KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Sabtu, 12 November 2011

PELAKSANAAN SHALAT IED IDUL ADHA 1432 H DI ALUN ALUN KERATON LIYA

OLEH : ALI HABIU



Pada hari Raya Idul Sdha 1432 H yang jatuh pada hari Minggu tanggal 6 November 2011 berlangsung di alun-alun Keraton Liya cukup meriah di hadiri oleh para warga asal desa Liya Togo dalam lingkup Keraton Liya. Pelaksanaan shalat ied Idul Adha 1432 H di Liya Raya masing-masing dilakukan di desa Lagundi (Liya Bahari), desa Liya Mawi, desa One Melangka dan desa Wisata Kolo. Seandainya semua kegiatan shalat ied dipusatkan di alun-alun keraton Liya maka pasti akan dibanjiri oleh jamaah yang diperkirakan sejumlah 6000 orang.

Alhamdulillah meskipun lapangan alun-alun yang belum selesai ditanami rumput oleh kontraktor pelaksana, namun tidak berpengaruh secara signifikan atas adanya guyuran hujan semalam sebelum pelaksanaan shalat ied dilaksanakan. Jadi kondisi lapangan ketika jamaah menghamparkan sajadah dalam persiapan pelaksanaan shalat ied Idul Adha 1432 H tanah tidak pecek ataupun basah.
Kondisi fisik penataan lapangan alun-alun Keraton Liya dari paket Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum yang dijumpai sampai dengan saat ini masih dalam kisaran 60%. Adanya keterlambatan pekerjaan di lapangan disebabkan oleh karena dana APBN perubahan yang dituangkan dalam DIPA paket tersebut sampai dengan saat ini juga belum diterbitkan oleh direktorat jenderal perbendaharaan kementerian keuangan republik indonesia. Kepala satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sulawesi Tenggara yakni Bapak Ir. Fahry yamsul,M.Si yang ditemui oleh penulis akhir bulan oktober 2011 lalu mengatakan bahwa DIPA paket tersebut dijanjikan oleh pemerintah pusat akan terbit setelah lebaran haji akhir tahun ini.







Hanya saja pelaksanaan shalat ied kali ini yang dilaksanakan oleh pengurus atau sara Mesjid Agung keraton Liya tidak begitu khidmat berhubung karena 8 orang pengurus mesjid yang ada tidak begitu kompak dengan kepala desa Liya Togo sehingga semacam ada mis komunikasi dan ketergantungan satu dengan lainnya. Akibatnya pelaksanaan takbir pengantar shalat ied kurang begitu lancar dan tertib. Keterangan ini dibenarkan oleh salah seorang sara atau pengurus mesjid agung keraton Liya yang enggan disebut namanya sekaligus menyampaikan keluhan kepada penulis bahwa besarnya honorarium yang diterima oleh para pengurus mesjid kurang memadai jika dibandingkan dengan tugas-tugas mereka. Pada masa lalu sampai dengan era tahun 1970-an jumlah sara mesjid masih terdapat sejumlah 15 orang yang terdiri dari : Modhi=4 orang, Khatibi=4 orang, Imamu=2 orang dan Mokimu = 5 orang. Dalam kaitan ini Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia akan segera menyampaikan keluhan ini kepada Menteri Dalam Negeri dan Otoda untuk segera menurunkan Tim Verifikasi Anggaran yang ditujukan kepada pemerintah daerah kabupaten wakatobi agar pengurus mesjid dapat bekerja aktif sebagaimana mestinya. ****

