KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Senin, 29 Maret 2010

TIM BP-3 MAKASSAR MULAI INVESTIGASI DAN PENGUKURAN BENTENG KERATON LIYA TGL 17 MARET 2010

Setalah pada malam hari Rabu tanggal 16 Maret 2010 7 orang ahli arkiologis dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar diterima dalam Mesjid Agung Keraton Liya oleh para sara Liya dan tokoh agama, tokoh adat dan tokoh budaya, maka keesokan harinya tepatnya hari Rabu tanggl 17 Maret 2010 Tim BP-3 Makassar mulai mengadakan survey investigasi dan pengukuran Benteng Keraton Liya. Cara kerja Tim dibagi menjadi 3 bagian yakni satu bagian Tim Pengukuran dengan menggunakan alat ukur water pass, satu Tim bagian dengan membawa alat ukur koneksi satelit untuk  menentukan  GPS (General Position System) yang mengukur posisi absis dan ordinat titik-titik benteng mulai dari lapis pertama, lapis kedua sampai lapis ketiga dan satu Tim pengamatan relief dan teknis benteng. 

 Pintu Lawang Timi Benteng Keraton Liya

Para Tim BP-3 Makassar dalam kerjanya ditemani oleh staf Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi yang terdiri dari 3 orang, satu diantaranya adalah juga ahli arkiologis dan antropologis. Tim BP-3 Makassar cukup antusias dan serius dalam pengamatan benteng keraton Liya termasuk artifak sejarah dan data-data arkiologis serta sejarah budaya yang akan menjadi input kelengkapan data teknis untuk pengajuan proposal biaya kepada Menteri Kebudayaan dan Parawisata pusat. Melihat lingkup benteng relatif cukup luas dimana pada lapais ke tiga benteng keraton Liya terdapat sekitar 1.500 meter dari lapis benteng pertama maka sementara Tim menyimpulkan bahwa benteng keraton Liya merupakan benteng terbesar dari wilayah kesultanan Buton. Namun sayangnya Tim sudah tidak menjumpai secara utuh tempat-tempat pintu masuk atau Lawang terutama pada benteng pada lapis kedua, karena baik bentengnya maupun lawangnya telah dirusak oleh masyarakat. Pintu lawang yang masih utuh sisa dua buah yakni lawang Laro Togo dan lawang Timi, padahal lawang di benteng keraton Liya terdapat 13 buah ditambah dengan 2 lawang molingu atau rahasia sehingga total lawang dibenteng keraton liya menjadi 15 buah. Tim juga menjumpai tinggi pasangan benteng sudah tidak asli terdapat hanya dengan ketinggain antara 1.00 m s/d 1,50 meter padahal tinggi benteng liya yang asli adalah lebih kurang 3.00 meter seperti halnya yang masih terdapat di bastion dibelakang mesjid agung keraton Liya.

 Inilah Salah Satu Tim Survei Teknis Benteng Keraton Liya

Oleh karena itu pada hari kamis tanggal 18 Maret 2010 Tim BP-3 Makassar bersama Ketua Umum Forkom KabaLi dan Unsur Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi sepakat untuk segera mengangkat dan mengusulkan 8 orang Juru Pelihara Benteng yang akan disampaikan melalui organisasi Forkom KabaLi ke BP-3 Makassar tembusan Menteri Kebudayaan dan Parawisata sekaligus mengusulkan segera dibuatkan papan-papan tanda peringatan, papan penunjuk arah dan papan larangan sesuai dengan undang-undang yang berlaku sehingga masyarakat diharapkan kemudian tidak lagi akan merusak situs benteng keraton liya yang amat berharga itu.

Minggu, 28 Maret 2010

KAKEK USIA 117 TAHUN DENGAN GIGI DEPAN SISA DUA MASIH SANGGUP MEMAKAN BATU/KULIT KERANG KERAS DENGAN MENGUNYAH SEPERTI KERUPUK SINGKONG

Oleh : Ali Habiu

Dunia ini memang edan kata kebanyakan orang, betapa tidak ditengah-tengah kebajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang serba moderen dan materialistis ternyata kita juga masih diperhadapkan oleh adanya orang-orang yang minus pengetahuannya tetapi dia memiliki suatu kekuatan dasyat dalam tubuhnya yang mampu memakan benda keras seperti batu dan kulit kerang keras tanpa merasakan apapun ibarat dia memakan sebuah lempengan keripik singkong dengan bunyi krek....krek...krek, lalu batu atau kulit kerang tadi habis dilahapnya dan ditelannya masuk dalam perutnya. 

La Ode Runga Tengah Memegang Kerang Keras
Siap Untuk Dimakan Walau Gigi sisa Dua Buah

La Ode Runga Tengah Memakan Kerang Keras
Seperti Halnya Memakan Kerupuk Ubi, krek..krek..krek

Sosok itu tak lain bernama La Ode Runga saat ini memiliki usia 117 tahun pensiunan dari anggota TNI an terakhir tugas di Balikpapan. Dia semasa kecilnya sejak tahun 1930-an sudah pergi merantau meninggalkan kampung halaman desa Liya (keraton Liya) menuju Makassar dan disana dia bekerja menjadi jongos seorang Belanda dengan pangkat contoller. Semasa merantau tak ada satupun manusia yang ditakutinya dan bahkan jika terjadi penyerangan antara pejuang revolusi dengan Belanda dia kadang kala berada dekat menyaksika langsung kejadian itu tanpa harus lari meninggalkan tempat kejadian padahal begitu banyak peluru yang dimuntahkan dari moncong senapan Belanda dia tak gentar satupun. I

 Inilah Ruas Tangan La Ode Runga Ada Kelainan

Inilah ciri khas orang-orang pulau asli asal desa Liya yang memang memiliki keturunan bajak laut pada zamannya sehingga memang dikalangan mereka banyak mewarisi ilmu keturunan yang teramat dasyat itu. Semenjak tahun 1992 lalu ketika Bupati Buton Saidu mencanangkan Pestival Keraton Tahunan maka La Ode Runga sering dipanggil sebagai duta budaya yang memperagakan cara memakan batu karang atau kulit kerang yang keras di hadapan publik pengunjung pestival bahkan juga sering dipanggil mewakili utusan Sulawesi Tenggara pada acara pestival budaya nusantara di Taman Mini Indonesia.