KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Senin, 06 Desember 2010

LEMBAGA FORUM KOMUNIKASI KABALI SE INDONESIA AKAN MENGGARAP PROYEK KEBUDAYAAN DARI KEDUTAAN BELANDA

Oleh : Ali Habiu


 Kantor Kedutaan Besar Belanda di Jakarta


Sesuai dengan Program kerja sebagai penjabaran Visi dan Misi Lembaga Forum Komunikasi KabaLI yakni melestarikan dan mengambangkan nilai-niai kebudayaan daerah Liya, maka hanya akan bisa terwujud dengan nyata bila ada dukungan keuangan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Lembaga Forum Komunikasi KabaLI tidak bisa terlalu banyak mengharap atas adanya bantuan dana melalui APBD Pemerintah Kabupaten Wakatobi sebab kenyataannya hingga saat ini pemerintah Wakatobi tidak mau peduli atau sangat anti pati terhadap pengembangan kebuayaan Liya. Padahal  kalau kita mau pikir-pikir secara realitas bahwa potensi budaya Liya adalah paling kompleks dan paling lengkap jika dibandingkan dengan potensi budaya yang dimiliki oleh Kaledupa, Tomia, Binongko dan Wangi-Wangi lainnya. Tapi kita tak perlu putus asa masih banyak jalan menuju roma bila kita mau berusaha dan mau memperjuangkannya.

Kerja Sama Budaya Indonesia dan Belanda
Indonesia dan Belanda menjalin suatu ikatan Budaya yang istimewa, yang berbentuk dari ikatan historis antara kedua negara. Indonesia merupakan salah satu negara prioritas dalam keijakan internasional Belanda di bidang Budaya. Dalam beberapa tahun ini kerja sama ini semakin dalam dan melebar. Pusat Kebudayaan Belanda di Jakarta, Eramus Juis yang mempromosikan baik budaya Belanda maupun Indonesia, adalah salah satu bentuk kerja sama internasional Belanda dengan Indonesia di bidang budaya.
Budaya dan Pembangunan
Pada tahun 2004, sebuah program baru "Program Budaya dan Perkembangan" atau Culture and Development Programme" mulai diperkenalkan di Indonesia untuk memperkuat aspek budaya dalam kerja sama pembangunan. Program ini bertujuan untuk mendukung proyek-proyek yang merupakan inisiatif baru bersifat sementara dengan maksimal tenggang waktu 3 (tiga) tahun dan dengan maksud untuk memajukan identitas budaya di negara-negara berkembang.

Permohonan subsidi harus memenuhi persyaratan berikut ini :
  • Kedutaan akan memberikan bantuan dana hingga maksimum 75% dari total biaya proyek, sementara total biaya proyek harus berjumlah antara 20.000 golden - hingga 100.000 golden setahun;
  • Proyek itu harus mengarah kepada pelatihan dan pendidikan bagi orang-orang yang berkecimpung di sektor budaya atau lebih umumnya mengarah pada  penguatan infrastruktur budaya di Indonesia;
  • Pada dasarnya permohonan biaya hanya bisa diajukan oleh organisasi-organisasi Indonesia;
  • Agar permohonan anda dapat dipertimbangkan untuk memperoleh dana dari program Culture and Development Programme ini, semua pertanyaan dalam formulir permohonan dan contoh rincian anggaran harus dijawab sejelas dan selengkap mungkin. Disamping formulir permohonan, penjelasan lengkap tentang proyek tersebut harus juga disertakan;
  • Permphonan harus diajukan paling lambat dua bulan sebelum proyek dmulai. Formulir dan/atau rincian anggaran yang tidak lengkap tidak akan dipertimbangkan.
Kepada semua Pengurus Cabang Lembaga Forum KOmunikasi KabaLI di Indonesia diminta sikap dan kerja sama dalam mengembangkan dan mendapatkan bantuan dari Culture and Development Programme ini agar pelatihan seni budaya Liya termasuk para pelatih seni budaya Liya yang berada di wilayahnya masing-masing bisa digarap dan dikembangkan sehingga masing-masing daerah terdapat potensi Seni Budaya Liya dalam lingkungan masyarakat Liya diperantauan. ****

