KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Senin, 18 Oktober 2010

PUJIAN SEORANG IBU ASAL LIYA : "MAMI EMEL"

oleh : Annisa Tang *)
sumber : http://www.facebook.com/memel, pada 30 Agustus 2010 jam 17:08 




 Aku hanya memiliki satu orang mami, tapi mami memiliki 'banyak anak' dari penjuru tempat di Indonesia. Aku terlahir sebagai anak kedua, mami pernah melahirkan tiga tahun sebelum aku dilahirkan, namun takdir tidak mengijinkan kakak perempuanku untuk mengenal dunia lebih lama, beliau meninggal 15 hari setelah dilahirkan. Mami merasa sangat terpukul dan hampir kehilangan kesadarannya. Namanya 'Citra Revalusi', mami memajang puisi tentangnya di dalam sebuah bingkai dan memajangnya di ruang keluarga. Aku membaca puisi itu dan sangat menyukainya, sampai usiaku ke 10 aku tidak melihat puisi itu di dinding ruang keluarga kami lagi, mungkin mami sudah tidak ingin mengingat hal-hal yang bisa membuatnya bersedih dan tidak ingin aku ikut terobsesi dengan sosok Kakak Citra, atau mungkin juga karena aku sudah memiliki seorang adik laki-laki yang walau bukan lahir dari rahim mami, namun sudah memiliki ikatan bathin yang sangat kuat dengan kami sekeluarga sehingga mami memutuskan untuk 'menatap jauh ke depan' dan 'berhenti menoleh ke belakang'. Mami mengadopsi adikku itu sejak usianya masih 15 hari dan usiaku sudah jalan 8 tahun, kulitnya hitam, pipinya tembem, dan matanya sangat besar. Seperti coklat pada GERY CHOCOLATOS; warnanya yang hitam namun rasanya sangat manis dan menggiurkan, begitu lucunya adikku itu. Sungguh kontras jika bersanding denganku. Mami sangat menyayanginya. Dua kali mengalami operasi caesar membuat dokter melarang mami untuk melahirkan lagi karena bisa sangat beresiko bagi mamiku. Sebelum menikah dengan mami, papa sudah pernah menikah dengan wanita keturunan Tiong Hoa juga dan memiliki seorang anak lelaki. Kakak lelakiku itu usianya cukup jauh dariku. Mami juga menganggap kokoku itu anaknya sendiri. Mami sangat bangga mengatakan bahwa ia memiliki tiga orang anak, hidupnya lengkap memiliki; seorang anak tiri, seorang anak kandung, dan seorang anak angkat. Bahkan kokoku itu telah memberi mami dan papa empat orang cucu. Mami sangat tahu mengkondisikan dirinya sebagai seorang ibu, bahkan semua ponakkannya memanggil mami dengan sebutan 'mami', bukan 'tante' seperti yang pada umumnya digunakan oleh para ponakkannya terhadap bibinya. Itu yang membuatku sangat menyayangi mami dan selalu menyelipkan nama mami di dalam doaku, seperti mami selalu menyelipkan nama anak-anaknya di dalam doanya. Kuingat betapa tabahnya mami saat seorang wanita mencoba merebut papa, tidak terselip sedikitpun benci dari pandangan matanya, mungkin itu pula yang membuat papa sangat mencintai mami. Mami bisa segalanya. Masakan mami yang 'is the best' (tiada duanya) baik soal appetizer, main course, apalagi dessert. Mami yang ahli soal renovasi rumah, bisa tukang-menukang, bantuin papa benerin genteng, pintar design baju dan menjahit, pintar 'make up artist', ahli bercocok tanam, pandai menulis cerita, pintar politik, juga pengetahuan umum yang bahkan lulusan S2 tidak mengetahuinya. Sejak aku mengenalkan mami dengan facebook, di waktu-waktu senggang mami selalu menyempatkan 'mengintip' profilenya demi menyapa anak-anaknya dari berbagai penjuru tempat di Indonesia. Di facebook, 'anak-anak mami' itu memanggil mami dengan sebutan 'bunda'. Mereka sangat menyukai 'update status' mami yang selalu pintar, bijak dan penuh nasehat. Betapa bangganya aku untuk mengatakan bahwa sosok itu adalah mamiku. Aku sayang mami.****

*) Penulis adalah Anggota KabaLi Kaltim tinggal di Balikpapan.