Pada hari Senen tanggal 15 maret 2010 ketua Umum Forkom KabaLi berangkat menuju pulau Wangi-Wangi dengan menumpangi Kapal Motor Aksar dalam rangka mempersiapkan segala sesuatunya untuk penyambutan Tim Arkiologi dari BP-3 Makassar yang datang ke Wangi-Wangi langsung dari Makassar pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2010 dalam rangka melaksanakan tugas Studi Investigasi dan Pemetaan serta Studi Teknis Benteng Keraton Liya yang selama di bangun tahun 1586 tidak sama sekali pernah disentuh oleh pemerintah pemugarannya.
Kondisi Benteng Baluara (Bastian) Talo-Talo
Bagian Sebelah Dalam Mulai Runtuh
Kondisi benteng keraton Liya saat ini sudah semakin memprihatinkan dimana dari 13 buah lawang (lawa atau pintu masuk) yang masih nampak utuh hanya sisa dua buah yakni lawang laro togo dan lawang timi. Sedangkan bangunan struktur benteng keraton liya sudah banyak yang runtuh bahkan tinggi benteng aslinya yang diperkirakan mencapai 3.00 meter kini sisa 1,5 meter saja akibat dari masa pemerintahan Lakina Liya La Ode Taru banyak batu-batu struktur atas benteng diambil batunya oleh masyarakat untuk dijadikan material dasar pondasi jalan atas perintah romusa Jepang melalui kerja paksa yang diperkirakan terjadi mulai tahun 1942 s/d 1948. Pada momen kerja paksa yang dikomandoi oleh Raja Liya La Ode Taru yang ketika itu ditengarahi tanpa bijaksana dan berlaku adil atas desakan para prajurit romusa jepang kepada mantan-mantan Raja Liya sebelumnya beserta keturunannya mengakibatkan banyak Yaro (mantan) Raja Liya dan keturunannya melarikan diri keluar dari desa Liya menuju Maluku, Seram, Irian Barat dan lain sebagainya.
Pada saat pagi hari Selasa tanggal 16 Maret 2010 dalam rangka menyambut kedatangan Tim Arkiologi BP-3 Makassar di dalam wilayah Liya, maka Ketua Umum Forkom KabaLi (La Ode Muhammad Ali Habiu) beserta Ketua Cabang Forkom KabaLi Wakatobi (La Ode-Odhe) mengunjungi pintu khusus para wali penjaga asli togo Liya dengan mengadakan ritual ghaib memintah keselamatan untuk para tim sekaligus meminta restu agar organisasi Forkom KabaLi senantiasa mendapat berkah dari Allah SWT dan perlindungan secara ghaib oleh kekuatan mereka sehingga masyarakat Liya dapat bangkit secara adil dan merata melalui wadah ini. Alhamdulillah doa permohonan dikabulkan oleh Allah SWT dengan memnandai pemunculan raja wali yang menguasai Togo Liya saat itu dan sekaligus awal kebangkitan mereka kembali kepersada tanah liya untuk kembali menjaganya dan menegakkan adat dan tradisi leluhur yang selama ini mereka hanya berdiam di dalam alam bawah tanah togo Liya. Kini kekuatan itu alhamdulilllah telah muncul kembali sebagaimana yang pernah terjadi dahulu kala dalam mengawal kemajuan masyarakat Liya melalui penegakan adat, tradisi dan budayanya sehingga barang siapa yang melanggar maka akan ditegur langsung oleh mereka tanpa ampun. Keadaan saat ini dalam Laro Togo Liya sangat menyeramkan dimana muncul secara ghaib tiba-tiba ada terbang jarak dekat kelelawar dengan bentang sayap selebar layar perahu besar pada sore hari berputar-putar mengelilingi Togo Liya. Demikian pula saat ini terdapat jelmaan kucing hitam yang bisa tiba-tiba menghilang dan barang siapa yang kena cakarnya akan meninggal secara mendadak dan sampai saat ini sudah dua orang menjadi korban. Kucing hitam ghaib ini merupakan penjelmaan orang berpakaian compang-camping berkerudung dan bila di dekati maka akan tiba-tiba menghilang atau menjadi kucing hitam. Sungguh keadaan desa Liya saat ini cukup mencekam dan banyak masyarakat merasa takut.
Pertemuan Tokoh Adat, Tokoh Agama dan
Tokoh Budaya Dengan Tim BP-3 Makassar
Dalam Mesjid Agung Keraton Liya
Adapun Tim Pemetaan dari BP-3 makassar terdiri dari 7 (tujuh) orang yang di ketuai oleh Sigit Darmawan melalui Surat penyampaian kepada Bupati Wakatobi, Nomor : PW.007/201/BPPP.MKS/KKP/2010 tanggal 9 Maret 2010 yang disampaikan oleh Kepala Sub bagian Tata Usaha balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar Drs. Muhammad Ramli
Tepat pada Jam 10.30 WIT bersama Ketua Umum Forkom KabaLi, Ketua Cabang Forkom KabaLi Wakatobi dan Kepala Perwakilan Pemerintah Kabupaten Wakatobi Sultra menjemput Tim BP-3 Makassar di Bandara Matahora Patuno dengan mengendarai mobil Avanza milik Asisten II Sekda Wakatobi. Setibanya di bandara Matahora tepat Jam 11.00 WIT juga bertepatan dengan baru mendaratnya pesawat udara jenis Twin Otter dari maskapai penerbangan Fly Air dan langsung kami menjemput di depan pintu keluar bandara. Bertepatan dengan tibanya kami di pintu keluar bandara Matahora, tanpak Tim BP-3 Makassar terdiri 7 orang dan langsung kami sapah dan selanjutnya kami naikkan barang-barang bawaan dan personnya ke dalam mobil Avanza dan sebaian mobil sewaan. Alhamdulillah tepat Jam 12.45 Tim BP-3 Makassar tiba di salah satu hotel di ibu kota Wakatobi dan disana di adakan koordinasi dengan pejabat Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata juga asisten pribadi Hugua. Setelah urusan selesai, kamipun bertiga berpisah dan saya bersama La Ode Odhe menuju langsung ke Liya Mawi untuk mempersiapkan segala sesuatunya mengingat rencaa pada malam harinya habis shalat magrib akan diadakan silaturrahim dengan para tokoh adat, tokoh agama dan tokoh budaya didalam mesjid agung Keraton Liya.