Jumat, 11 November 2011

DISKUSI KEBUDAYAAN PADA GELAR BUDAYA LIYA KE II TAHUN 2011

OLEH : ALI HABIU



Pelaksanaan Diskusi kebudayaan pada acara Gelar Budaya Liya ke II 2011 merupakan salah satu agenda dalam acara pegelaran tersebut. Kali ini dilaksanakan di dalam ruang Mesjid Al Mubaraq Alun-Alun Keraton Liya yang tak lain sebagai mesjid Agung Keraton Liya. Pemateri dalam acara diskusi kebudayaan tersebut yakni langsung dibawakan oleh putra-putri asal Keraton Liya Liya yang terbaik saat ini yakni : Wa Ode Nurhayati,S.Sos sebagai anggota DPR Republik Indonesia dari Partai Amanah nasional dan DR. La Ode Muhammad Alifuddin Nur, M.Ag sebagai akademisi dosen STIA Negeri Kendari. Adapun materi yang dibawakan oleh Wa Ode Nurhayati,S.Sos adalah masalah seputar "Penyadaran Masyarakat Lokal Perlunya Perkuatan dalam Pelestarian Sosial Budaya" dan DR. La Ode Muhammad Alifuddin Nur,M.Ag ialah seputar "Masalah Budaya Tutur" . Dalam acara diskusi kebudayaan moderator dibawakan langsung oleh Ketua Umum Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia Bapak L.M. Ali Habiu yang dihadiri oleh Kapolsek Wangi-wangi Selatan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata kabupaten Wakatobi beserta jajarannya, Ketua Dewan Penasehat Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia Pusat Bapak Drs. H. La Ode Alimurni Misa, M.Si, Staf Ahli Bupati Wakatobi bidang Kebudayaan, Ketua Cabang Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia Kabupaten Wakatobi, Pengurus Lembaga Adat Liya, Tokoh Sara, Tokoh Agama, Budayawan, tokoh pemuda serta segenap undangan.




Dalam acara diskusi kebudayaan tahun ini materi yang dibawakan oleh kedua finalis cukup mempesona para hadirin karena isi yang dipesankan banyak hal-hal yang menyangkut perkuatan nilai-nilai budaya asli Liya agar semakin dilestarikan dan dikembangkan dimasa-masa akan datang. Meminta agar segera menyiapkan lahan yang letaknya dibelakang Baruga untuk dibangun Pusat Promosi dan Penjualan hasil-hasil kerajinan rakyat Liya, meminta untuk segera membuat desain rekonstruksi mesjid Agung Keraton Liya "Al Mubaraq" dengan maksud agar bila ada yang berkeinginan membangun mesjid tersebut gambarnya sudah ada secara paten yang telah disetujui oleh BPPP Makassar. dlsb.
Sedangkan DR. Alifuddin Nur, M.Ag materi penekanan lebih fokus kepada budaya foklour seperti budaya tula-tula yang saat ini sudah mulai hilang di kalangan generasi muda Liya. Budaya tula-tula tersebut dahulu kala hampir semua warga Liya mengetahuinya dan biasanya diceritakan malam hari sebagai pengantar tidur bagi anak-anak. Misalnya tula-tula Wandiu-diu, dlsb.


Setelah pemaparan 2 pemateri dikumandangkan kemudian selanjutnya diadakan acara tanya jawab yang berlangsung selama satu sesi mengingat waktu sudah akan memasuki shalat zuhur. Pada acara tanya -jawab cukup banyak peserta hadirin yang bertanya namun hanya dibatasi kepada 5 orang penanya dan materi pertanyaanpun yang dilayankan cukup berbobot. Semua pertanyaan dijawab oleh finalis dan para penanyapun cukup puas. Sebelum acara diskusi ditutup oleh moderator, terlebih dahulu dipersilahkan Bapak Drs. Andi Tawakkal selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi memberikan beberapa sambutan-sambutan. Diantaranya yang paling penting untuk diketahui bagi kita semua warga Liya adalah bahwa SKPD Budpar wakatobi mulai tahun 2012 sudah akan mulai mendata dan menganggarkan semua potensi seni budaya di wilayah wakatobi sekaligus memberikan anggaran biaya bagi pembinaan dan atributnya, segera membenahi semua Lembaga Adat di wilayah wakatobi termasuk memberikan pakaian sara lengkap dan mulai tahun 2012 kegiatan Gelar Budaya Liya ke III akan dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi kerja sama dengan Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia.


