHAMMAD ALI HABIU,AMts.,M.Si       UMAR ODE HASANI,SP.,M.Si 

Tembusan : Disampaikan Kepada Yth, 
1. Presiden Republik Indonesia di Jakarta, 
2. Menteri Kebudayaan dan Parawisata di Jakarta, 
3. Menteri Dalam Negeri di Jakarta, 
4. Kementerian Negara/Ketua BAPPENAS di Jakarta, 
5. Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari, 
6. Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Provinsi Sultra di Kendari, 
7. Kepala Finas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi di Wanci, 
8. Kepala Bagian Keuangan Setkab Wakatobi di Wanci, 
9. Ketua Lembaga Adat Besar KABALI di Liya 
10. Ketua Cabang FORKOM KABALI Kabupaten Wakatobi di Liya,
11. Pertinggal.

PENGURUS PUSAT KABALI MENOLAK HASIL KESEPAKATAN DENGAN BUPATI WAKATOBI ATAS PELAKSANAAN SEMINAR KEBUDAYAAN 2010

Oleh : Ali Habiu
 
Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya Sulawesi Tenggara telah menolak atas hasil kesepakatan dengan Ir.Hugua selaku Bupati Wakatobi yakni politik adu domba antara sekelompok anti perubahan yang berada dalam batang tubuh pemerintahannya dengan panitia seminar kebudayaan wakatobi. Tak apa, ini merupakan hasil kekecewaan atas tidak dilaksanakannya tepat waktu Seminar Kebudayaan Wakatobi 2010. Hal ini ditegaskan atas hasil keputusan rapat badan pengurus Forkom Kabali yang berlansung awal bulan Juni 2010 lalu. Penegasan ini bukan tidak beralasan, kerena ternyata terjadi kanalisasi atas adanya 3 (tiga) buah proposal yang diajukan oleh Panitia Seminar dan telah didisposisi setuju oleh Bupati Wakatobi, namun dalam perjalanan proposal tersebut tidak jelas dan menghilang begitu saja oleh sistem birokrasi yang berdiri di belakang Bupati. Semula arahan disposisi proposal seminar kebudayaan ini ditujukan kepada Kepala Bagian keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Wakatobi, namun setelah dikonfirmasi kepada kepala SKPD yang bersangkutan menampik adanya proposal ini. Usut mengusut keberadaan proposal ini ternyata sejak akhir maret 2010 diajukan disposisi oleh Bupati nanti ketahuan pada akhir bulan Mei 2010 jatuhnya ke Bappeda itupun belum teragenda dalam nomenklatur surat masuk Kantor Bappeda Kabupeten Wakatobi. Setelah dianalisis eksistensi perjalanan proposal seminar ini rupanya Hugua sebagai Bupati Wakatobi berada dibalik kejadian ini semua...., dia memainkan politik "devide at impera"ini merupakan pengalaman yang cukup bersejarah dalam menghadapi politisasi yang dimainkan oleh seorang Hugua dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial budaya. Bagi Kabali akan terus berjalan dan berjuang mempertahankan nilai-nila budaya leluhur serta melestarikan dan mengembangkannya, masih ada pemimpin yang mau peduli akan kebudayaan wakatobi dihari-hari mendatang. Dalam tubuh pemerintahan Wakatobi sudah saatnya dilakukan reformasi birokrasi serta perkuatan kelembagaan sebab jika tidak maka siapapun yang akan menjadi pemimpin nomor satu di daerah ini pada tahun 2011 mendatang maka akan selalu mengalami degradasi dan selalu akan tidak peduli dengan kemapanan sosial budaya.  
Sehubungan dengan hal tersebut segenap jajaran pengurus Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (Kabali) di seluruh Indonesia sangat merasa kecewa dan menunggu permintaan maaf Hugua selaku Bupati Wakatobi dengan harapan tidak lagi mengulangi kejadian yang serupa itu.
Dibawah ini akan di berikan salinan model surat yang telah dilayangkan kepada Ketua Panitia Seminar Kebudayaan Wakatobi 2010 dan tindasannya telah diterima oleh Bupati Wakatobi sebagai berikut :

Kendari, 4 Mei 2010
Nomor       : 03/B/P.KABALI/V/2010
Lampiran    :              ---

