PAKAIAN ASLI HONARI TAMBURU IALAH LEJA HITAM (BERGARIS PUTIH)
TARIAN TAMBURU INI LENGKAPNYA ADALAH TERDIRI DARI 17 PERSONIL
OLEH : LA BARA
La
Bara adalah salah
satu keturunan terakhir dari Bonto Wawo di Keraton Liya yang berdomisili di
Jakarta Pusat dan saat ini berkunjung ke Kendari menceritakan riwayat asal mula
Tari tamburu (tari gendang) yang biasanya dipasangkan tariannya
dengan Tari Honari Mosega (tari perang). Bahwa latar belakang
adanya Honari Tamburu di keraton Liya setelah Raja Liya yang bernama La Kueru
atau La Kundaru atau dengan gelar Talo-Talo berhasil memenggal seorang sakti
asal pulau Muna bergigi satu bernama Bombonawulu. Dikisahkan bahwa pada waktu itu
kerajaan buton mengalami ancaman dari Bombonawulu dan prajurit kerajaan buton
ketika itu tak mampu menandingi kesaktian orang tersebut, maka Raja Buton
mengeluarkan titah berupa meminta bantuan orang-orang berani dari kepulauan
tukang besi. Saat itu kabarpun tiba di Keraton Liya kepulauan Wangi-Wangi oleh utusan raja Buton
dimana ketika itu sementara diadakan rapat Sara di baruga Keraton Liya. Maka
Talo-Talo sebagai Raja Liya saat itu langsung mengambil inisiatif untuk
menyelidiki secara bathin adanya kebenaran titah Raja Buton ini. Sesaat
sesudahnya Talo-Talo tafakkur dan setelah mendapat petunjuk bathin akan kebenaran berita
itu, langsung mempersiapkan diri dengan peralatan perang berupa sebilah Parang
dan menuju ke Pulau Oroho tetaptnya di Kompona One (Perut Pantai) dimana tak
jauh dari lokasi itu merupakan lahan kebun Talo-Talo. Ketika sampai di Kompona
One langsung Talo-Talo mengambil Koli-Koli (sampan) dan konon dikisahkan bahwa
ketika Talo-Talo sudah menaiki sampannya, maka satu kali dayung dia
sudah tiba di one pulau kapota, dua kali dayung dia sudah sampai
di Mata sangia dan tiga kali dayung dia sudah sampai di Nganga
Umala (pelabuhan kerajaan buton). Setelah Talo-Talo tiba di Nganga Umala
langsung dia menembakan bedil (merial kecil) ke udara pertanda dia sudah
memasuki wilayah kerajaan buton. Sementara kejadian ini berlangsung ternyata
Raja Buton tengah mengadakan rapat Sara di Baruga Keraton Buton dan ketika itu
Raja Butonpun kaget mendengar suara bedil yang ditembakkan secara ghaib oleh
Talo-Talo. Maka Raja Buton penasaran dan mengutus telisandi dan prajuritnya
untuk mencari dimana sumber bunyi asal bedil tersebut dan ditemukan Talo-Talo
di Nganga Umala. Ketika itu Raja Buton marah karena ada orang berani yang
menembakan bedil di wilayah Keraton Buton dan ternyata dia adalah seorang sakti
pemberani dari Keraton Liya bergelar Talo-Talo. Lalu Talo-Talo dipanggil
menghadap Raja Buton dan setelah diceritakan maksudnya maka Raja Butonpun baru
mengerti akan maksud dan tujuan kedatangan Talo-Talo di Buton. Dan saat itu
juga Raja Buton memerintahkan Talo-Talo untuk pergi ke wilayah kekuasaan
Bombonawulu di daratan Muna untuk menaklukannya dan ketika itu Talo-Talo dengan
kesaktiannya langsung menuju ke wilayah tersebut mencari Bombonawulu. Ketika
Talo-Talo tiba di kerajaan Bombonawulu disana sedang terjadi atraksi tarian
perang atau Tarian Tamburu dimana setiap prajurit mengadakan tarian dengan
gerakan sehe (gerakan tanpa sadar) dan saling menombak satu dengan lainnya
tanpa ada yang cedera atau luka. Raja Liya atau Talo-Talo menyaksikan acara
tarian perang ini dan dia langsung pergi duduk dibawah Tamburu atau gendang
(beduk) yang sedang dipukul dalam mengiringi tarian tamburu ini. Mengetahui
gejolak orang yang tak dikenal ini lalu Bombonawulu bertanya : " kenapa
kamu berani masuk di arena ini "?. Jawab Talo-Talo, saya masuk
disini karena utusan gendang !. Mendengar jawaban ini Bombanawulu lalu
marah-marah dan menantang Talo-Tali untuk adu kesaktian. Pada saat itu
Talo-Talo memegang parangnya yang dilengkapi dengan katompide (penangkis dari
kayu keras) lalu secepat kilat menyambar tubuh Bombanawulu sambil memenggal
kepalanya satu kali tebasan putus ! Kemudian setelah itu kepala Bombanawulu di
bawah oleh Talo-Talo langsung kehadapan Raja Buton dan Raja Butonpun ketika itu
menjadi tercengan melihat kejadian luar biasa ini. Dari kisah perjalanan
Talo-Talo ini sepulangnya ke Keraton Liya langsung mengajarkan Tarian Tamburu
kepada para Sara Liya untuk dijadikan tarian penyambutan ketika para pejabat
kerajaan Buton datang berkunjung ke keraton Liya atau dipakai memeriahkan pada
acara-acara tradisional Liya seperti Sampea dan lainnya. ****