Pada acara penutup, berhubung karena terlalu banyak permasalahan yang belum tuntas dalam acara diskusi budaya tersebut, maka moderator mengharapkan agar masalah yang belum tuntas dapat diselesaikan melalui beberapa tahapan yang ditindaklanjuti dalam kesimpulan sebagai berikut :
  1. Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi kerja sama dengan Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia dalam waktu dekat mengadakan Loka Karya sehari membahas tentang pembenahan Lembaga Adat, Susunan Sara dan Tokoh Adat Liya dan pembentukan Tim Penasehat Kebudayaan Liya.
  2. Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi kerja sama dengan Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia untuk menyelenggarakan Seminar sehari membahas tentang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Liya.
  3. Diminta kepada Pemerintah Kabupaten Wakatobi cq Dinas Kebudayaan dan Parawisata untuk segera mengusulkan ke Kementerian Kehakiman RI guna mendapatkan hak paten bagi Tarian Honari Mosega, Lariangi Kareke, Posepaa dan Makandara Tamburu Liya.
Demikian sekilas jalannya acara diskusi kebudayaan Liya 2011 yang berlangsung dalam ruang mesjid Al Mubaraq, mesjid Agung Keraton Liya untuk menjadi bahan seperlunya****

PEMOTONGAN HEWAN KURBAN 1432 H SECARA TRADISI LIYA

OLEH : ALI HABIU



Alhamdulillah, pelaksanaan Gelar Budaya Liya Ke II Tahun 2011 dengan salah satu agenda adalah Pemotongan Hewan Kurban secara Adat Tradisi Keraton Liya berjalan cukup khidmad dan sederhana. Agenda ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 7 November 2011 di Keraton Liya yang mana hewan dibawah arak-arakan oleh Tokoh Adat, Tokoh Sara dan masyarakat adat dalam kawasan Benteng Keraton Liya dengan mulai star di dusun Seru dan berakhir di samping mesjid Agung Keraton Liya. 
Adapun jumlah hewan kurban pada idul adha 1432 H tanggal 7 November 2011 sejumlah 4 ekor yang terdiri dari sapi 1 ekor dan 3 ekor kambing. Hewan sapi yang akan dikorban kali ini dimiliki oleh 7 orang yang terdiri dari : L.M. Ali Habiu, La Ode Salagu,SE, Umar Ode Hasani,M.Si, Wa Ode Unga Kolo, Drs. La Ode Rajuddin, Wa Ode Bahuli Haliana, S.Kes. dengan total biaya sapi sebesar Rp.8.400.000,--. Kemudian hewan kambing dimiliki oleh : H.Ali Mazi, SH, Ir. Fahry Yamsul,M.Si dan Dr. La Duwi, SP.An. Total biaya ke empat hewan tersebut adalah sebesar Rp.15.100.000,--











Kelengkapan dalam prosesi adat Liya arak-arakan hewan tersebut ialah Liwo (sesajen) 1 buah, Tamburu 1 buah, Gendang Rabbana 1 set. Liwo setelah sampai di mesjid agung Keraton Liya langsung dibawah kedalam mesjid oleh perwakilan barisan arak-arakan yang terdiri dari kaum perempuan yang berpakaian adat Liya. Kemudian Liwo tersebut diterima oleh Imam Mesjid Agung Keraton Liya yang selanjutnya dibacakan doa-doa khusus bagi semua orang yang akan melaksanakan kurban tersebut. Setelah acara pembacaan doa selesai barulah dimulai prosesi pemotongan hewan secara islami oleh satu orang Sara yang ditugaskan spesial sebagai juru potong dan kemudian dibantu oleh panitia kurban. Adapun tujuan di gelarnya pemotongan hewan kurban secara adat tradisi Liya adalah hanya semata-mata untuk promosi wisata budaya, sebab nilai-nilai tradisi dan adat yang di bawakan dalam gelar tersebut memiliki nilai-nilai budaya yang dapat dijual kepara wisatawan bail lokal maupun manca negara. ****