Oleh : Ali Habiu
Wa Ode Onta Tinggal Bersama
Anak Angkatnya di Kareke Bekas Kota Lama Liya.
Usianya Saat Ini Telah Mencapai 147 Tahun.
Orang Ini Semasa Hidupnya Kebal Seluruh Tubuhnya
Tak Bisa Dimakan Senjata Apapun.
Gambar ini diambil Tanggal 17 Maret 2010
Gambar ini diambil Tanggal 17 Maret 2010
Pada masa pendudukan Belanda Di Indonesia Nenek Wa Ode Onta ini djadikan pelarian orang-orang yang sering merasa takut karena tidak punya ilmu kelaki-lakian dan di nenek inilah mereka belajar ilmu kebal dan ilmu-ilmu kesaktian lainnya.
Pada masa lalu terjadi penyerangan orang mosega (orang-orang kebal) asal Kaledupa sebanyak lebih kurang 40 orang ke Keraton Liya. Maka nenek perempuan inilah termasuk salah satunya yang melawan orang-orang berani tersebut dengan cara mengambil sebanyak-banyaknya pelepah daun kelapa lalu daunnya di hamburkan setiap pintu lawang dan setiap sudut-sudut strategis lantas yang terjadi adalah misterius dimana seluruh daun-daun kelapa yang dihamburkan oleh nenek Wa Ode Onta ini berubah seketika menjadi Keris, Tombak, Parang yang sangat mengta'jubkan. Maka para orang-orang berani Liya yang dipimpin oleh Lakina Liya memerintah menyerang balik para musuh asal orang-orang kebal dari kaledupa dengan mengambil semua Keris, Tombak, Parang yang telah tersedia oleh pengaruh ghaib dari ilmu sang nenek ini lalu menyerang dan disitulah orang-orang berani asal Kaledupa lari pontang-panting menyelamatkan diri masing-masing ada yang terjung ke laut ada yang lupa jalan dan diadakanlah penagkapan dan penghukuman. Sebagian lainnya ada sempat melarikan diri dan lepas dari kepungan orang-orang berani Liya dan naik kapal kembali ke negerinya kaledupa dan sebagian di tawan serta sebagian ada yang meninggal akibat penusukan.
Nenek inilah salah satu garis lurus keuturunan Raja Talo-Talo yang amat tersohor itu dan dia selama hidupnya telah menyaksikan beberapa kali perubahan Raja Liya bahkan Baluara (Bastion) yang terdapat di belakang Mesjid Agung Keraton Liya menurutnya telah lama ada dalam kondisi seperti saat ini yang dibangun oleh leluhurnya Lakundaru atau Lakueru atau Talo-Talo. Didalam Baluara Talo-Talo ini tak ada bangunan apapun termasuk tak ada kuburan mengingat Raja Talo-Talo di kuburkan di luar Baluara (Bastion) buatannya sendiri, demikian juga anak kandung kesayangannya seorang putri yang tak sengaja oleh pengasuhnya kejatuhan tombak dan kena tembus kepalanya meninggal bersama pembantunya dikuburkan hidup-hidup di luar Bation Talo-Talo ini.
Oleh karena itu kepada seluruh Keluarga Besar Liya dari segenap keturunan para raja-raja liya atau lakina liya dihimbau untuk tetap menghormati sejarah budaya dan melestarikannya sesuai dengan kekentuan undang-undang perlindungan purbakala Nomor : 10 tahun 2010. Lembaga Forum Komunikasi KabaLI Indonesia akan mengawal kebudayaan Liya sampai mendapat kemajuan dan pengakuan internasional demi untuk kemajuan kita bersama. Oleh karena itu dahulu kala jika para penguasa atau kaumu melakukan pelanggaran maka rakyat akan melantungkan sebuah irama lagu yang berbunyi :
Pada masa lalu terjadi penyerangan orang mosega (orang-orang kebal) asal Kaledupa sebanyak lebih kurang 40 orang ke Keraton Liya. Maka nenek perempuan inilah termasuk salah satunya yang melawan orang-orang berani tersebut dengan cara mengambil sebanyak-banyaknya pelepah daun kelapa lalu daunnya di hamburkan setiap pintu lawang dan setiap sudut-sudut strategis lantas yang terjadi adalah misterius dimana seluruh daun-daun kelapa yang dihamburkan oleh nenek Wa Ode Onta ini berubah seketika menjadi Keris, Tombak, Parang yang sangat mengta'jubkan. Maka para orang-orang berani Liya yang dipimpin oleh Lakina Liya memerintah menyerang balik para musuh asal orang-orang kebal dari kaledupa dengan mengambil semua Keris, Tombak, Parang yang telah tersedia oleh pengaruh ghaib dari ilmu sang nenek ini lalu menyerang dan disitulah orang-orang berani asal Kaledupa lari pontang-panting menyelamatkan diri masing-masing ada yang terjung ke laut ada yang lupa jalan dan diadakanlah penagkapan dan penghukuman. Sebagian lainnya ada sempat melarikan diri dan lepas dari kepungan orang-orang berani Liya dan naik kapal kembali ke negerinya kaledupa dan sebagian di tawan serta sebagian ada yang meninggal akibat penusukan.