Kepada Yth,
Bapak BUPATI WAKATOBI
Di.
Wangi-Wangi.
Perihal         :Menyoal Tindaklanjut Surat Panitia Seminar Kebudayaan Wakatobi Nomor : 01/Pan.Seminar/III/2010, tertanggal  04 Maret 2010  Tentang Proposal Seminar Kebudayaan Wakatobi 2010.
         Menindaklanjuti hasil rapat pertemuan Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Kendari Sulawesi Tengggara yang berlangsung pada tanggal 2 Mei 2010 di Kendari, yang mana hasil rapat telah merekomendasikan beberapa hal penting sehubungan dengan konstelasi tindaklanjut Surat Panitia Seminar Kebudayaan Wakatobi Nomor : 01/Pan. Seminar/III/2010 tertanggal 04 Maret 2010 tentang Penyampaian Proposal Kegiatan Seminar Kebudayaan Wakatobi 2010 yang ditujukan kepada Bupati Wakatobi, sebagai berikut :
1.  Berhubung sejak telah didisposisinya Proposal Seminar Kebudayaan Wakatobi 2010 oleh Bupati Wakatobi pada tanggal 19 Maret 2010 hingga saat ini (2 Mei 2010) belum jelas keberadaan Proposal tersebut jatuh pada instansional mana dan apakah tersedia alokasi sumber dana atau tidak, maka diminta kepada Bapak Bupati Wakatobi untuk mengusut secara tuntas keberadaan Proposal dimaksud dan bagaimana tindaklanjut sumber pendanaannya;   
2.  Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) mempertanyakan kembali kepada Bupati Wakatobi tindaklanjut atas komitmen yang telah dibangun secara bersama ; Apakah Pelaksanaan Seminar Kebudayaan Wakatobi 2010 benar-benar Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi memberikan responsif atau tidak?. Dengan demikian kami dapat menentukan sikap lebihlanjut;
3.  Hasil pengusutan secara tuntas keberadaan Proposal Seminar Kebudayaan Wakatobi 2010 berikut alokasi sumber dananya serta Responsifibilitas pemerintah daerah atas pelaksanaan Seminar Kebudayaan tersebut harap dapat diberikan jawaban secara tertulis untuk menjadi bahan evaluasi dan tindaklanjut Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Kendari Sulawesi Tenggara dalam waktu sesingkat mungkin.
Demikian penyampaian kami, atas perhatian dan kerja samanya tak lupa diucapkan terima kasih.

BADAN PENGURUS PUSAT
FORKOM KABALI
KENDARI- SULAWESI TENGGARA

                        K E T U A,                                      SEKRETARIS,
                             ttd                                                  ttd
 Ir. LA ODE MUH. ALI HABIU, AMts, M.Si       UMAR ODE HASANI, SP, M.Si

Tembusan:
1.  Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari,
2.  Ketua DPRD Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
3.  Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
4.  Pengurus Cabang FORKOM KABALI se-Indonesia,
5.  Badan Pendiri Pusat Forkom KABALI Sultra (sebagai laporan) di Kendari,
6. Pertinggal.
 
 -----------------------------------------------------------

Kendari, 11 Mei 2010
Nomor       : 06/B/P.KABALI/V/2010
Lampiran    :              ---

Kepada Yth,
Bapak BUPATI WAKATOBI
Di.
Wangi-Wangi.

Perihal           : Tindaklanjut Surat Panitia Pelaksana Seminar Pembangunan Kebudayaan Wakatobi Nomor : 01/Pan.Seminar/III/2010, tertanggal  04 Maret 2010  Tentang Proposal Seminar Kebudayaan Wakatobi 2010.
         Menindaklanjuti hasil rapat Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Kendari Sulawesi Tenggara pada tanggal 02 Mei 2010 di Kendari, merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :
1.    Hasil pertemuan Ketua Umum Forkom KABALI dengan Bupati Wakatobi pada tanggal 19 Maret 2010 bertempat di Pantai Matahora mengenai tindak lanjut pelaksanaan seminar yang dimaksud, dengan ini kami sampaikan bahwa keberadaan Proposal Seminar yang telah didisposisi oleh Bupati Wakatobi yang ditujukan kepada Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Wakatobi dan setelah kami telusuri ternyata disposisi tersebut tidak sampai pada yang bersangkutan.    
2.    Forkom KABALI meminta penjelasan Bapak Bupati Wakatobi tentang keberlanjutan pelaksanaan seminar yang dimaksud agar pihak kami dapat mempersiapkan segala hal yang diperlukan sehubungan dengan amanah yang dititipkan   kepada    kami   untuk    membentuk   Panitia     Pelaksana   Seminar Pembangunan Kebudayaan Wakatobi sesuai hasil pertemuan Pengurus Forkom KABALI dengan Bupati Wakatobi tanggal 21 Pebruari 2010 di Kendari.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya tak lupa diucapkan terima kasih.

