KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Senin, 04 Juli 2011

MOHON KEIHLASAN DAN DOA MASYARAKAT LIYA RAYA DAN KELUARGA BESAR DI BUTON UNTUK SEBUAH KEAJAIBAN....

OLEH : ALI HABIU


Sehubungan dengan pelestarian dan pengembangan Kebudayaan Liya yang kini sedang gencar dikumandangkan oleh Lembaga Forum Komunikasi KabaLi Indonesia baik kepada pemerintah pusat maupun kepada dunia internasional, maka sangat diharapkan dan diminta dukungan penuh semua elemen dn komponen masyarakat Liya Raya dan keluarga besar di Buton untuk dapat merapatkan barisan bersatu padu dalam barisan Topoangkatako, Toposaileama, Toponamisi dan Toposaasa untuk kita bangkitkan secara bersama-sama kebudayaan leluhur kita yang sudah ratusan tahun bahkan ribuan tahun terpendam  dalam tanah karamah dalam kawasan benteng keraton Liya. Hal demikian ini didasarkan falsafah perjuangan Lembaga Forum Komunikasi KabaLi Indonesia yakni "Topogau Satotono" yang mana segenap pengurus besar dan pengurus cabang lembaga ini sampai hari ini benar-benar kerja keras memacu waktu tanpa pamrih dan tanpa dukungan dana sepeserpun, namun karena didasari oleh niat yang suci dan hati yang bersih semata-mata ingin negerinya bangkit dan maju maka mereka semua bekerja dan berusaha keras untuk bangkitnya sebuah peradaban baru asal negeri leluhurnya Liya . Peradaban ini  postulat diperkirakan sudah mulai pertengahan abad ke IX  di pulau Oroho dan pada  abad ke XII datanglah rombongan yang dibawah oleh keturunan Wangsa Rajasa dari Kerajaan Singosari dengan  Raja pertamanya bernama Mahisa Cempaka.

Keajaiban-keajaiban  yang tak henti-hentinya kita mensyukuri dan menantikan sambil berusaha untuk meraihnya melalui kerja keras dan  pengharapan DOA dan RESTU Tuhan YME adalah sebagai berikut :
  1. Pemetaan Zoning dan Studi Teknis Benteng Keraton Liya untuk Lapis pertama dan lapis ke dua telah selesai minggu ke dua Juni 2011 dan selanjutnya mulai tahun 2012 Benteng Keraton Liya sudah akan mulai di pugar oleh Kementerian Kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia.
  2. Revitalisasi Benteng Keraton Liya tahap pertama sudah dimulai sejak tanggal 30 Mei 2011 dan diperkirakan selesai September 2011 oleh Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia melalui Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktur Jenderal Cipta Karya,
  3. Menteri Kebudayaan dan Parawisata Republik Indonesia telah menetapkan bahwa Benteng Liya sebagai "Cagar Budaya Dunia" awal Juli 2011.
  4. Dalam persiapan dimana Desa Liya Raya akan menjadi Desa Wisata Budaya Nasional tahun 2012
  5. Penelitian Ilmiah melibatkan konsultan ahli dari berbagai disiplin dari Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada tentang "Moksa Gajah Mada" di pulau Simpora/Oroho kawasan Benteng Keraton Liya mulai tahun 2012
  6. Rencana akhir tahun 2012 akan didirikan Radio Amatir "Radio Kabali pro FM" pusat di keraton Liya untuk memberitakan kabar-kabar seputar pengembangan sejarah, budaya dan kebudayaan Liya.
  7. Lain-Lain yang belum disebutkan sehubungan kerjasama internasional khususnya dengan negeri Belanda.
Semoga segala usaha bersama ini disertai doa dan dukungan masyarakat luas Liya Raya dimanapun berada serta keluarga besar di Buton insya allah dapat berjalan lancar tak ada satupun aral melintang. Oleh karena itu marilah kita selalu sisipkan waktu untuk panjatkan doa keharibaan Tuhan YME semoga segala usaha ini bisa berjalan lancar, aman, tertib, bermartabat  dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Liya Raya dan Masyarakat Wakatobi pada umumnya dimasa-masa akan datang. Sekaligus sebagai stumulan bagi terbukanya pintu awal (pintu ghaib) untuk kebangkitan pusat dunia negeri "butuni mautil jam'ah" dalam waktu yang tidak begitu lama. insya allah...!
Bagi saudara-saudara saya warga Liya dimanapun kiranya marilah bergabung bersama KabaLi sebab KabaLi muncul karena milik kita semua tanpa kecuali. Dengan demikian bagi saudara-saudara kita yang saat ini kebetulan lagi baik posisinya, lagi mendapat rezeki yang lebih dari yang lain...., kami himbau marilah tanamkan amal jahiriahnya dengan turut menyumbangkan pemikiran baik material maupun spritual untuk sumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemajuan negeri Liya . Jangan hanya tinggal diam kebingungan sebab anda memiliki kesempatan yang berharga untuk membuat suatu perubahan sosial ekonomi yang bermartabat bagi kebaikan saudara-saudara kita yang membutuhkannya. Kami sangat bangga dan menaruh rasa hormat yang tinggi jika ada diantara kita yang mampu memberikan nilai lebih bagi suatu perubahan esensial dalam rangka peningkatan ekonomi kerakyatan di kawasan benteng keraton Liya. Janganlah kita menjadi penghalang bagi kemajuan negeri sebagaimana yang disebutkan oleh Jhon Haris dalam bukunya "The Local Politics of Democration (2005)"  mengatakan bahwa setelah paruh dasawarsa demokratisasi dan desentralisasi di Indonesia, muncul kesepakatan para ahli dan sejumlah pengamat bahwa "elite politik" lokal menjadi penghalang utama bagi perbaikan ekonomi, politik dan sosial di Indonesia. Semoga kita semua bukan bagian dari elite politik di maksud.!?****