PROSPEK KAWASAN KERATON LIYA MENJADI DESA WISATA BUDAYA NASIONAL TAHUN 2012

Oleh : La Ode Saruhu


Sesuai hasil diskusi kebudayaan yang berlansgung pada hari Sabtu tanggal 20 November 2010 direkomedasikan bahwa Lembaga Forum Komunikasi Kabali se Indonesia akan memperjuangakan kepada pemerintah pusat cq. Kementerian Kebudayaan dan Parawisata Repubik Indonesia agar Desa-Desa dalam kawasan Benteng Keraton Liya yang meliputi Desa Laro Togo, Desa Liya Bahari, Desa Liya Mawi, Desa One Melangka dan Desa Wisata Kolo akan berubah statusnya menjadi Desa Wisata Budaya Nasional pada tahun 2012 mendatang. Hal ini bukan mengada-ngada dan bukan tanpa alasan tetapi semua sudah dipikirkan dan dipertimbangkan berdasarkan resourcer hystorical dan cultural yang dimiliki oleh Keraton Liya, diantaranya adalah Benteng Keraton Liya merupakan benteng dengan luas settlement site terbesar dari kawasan benteng keraton Wolio, Ternate dan Tidore dan memiliki keunikan tersediri dengan dilengkapi oleh sejuymlah 15 Lawang  diantaranya 2 lawang rahasia (sesusi dengan data denah dan site plan Benteng Keraton Liya hasil invtigasi dan studi teknis pendahuluan BPPP Makassar Maret 2010), Raja Liaya memiliki 3 kekuasaan yang diberikan oleh kesultanan Buton yakni Raja Liya sebagai Lakina Liya, Raja Liya sebagai Sarana Wolio dan REaja Liya sebagai Bobeto Mancuana, Raja Liya daam sistem Sara memiliki jumlah Sara sebanyak 120 Sara dengan 13 buah Tamburu, Terdapat Tarian Honari Mosega dan Honari Talo-Talo serta Posepa'a yang tak terdapat di wilayah lain dan dalam wilayah site settlement keraton liya terdapat simbolisasi peradaban lama yakni batu Lingga dan batu Yoni. Selain itu Kerayton Liya memiliki hampir 30 jenis tarian, atraksi, permainan seni budaya tradisional yang memiliki keunikan satu dengan lainnya. Disamping itu daya dukung lingkungan, metaforfosis dan alam cukup menjanjikan dan menggiurkan, juga fanorama iklim pemandangan tepian pantai dan berbagai gugusan puau-pulau disekitarnya memiliki kekuatan megis dan transental ditunjang oleh peradaban dan sifat sosial masyarakatnya yang ramah dan santun, Kesemua itu merpakan daya dukung dalam mendapatkan sertifikasi Desa Wisata Budaya Nasional tahun 2012 mendatang. Namun kesemuanya ini barulah dalam wacana untuk selanjutnya akan diperjuangkan secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat Liya di Indonesia yang tergabung dalam Lembaga Forum Komunkasi Kabali. Mudah-mudahan wacana ini yang tak lain adalah merupakan tindaklanjut hasil Diskusi Kebudayaan Liya 2010 akan menjadi kenyataan dengan tentunya diminta doa restu dan dorongan moral dan moril bagi seluruh Keluarga Besar Liya di Indonesia. 
Adapun out come yang diaharapkan dengan adanya Desa Wisata Budaya Nasional ini adalah diharapkan suatu kelak seluruh masyarakat yang berdomisili di Desa Liya Besar mendapatkan peningkatan ekonomi sektor reel dan mendapatkan kesejahteraan sosial secara adil dan merata.

Dalam hubungan itu diminta kepada semua Pengurus Cabang Lembaga Forum Komunikasi KabaLi di seluruh Indonesia untuk mulai saat ini dapat berperan secara aktif dalam mengelolah kelembagaannya dan dapat melakukan terobosan-terobosan baru dalam rangka perkuatan organisasi dan penjabaran program organisasi kepada seluruh komunitas Liya masing-masing yang berada di wilayahnya. 

Perjuangan Lembaga Forum KOmunikasi KabaLI dalam mengusulkan Desa Liya Besar menjadi Desa Wisata Budaya Nasional adalah didukung oleh Arah Kebijakan dan Strategi pada Renana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Parawisata Repulik Indonesia yang teracantum dalam Buku I RPJMN tahun 2010 - 2014, yakni pembangunan di bidang kepariwisataan merupakan bagian dari Program Prioritas Nasional Lainnya di bidang Kesejahteraan Rakyat, antara lain diamanahkan  Peningkatan jumlah wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara sebesar 20 % secara bertahap selama 5 tahun, Perbaikian dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung parawisata. Di dalam Buku II RPJMN 2010-2014, khususnya Bab III : Ekonomi, Strategi pembangunan keparawisataan yang merupakan salah satu bagian yang tidak terpiahkan dari mprioritas penngkatan ekspor adalah sbb : Mengembangkan destinasi parawisata dengan mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung parawisata dan Mengembangakan sumber daya parawisata dengan strategi meningkatkan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan parawisata lokjal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di kawasan Asia dan mengembangkan kualitas peneitian dan pengembangan keparawisataan.
Dalam kaitan itu Kementerian Kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia memiliki rencana strategi, antara lain adalah : Pemberdayaan masyarakat tujuan wisata, Pengembangan daya tarik parawisata dan Pengembangan usaha, industri dan investasi.

Sesuatu yang bertujuan baik bukan hal yang mustahil bila kita dapat meraihnya asalkan semua program Lembaga Forum Komunikasi KabaLI pusat yang telah disepakati kita secara bersama-sama saling mendukung dan memperjuangkannya dalam satu kata " Mai Toposa Asa"  Kanae Asinaimamii... Insya Allah Tuhan YME maha mendengar dan mengetahui segala tujuan yang baik dari pada hamba-hambaNya yang mulia demi kemaslahatan ummat manusia di muka bumi ini di pulau Wangi-Wangi Desa Liya besar Kabupaten Wakatobi.  ****