OLEH : ALI HABIU
Alhamdulillah pada hari sabtu pagi tanggal 11 Juni 2011 tepatnya pukul 09.30 pagi bertempat di ruang tamu Hotel Estate Kendari, Pengurus pusat Lembaga Foruk Komunikasi KabaLi Indonesia bertemu dengan Direktur Produksi "Semut Putih Indonesia" bapak Lucky valentino yang bergerak dibidang pembuatan film klosal di Indonesia. Rencana mereka ingin membuat sejarah Gajah Mada yang diangkat dari sebuah entri dalam Devisi Pernaskahan dan Pengembangan Sejarah Keraton Liya Lembaga Forum Komunikasi KabaLi Indonesia dengan judul Film : "KESATRIA DARI PULAU WANGIWANGI : Film Efik Sejarah tentang MAHA PATIH GAJAH MADA, Sang satria Wangi-Wangi, yang Menjadi Pemersatu Nusantara". Kedatangan Ketua Umum dan Wakil Sekretaris Lembaga ini menghadap mereka dalam rangka konfirmasi data sehubungan dengan pemuatan sejarah Gajah Mada di http://www.budaya-liya.blogspot.com yang diperkuat dengan budayawan kompasiana bapak Mahaji Noesa yang sangat optimis bahwa Gajah Mada Moksa di Kepulauan Wangi-Wangi, Wakatobi. Hal ini juga di perkuat dengan salah satu opini tanggal 12 April 2011 diweb blog Studi Masyarakat Indonesia yang bisa di baca di:
Manuskrif Film Gajah Mada
Dalam hubungan ini, pada Sabtu Sore tanggal 11 April 2011 bertempat di Swiss Belt Hotel Kendari kami menemui Gubernur Sulawesi Tenggara bapak Drs.H. Nur Alam untuk meminta dukungan dan beliau menyatakan sementara mempertimbangkan pembuatan film tersebut. Adapun alasan beliau adalah Naskah Cerita Foklour (dimensi fungsional) yang diangkat dari masyarakat Buton dan Wangi-Wangi belum memiliki dokumen dari hasil sebuah penelitian ilmiah, sehingga dia kuatir jangan sampai dengan di filimkannya Gajah Mada Moksa di Wangi-Wangi menjadikan kontroversial para sejarawan asal pulau Jawa.
Sementara berdasarkan penjelasan terpisah oleh kandidat doktoral bidang Antopologi Budaya dari Universitas Gajah Mada yakni Bapak Suminan Udu mengatakan bahwa kisah folklour masyarakat sebagai konteksi data dimensi fungsional sebuah masyarakat sudah cukup kuat untuk di jadikan obyek publikasi atau pencitraan walaupun belum memiliki data akademis.
Sementara berdasarkan penjelasan terpisah oleh kandidat doktoral bidang Antopologi Budaya dari Universitas Gajah Mada yakni Bapak Suminan Udu mengatakan bahwa kisah folklour masyarakat sebagai konteksi data dimensi fungsional sebuah masyarakat sudah cukup kuat untuk di jadikan obyek publikasi atau pencitraan walaupun belum memiliki data akademis.
Sehubungan dengan rencana tersebut, Ketua Umum Lembaga Forum Komunikasi KabaLI Indonesia rencana dalam waktu dekat ini akan segera ke pulau Buton dan Wangi-Wangi untuk menyisir jejak artifak dan situs sehubungan dengan perjalanan Gajah Mada sampai dengan Moksanya di pulau Wangi-Wangi. Disamping itu sesuai dengan pertemuan dengan Tim Direktur Produksi "Semut Putih Indonesia" pada malam senen tanggal 11 Juni 2011 di Hotel Estate Kendari disimpulkan bahwa dalam waktu singkat setelah mereka berkonsultasi dengan para pakar sejarah dan budaya di Jakarta yang tergabung dalam Tim pernaskahan film-film kolosal di Indonesia akan segera datang kembali ke Sulawesi tenggara untuk menemui Bupati Buton, Bupati Wakatobi dan Wali Kota Bau-Bau guna mendapat dukungan, disamping penjejakan beberapa lokasi situs dan artifak perjalanan Gajah Mada di pulau Buton dan Wangi-Wangi. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memang selaayaknya yang menjadi tanggungjawab publikasi film ini adalah Bupati Buton, Bupati Wakatobi dan Wali Kota Bau-bau, bukan Gubernur Sulawesi Tenggara.
Mudah-mudahan Tuhan YME senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuknya serta dukungan ghaib dari para orang-orang sakti pulau Buton dan Liya sehingga atas izin Allah SWT dalam waktu dekat ini bisa didapatkan sebuah Prasasti yang menggambarkan eksistensi Gajah Mada pada zamannya.
Rencana para pemain film ini diambil dari bintang-bintang film layar lebar nasional dan pendampingannya sebesar 30 % dan sisanya 70 % diambil dari masyarakat lokal yang direkrut oleh Lembaga Forum Komunikasi KabaLi Indonesia. Perkiraan jumlah pemain sekitar 100 personal gabungan dan para pemain watak nasional terdiri dari : Toro Margen, Dian Sastro, Nicholas Saputra, Bondan Prakoso, Lindung Simatupang dan Tio Pakusadewo
Rencana para pemain film ini diambil dari bintang-bintang film layar lebar nasional dan pendampingannya sebesar 30 % dan sisanya 70 % diambil dari masyarakat lokal yang direkrut oleh Lembaga Forum Komunikasi KabaLi Indonesia. Perkiraan jumlah pemain sekitar 100 personal gabungan dan para pemain watak nasional terdiri dari : Toro Margen, Dian Sastro, Nicholas Saputra, Bondan Prakoso, Lindung Simatupang dan Tio Pakusadewo
Adapun konsep Film ini yang dikutif dari manuskrip naskah film, adalah :
- Efik sejarah yang megah tentang jejak sejarah hidup Gajah Mada yang lahir di pulau Buton dan Moksa di Wangi-Wangi,
- Mengangkat keindahan alam Wakatobi sebagai latar film ini,
- Membuat sejarah menjadi menarik dan menemukan konteksnya di masa kini, sehingga para penontonpun akan terarik untuk membaca baca lagi sejarah bangsa ini, terutama Sang Maha Patih gajah Mada yang ternyata adalah kesatrian dari pulau wangi-wangi,
- Mengangkat masalah aktual yakni tentang identitas bangsa dan nasionalisme. Pada gilirannya, para penonton akan lebih menghargai warisan sejarah nusantara.
- Sedangkan Target Penonton meliputi :
- 1. Umur 15 tahun ke atas,
- 2. Festival Film lokal di Indonesia (Balilane, Jiffest, FFI),
- 3. Festival Film Indonesia di Luar Negeri (Australia, Vancouver),
- 4. Pembeli DVD/VCD lokal.****