KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Rabu, 24 Februari 2010

"POSAASA" TAK PERLU DI KONTESKAN DALAM BENTUK MODIFIKASI TARIAN YANG DIHIMPUN DARI SEMUA POTENSI TARIAN DI WAKATOBI, JIKA SISTEM ADAT DAN TRADISI BUDAYA MASING-MASING WILAYAH BISA DIKEMBANGKAN OLEH PEMDA KABUPATEN WAKATOBI

Sebagaimana yang dilansir pada media Kendari Ekspress tanggal 11 Februari 2010 pada Dead Line berjudul "Tari Posaasa, Bakal Memeriahkan Pembukaan DEEP  Indonesia" menyatakan bahwa tari Posaasa merupakan tari persatuan dan tari kreasi baru dari perpaduan gerakan sejumlah tarian yang ada di Wakatobi dengan mengadopsi tarian Honari Mosega, Kenta-Kenta dari Wangi-Wangi; tarian Lariangi, dan Sombo Bungkale dari Kaledupa; tarian Saride, Lakadandio, Sajo Moane dari Tomia dan tarian Balumpa dari Binongko-----sebetulnya tak perlulah cape-cape Dinas Parawisata dan Kebudayaan Wakatobi memodifikasi berbagai tarian yang sudah berusia ratusan tahun dan menjadi kebanggaan masing-masing wilayah adat jika selama ini sistem pembinaan dan pengembangan seni budaya di wilayah-wilayah tersebut mendapat perhatian baik dari pemerintah daerah Wakatobi. Jangan karena ada event seperti DEEP 2010 yang akan dilaksanakan di JCC pada tangggal 13 s/d 15 maret 2010 lantas eksistensi dan penghargaan budaya sistem wilayah adat dimusnakan begitu saja melalui penciptaan tarian baru yang dimodifikasi. Banyak daerah di Indonesia merasa bangga jika mampu penciptakan tari kreasi baru, namun perlu dicanamkam bahwa daerah-daerah tersebut sebetulnya tidak memiliki aset tarian budaya yang menjadi turun-temurun dan menjadikan kebanggaan tersendiri rakyatnya. Potensi seni budaya pulau Wakatobi utamanya jenis dan macam tari-tarian merupakan aset bangsa dan juga menjadikan kebanggan tersendiri masyarakat dimana seni budaya tersebut berada, bahkan usianya bisa memakan ratusan tahun. Sebagai contoh tarian Honari Mosega dari Keraton Liya usianya diperkirakan sudah mencapai lebih kurang 900 tahun. Tarian ini merupakan tarian para hulubalang penjaga penguasa atau raja mengingat dari simbol-simbol gerakan yang dimandangkan merupakan sebuah isyarat apakah ada musuh yang akan menyerang atau tidak atau apakah para saudagar yang merapat kepantai bertujuan baik atau tidak. Tarian ini diperkirakan mulai ada di Togo Liya sejak pertengahan abad XI SM yang dibawah oleh prajurit Putri Khan asal Mongolia-Tibet yang ketika itu telah berkuasa di Kamaru pulau Buton. Masyarakat yang tinggal di Togo Liya (Oroho) ketika itu merupakan perpaduan campuran antara prajurit Putri Khan, bajak laut dari Papua, Tobelo, Minandanau dlsb yang secara bersama-sama membentuk suatu komunitas bajak laut mengingat letak pulau Wangi-Wangi adalah sangat strategis yang menjembatani antara barat dan timur. Kalau saja selama ini Dinas Parawisata dan Kebudayaan Wakatobi memiliki kemauan keras untuk membina, melestarikan dan mengembangkan budaya tarian Honaro Mosega ini maka sudah barang tentu saat ini kita akan dapatkan suatu komoditas tarian Horani Mosega yang memiliki nilai budaya yang tinggi karena telah dikemas dan dikelolah dengan baik. Oleh karena itu KabaLi tidak sependapat jika di wilayah adat Wakatobi ada pemunculan modifikasi tarian seperti "tarian Posaasa" sementara sebetulnya kita memiliki aset dan nilai-nilai budaya tarian yang tinggi namun tak pernah dikelolah, dikemas bahkan dikembangkan dengan baik selama ini. Marilah kita bersama menghargai aset budaya peninggalan para leluhur kita dengan jalan mari bersama-sama kita kembangkan. Sebuah negeri yang besar jika para pengelolah negeri itu mau menghargai nilai-nilai budaya leluhurnya sebab jika tidak, maka jangan menyesal disuatu kelak nanti kita semua warga Wakatobi akan menjadi penonton di negeri sendiri. Oleh karena itu Forum Komunikasi keluarga Besar Liya (Forkom KabaLi) dalam menyoal masalah-masalah kontalasi kebudayaan dan nilai-nilai sejarah yang dipandang kurang berkembang dengan baik di wilayah sisten adat Keraton Liya maka dalam waktu dekat akan mendirikan SANGGAR KABALI di setiap wilayah kota-kota besar di Indonesia guna mendidik putra-putri asal KabaLi untuk bisa  mencintai da mengembangkan budayanya sebagai amanah leluhur yang perlu dilestarikan sampai akhir zaman yang suatu kelak menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Dan olehnya itu KabaLi mulai saat ini akan mengawal dan mengamankan secara penuh semua kekuatan potensi seni budaya asal keraton liya dari penjarahan dan pencaplokan atau pengatasnamaan baik secara langsung maupun secara simbolik jika ada orang-orang atau lembaga atau apapun namanya dengan sengaja mengadopsi segala bentuk seni budaya Liya Togo tanpa melalui izin secara resmi melalui Badan Pendiri pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya kendari. Perbuatan sengaja atau tidak sengaja melakukan anaksasi atas nilai budaya dan sejarah Liya Togo tanpa melalui permintaan secara resmi ke KabaLi maka itu berarti perbuatan melawan hukum baik hukum negara maupun hukum adat.****