OLEH : ADJI KURNIAWAN
Keberadaan
Benteng Liya Togo di Kepulauan Tukang Besi Wakatobi, Sulawesi Tenggara
bakal bertransformasi baik secara fisik maupun status. Benteng yang
terbuat dari susunan batu tanpa perekat semen ini sedang dipugar dan
statusnya akan menjadi Cagar Budaya Dunia.
Pemugaran benteng yang berada di Desa Liya Raya, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara ini masih berlangsung. Biaya pemugarannya mencapai Rp 1,5 miliar dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar).
Pemugaran benteng seluas 30 hektar ini dituding terkait penyelenggaran Sail Wakatobi Belitong (SWB) 2011 yang digelar di Wakatobi. Terlebih pekerjaan pemugarannya harus selesai sebelum acara puncak SWB 2011 di Pantai Sombu, Kecamatan Wangi-wangi, Wakatobi yang akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kendati begitu, keputusan Kemenbudpar untuk merenovasi benteng peninggalan Kesultanan Buton ini, sudah tepat meski telat. Maklum saja, keberadaannya selama ini sangat mengenaskan. Beberapa bagiannya tinggal puing-puing yang berserakan, tak terawat. Mungkin kalau tidak dilakukan pemugaran, nasibnya akan bertambah parah dan bisa-bisa tak berbentuk benteng lagi.
Benteng Liya Togo dijadikan sebagai Cagar Budaya Dunia dengan penilaian memiliki kekhasan yang jarang ditemui di benteng lain di dunia. Bahan utama bentengnya dari batu-batu yang disusun tanpa perekat semen. Konstruksinya mirip Benteng Keraton Buton di Kota Baubau.
Keunikan lain, di dalam benteng ini ada Masjid Liya Togo, masjid tua yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam di Wakatobi.
Dengan pemugaran dan perubahan status Benteng Liya Togo, diharapkan transformasi yang dialami benteng ini bukan sebatas pelestarian pun mampu menjaring lebih banyak lagi wisatawan baik lokal, nusantara maupun mancanegara.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Pemugaran benteng yang berada di Desa Liya Raya, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara ini masih berlangsung. Biaya pemugarannya mencapai Rp 1,5 miliar dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar).
Pemugaran benteng seluas 30 hektar ini dituding terkait penyelenggaran Sail Wakatobi Belitong (SWB) 2011 yang digelar di Wakatobi. Terlebih pekerjaan pemugarannya harus selesai sebelum acara puncak SWB 2011 di Pantai Sombu, Kecamatan Wangi-wangi, Wakatobi yang akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kendati begitu, keputusan Kemenbudpar untuk merenovasi benteng peninggalan Kesultanan Buton ini, sudah tepat meski telat. Maklum saja, keberadaannya selama ini sangat mengenaskan. Beberapa bagiannya tinggal puing-puing yang berserakan, tak terawat. Mungkin kalau tidak dilakukan pemugaran, nasibnya akan bertambah parah dan bisa-bisa tak berbentuk benteng lagi.
Benteng Liya Togo dijadikan sebagai Cagar Budaya Dunia dengan penilaian memiliki kekhasan yang jarang ditemui di benteng lain di dunia. Bahan utama bentengnya dari batu-batu yang disusun tanpa perekat semen. Konstruksinya mirip Benteng Keraton Buton di Kota Baubau.
Keunikan lain, di dalam benteng ini ada Masjid Liya Togo, masjid tua yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam di Wakatobi.
Dengan pemugaran dan perubahan status Benteng Liya Togo, diharapkan transformasi yang dialami benteng ini bukan sebatas pelestarian pun mampu menjaring lebih banyak lagi wisatawan baik lokal, nusantara maupun mancanegara.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)