Sabtu, 02 Juli 2011

BENTENG LIYA TOGO, CAGAR BUDAYA DUNIA



OLEH : Jodhi Yudono | Sabtu, 2 Juli 2011 | 15:35 WIB
Dibaca: 1332



1
KENDARI, KOMPAS.com--Benteng Liya Togo yang terletak di Desa Liya Raya, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, akan ditetapkan jadi Cagar Budaya Dunia oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) RI.


"Saat ini Benteng Liya Togo dalam proses pemugaran dengan menggunakan dana dari  Kemenpu senilai Rp1,5 miliar," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, Tawakal di Kendari, Jumat.

Menurut Tawakal, Kemenbudpar menjadikan Benteng Liya Togo sebagai Cagar Budaya Dunia, karena memiliki keunikan yang sulit dijumpai di belahan dunia mana pun.
Konstruksi benteng yang tersusun atas batu-batu tanpa menggunakan perekat semen, kata dia, merupakan keunikan tersendiri dari benteng peninggalan Kesultanan Buton itu.

"Konstruksi benteng Liya Togo, mirip dengan bangunan Benteng Keraton Buton yang ada di Kota Baubau, karena memang daerah Wakatobi pernah menjadi wilayah admistrasi kekuasaan Kesultanan Buton," katanya.

Menurut Tawakal, Benteng Liya Togo yang tersusun dari batu-batu itu dibangun di atas lahan seluas 30 hektare lebih.

Di dalam benteng itu terdapat masjid tua yang diberi nama Masjid Liya Togo. "Konon, masjid di dalam benteng itu menjadi pusat penyebaran Agama Islam pertama di kepulauan Tukang Besi (sekarang Wakatobi-red) dan sekitarnya," katanya.

Tawakal mengatakan pekerjaan pemugaran benteng tersebut direncanakan selesai sebelum acara puncak pembukaan kegiatan Sail Wakatobi Belitong di Pantai Desa Sombu, Kecamatan Wangi-wangi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Mendahului penetapan itu, akan digelar Seminar Internasional tentang tradisi lisan yang rencananya dipusatkan di Liya Togo," katanya.

Menyambut pembukaan Sail Wakatobi Belitong kata Tawakal pihaknya juga mempersiapkan berbagai atraksi budaya daerah Wakatobi seperti Kabuenga, Karia, Bangka Mbule-mbule dan sejumlah tarian tradisional setempat.

"Tradisi Kabuenga (ajang muda mudi mencari jodoh), Karia (cara mengislamkan perempuan Wakatobi) dan Bangka (Mbule-mbule (melarung sesajen di tengah laut) sudah masuk dalam kalender Pariwisata Nasional yang digelar setiap bulan Agustus," katanya.****

Sumber : ANT Share9
http://www.antaranews.com/berita/265588/benteng-liya-togo-jadi-cagar-budaya-dunia 

CATATAN REDAKSI DARI LEMBAGA FORKOM KABALI INDONESIA
Benteng Keraton Liya Togo sampai saat ini belum bisa ditetapkan sebagai bagian dari Benteng Keraton Buton di Bau-Bau mengingat dari hasil data lapangan ditemui bahwa hampir semua pasangan Benteng Liya Togo tidak memiliki mortal sebagaimana yang terdapat pada Benteng Keraton Buton. Sehingga postulat peradaban struktur Benteng Keraton Liya jauh lebih tua dari peradaban struktur Benteng Keraton Buton. Benteng Keraton Buton dibangun di zaman Portugis masuk ke nusantara sekitar abad ke XV sedangkan Benteng Keraton Liya di perkirakan dibangun pertengahan abad ke XII oleh keturunan Wangsa Rajasa dari Kerajaan Singosari. Oleh kerena itu selama belum dilakukan penelitian secara seksama sebaiknya para pejabat yang berwewenang tidak boleh mengeluarkan statemen yang bertentangan dengan nilai-nilai ilmiah klasik yang kelak semakin mengkaburkan nilai-nilai peradaban yang saat ini sementara diperjuangkan oleh Devisi Pernaskahan dan Pengembangan Sejarah pada Lembaga Forum Komunikasi KabaLi Indonesia.