BADAN PENGURUS PUSAT
FORKOM KABALI
KENDARI- SULAWESI TENGGARA

                        K E T U A,                                       SEKRETARIS,
                            ttd                                                   ttd
 Ir. LA ODE MUH. ALI HABIU, AMts, M.Si       UMAR ODE HASANI, SP, M.Si

Tembusan:
1.  Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari,
2.  Ketua DPRD Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
3.  Sekretaris Daerah Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
4.  Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
5.  Pengurus Cabang FORKOM KABALI se-Indonesia,
6.  Badan Pendiri Pusat Forkom KABALI Sultra (sebagai laporan) di Kendari,
7. Pertinggal.

  ------------------------------------------------------
 
Kendari, 10 Juni 2010
Nomor          : 09/B/P.KABALI/VI/2010
Lampiran      :              ---
Kepada Yth,
KETUA PANITIA SEMINAR KEBUDAYAAN WAKATOBI
Di.
KENDARI.

Perihal          :    Pembatalan Pelaksanaan Seminar Pembangunan Kebudayaan Wakatobi 2010.
            Menindaklanjuti hasil rapat Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Kendari Sulawesi Tenggara pada tanggal 06 Juni  2010 di Kendari; berpendapat bahwa mengingat konstelasi politik menghadapi PILKADA Wakatobi 2011 membuat pihak Ir.Hugua sebagai Bupati Wakatobi beserta jajarannya sangat merasa kuatir bila FORKOM KABALI menyelenggarakan kegiatan-kegiatan budaya yang mengangkat eksistensi ethnis dilingkungan masyarakat Wakatobi. Dampaknya bahwa Bupati tidak konsisten dengan hasil kesepakatan yang telah dibangun bersama dengan FORKOM KABALI ketika terjadi Audiens di rumah kediamannya di Kendari pada tanggal 21 Februari 2010 lalu, sehingga proposal yang telah diajukan oleh Ketua Panitia Seminar Pembangunan Kebudayaan Wakatobi Tahun 2010 yang ditujukan kepada Bupati Wakatobi sejak tanggal 4 Maret 2010 dengan surat Nomor : 01/Pan.Seminar/III/2010, ternyata hingga saat ini tidak diresfon dengan baik. Demikian pula surat-surat yang telah dilayangkan kepada Bupati Wakatobi oleh Badan Pengurus Pusat FORKOM KABALI atas g  surat Nomor : 03/B/P.KABALI/V/2010 tertanggal 4 Mei 2010 dan surat Nomor : 06/B/ P.KABALI/V/2010 tertanggal 11 Mei 2010 juga tidak mendapat tanggapan secara positif.  Oleh Karena itu, atas perlakuan ini Keluarga Besar Liya (KABALI) sangat kecewa dan diminta kepada ketua panitia agar PELAKSANAAN SEMINAR PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN WAKATOBI TAHUN 2010 dinyatakan dibatalkan, sambil menunggu petunjuk lebih lanjut.
Untuk menjadi bahan periksa bahwa Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen ayat (1) menyebutkan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah-tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Berkenaan dengan itu, diminta kepada Badan Pengurus Cabang FORKOM KABALI KABUPATEN WAKATOBI mulai saat ini untuk segera mewaspadai adanya gerakan aspirasi yang berkembang ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat akibat dari tidak dilaksanakannya seminar tersebut dan diminta secara aktif memantau konstelasi politik menghadapi PILKADA WAKATOBI 2011 jangan sampai ada pihak-pihak yang memperalat rakyat dan merekayasa sistem sosial kemasyarakatan untuk kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Bila ternyata ditengarai ada dijumpai hal yang mengganjal harap untuk segera dikoordinasikan kepada Badan Pengurus Pusat FORKOM KABALI untuk kemudian akan kami segera difollow up dengan bekerja sama organ-organ pemerintah pusat yang berkompoten.
Kami menyadari bahwa dalam proses pengajuan proposal Seminar Kebudayaan sejak bulan Maret 2010  hingga saat  ini  banyak  pihak  yang telah terlibat secara susah payah dalam menangani proposal tersebut dan pada akhirnya tidak mendapatkan hasil apa-apa, untuk itu semua tak lupa diucapkan terima kasih atas kerja sama yang telah terbina selama ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, atas perhatian diucapkan terima kasih.

BADAN PENGURUS PUSAT
FORKOM KABALI
KENDARI- SULAWESI TENGGARA

                        K E T U A,                                            SEKRETARIS,
 
                            ttd                                                        ttd
 Ir. LA ODE MUH. ALI HABIU, AMts, M.Si         UMAR ODE HASANI, SP, M.Si

Tembusan:
1.  Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari,
2.  Bupati Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
3.  Ketua DPRD Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
4.  Sekretaris Daerah Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
5.  Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi di Wangi-Wangi,
6.  Pengurus Cabang FORKOM KABALI se-Indonesia,
7.  Badan Pendiri Pusat FORKOM KABALI Sultra (sebagai laporan) di Kendari,
8.  Pertinggal.