KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Jumat, 18 November 2011

PEGELARAN BUDAYA LIYA KE II DIDUKUNG DONATUR LUAR WAKATOBI : "BUPATI WAKATOBI DINILAI PILIH KASIH DALAM KEPENTINGAN MASYARAKATNYA !?"

 OLEH : TOTOM WAKATOBI (wartawan free lines)


Indonesia Online News - Kebudayaan Liya ke II Tahun 2011, yang digelar mulai Senin (7/11) laly berjalan dengan sukses. Hal itu berkat atas dukungan para donatur di luar wilayah Pemerintahan Kebupaten Wakatobi, Demikian disampaikan Ketua Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia, Ali Habiu kepada wartawan.

Ali Habiu, mengatakan dengan tidak ada perhatian Pemda Wakatobi kepada kegiatan tersebut membuat banyak pertanyaan banyak masyarakat Wakatobi khususnya masyarakat Wakatobi di Pulau Wangi-wangi.
 
“Masyarakat Liya lebih khususnya mempertanyakan kenapa acara-acara konteksi adat dan budaya Kraton Liya yang telah terlaksana belakangan ini, tidak diperdulikan Pemerintah Daerah Wakatobi. Saya katakana ini memang, Bupati Wakatobi baik secara kelembagaan maupun pribadi tidak ada sama sekali perhatiannya, padahal konteksi ini merupakan iven yang cukup strategis dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah. Sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (m) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah adalah termasuk dalam katagori Hak dan Kewajiban Pemerintahan Daerah Otonom (Pemerintah Daerah kabupaten Wakatobi),” katanya.
 
Kata dia berdasarkan UU pasal 22 ayat (m) tersebut berbunyi, dalam penyelenggaraan otonomi daerah mempunyai kewajiban (m) melestarikan nilai social budaya. Dengan begitu, menurut penilaiannya, menunjukkan bahwa Bupati Wakatobi, Hugua masih pilih kasih dalam menjalankan kepemerintahannya.

“Dan bukan merupakan rahasia umum jika selama ini yang menjadi prioritas penanganan pelestarian dan pengembangan kebudayaan hanya diberikan kepada daerah asal kelahirannya yakni Tomia tanpa secara adil memperhatikan wilayah-wilayah daerah lain (Binongko, Kaledupa dan Wangi-wangi) yang memiliki potensi nilai sosial budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan,” ucapnya lantang.
 

Lanjutnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi, Drs.Tawakkal mengemukakan bahwa mulai tahun 2012 mendatang acara kegiatan serupa yakni Gelar Kebudayaan Liya ke III Tahin 2012 mendatang sudah akan ditangani oleh dinasnya karena telah masuk dalam tugas pokok dan fungsi Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Wakatobi, yang tentunnya akan kerja sama dengan Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia sebagai lembaga independen perintis dan pelestari kebudayaan Liya.
“Kami berharap semoga janji ini bisa merupakan kenyataan pada Tahun 2012 mendatang. Selama acara berlangsung, dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hanya mengambil dokumentasi, publikasi untuk promosi mereka,” ujarnya.
Ali Habiu, menyampaikan bahwa meskipun demikian tanpa bantuan pemerintah Kabupaten Wakatobi pelaksanaan Gelar Budaya Liya ke I Tahun 2010 dan ke II Tahun 2011 ini cukup meriah, bisa berjalan lancar dan sukses.Tentunya hasil berkat kerja keras tanpa lelah dari segenap pengurus Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia baik yang berada di pusat maupun di daerah khususnya di Pengurus Cabang Kabupaten Wakatobi yang dikomandoi oleh Hasan Ndou dan lainya.
Sesuai dengan pengakuannya pelaksanaan Gelar Budaya Liya ke II Tahun 2011 ini jauh lebih sempurna pelaksanaannya jika dibandingkan dengan pelaksanaan Gelar Kebudayaan Liya ke I Tahun 2010 lalu, karena sudah didasarkan atas pengalaman pelaksanaan sebelumnya.
“Kegiatan yang ditampilkan pada acara Budaya Liya ke II Tahun 2011 berupa pemotongan hewan qurban secara tradisional (adat istiadat) dan diskusi kebudayaan. Pada pelaksanaannya dirangkaikan bersamaan pada hari Senin (7/11). Dan Pentas Seni Budaya dengan menampilkan 18 jenis seni budaya tradisional Liya di laksanakan pada hari Selasa (8/11). Kegiatan dimulai Jam 09.00 Wit sampai Jam 14.00 Wit. Sedangkan penampilan Seni Budaya tahun 2010 lalu hanya sejumlah 8 jenis saja,” tutupnya.(by.totom/bustomi)