Nenek inilah salah satu garis lurus keuturunan Raja Talo-Talo yang amat tersohor itu dan dia selama hidupnya telah menyaksikan beberapa kali perubahan Raja Liya bahkan Baluara (Bastion) yang terdapat di belakang Mesjid Agung Keraton Liya menurutnya telah lama ada dalam kondisi seperti saat ini yang dibangun oleh leluhurnya Lakundaru atau Lakueru atau Talo-Talo. Didalam Baluara Talo-Talo ini tak ada bangunan apapun termasuk tak ada kuburan mengingat Raja Talo-Talo di kuburkan di luar Baluara (Bastion) buatannya sendiri, demikian juga anak kandung kesayangannya seorang putri yang tak sengaja oleh pengasuhnya kejatuhan tombak dan kena tembus kepalanya meninggal bersama pembantunya dikuburkan hidup-hidup di luar Bation Talo-Talo ini.
Oleh karena itu kepada seluruh Keluarga Besar Liya dari segenap keturunan para raja-raja liya atau lakina liya dihimbau untuk tetap menghormati sejarah budaya dan melestarikannya sesuai dengan kekentuan undang-undang perlindungan purbakala Nomor : 10 tahun 2010. Lembaga Forum Komunikasi KabaLI Indonesia akan mengawal kebudayaan Liya sampai mendapat kemajuan dan pengakuan internasional demi untuk kemajuan kita bersama. Oleh karena itu dahulu kala jika para penguasa atau kaumu melakukan pelanggaran maka rakyat akan melantungkan sebuah irama lagu yang berbunyi :
"....TOKU TOKU WOLEKE......,
"....MATEIKOO...IDO IYAKU....,
"....IDONDIAKU... MATENDIKOO...,
falsapah yang terkandung dalam syair dan irama lagu ini adalah mengajak para pemimpin dan penguasa atau kaumu atau raja pada waktu itu untuk berlaku adil dan bijaksana dalam setiap perintah yang dititahkan. Ingatlah rakyatmu jangan kamu mau hidup, senang dan menang sendiri tapi juga jadikanlah rakyatmu maju dan berhasil serta memiliki derajat kedudukan yang sama dalam masyarakat adat.
Badan Pengurus Pusat Lembaga Forum Komunikasi KabaLI Indonesia beserta semua Cabang-Cabangnya mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas telah berpulangnya kerahtullah salah seorang pahlawan pembela rakyat Togo Liya Wa Ode Onta.....
INNALILLAHI WA INNALILLAHI ROJIUN... TELAH BERPULANG KERAHTULLAH DENGAN TENANG DAN PENUH KEDAMAIAN WA ODE ONTA SEMINGGU SETELAH FOTO INI DIAMBIL YAKNI MENINGGAL HARI RABU TANGGAL 24 MARET 2010. SEMOGA SEGALA AMAL KEBAIKAN SEMASA HIDUPNYA SENANTIASA MENDAPAT RAHMAT DAN PAHALA TUHAN YANG MAHA ESA ALLAH SUBHANA WATA'ALA. AMIN****
Badan Pengurus Pusat Lembaga Forum Komunikasi KabaLI Indonesia beserta semua Cabang-Cabangnya mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas telah berpulangnya kerahtullah salah seorang pahlawan pembela rakyat Togo Liya Wa Ode Onta.....
INNALILLAHI WA INNALILLAHI ROJIUN... TELAH BERPULANG KERAHTULLAH DENGAN TENANG DAN PENUH KEDAMAIAN WA ODE ONTA SEMINGGU SETELAH FOTO INI DIAMBIL YAKNI MENINGGAL HARI RABU TANGGAL 24 MARET 2010. SEMOGA SEGALA AMAL KEBAIKAN SEMASA HIDUPNYA SENANTIASA MENDAPAT RAHMAT DAN PAHALA TUHAN YANG MAHA ESA ALLAH SUBHANA WATA'ALA. AMIN****