KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Minggu, 28 Juli 2013

PEMERINTAH WAKATOBI HARUS SEGERA TURUN TANGAN AGAR PERMASALAHAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI LIYA RAYA SEGERA DAPAT TERATASI


OLEH : ALI HABIU *)


Rumput laut memiliki nilai ekonomi yang tinggi (high value commodity), spectrum penggunaannya sangat luas, daya serap tenaga kerja yang tinggi, teknologi budidaya yang mudah, masa tanam yang pendek (hanya 45 hari) dan biaya unit per produksi sangat murah. Tetapi pada kenyataannya tingkat kehidupan masyarakat pembudidaya rumput laut di desa Liya dan sekitarnya masih dominan kurang baik jika dibandingkan dengan para pedagang ikan antar pulau dan sektor informal lainnya.

Permasalahan yang diidentifikasi pada usaha rumput laut di kawasan Liya Raya dan sekitarnya adalah :

  1.  Strategi pengembangan usaha rumput laut masih kurang terencana, pengembangan usaha dominan dipengaruhi oleh faktor harga rumput laut kering, ketika harga rumput laut tinggi maka usaha budidaya berkembang cepat dan begitu sebaliknya. Strategi belum dirancang menjadi suatu struktur usaha dikelolah berorientasi pengembangan dan turunannya, sehingga sangat rentang terhadap perubahan.
  2. Posisi tawar pembudidaya kepada para pedagang masih rendah, disebabkan oleh masih kurang kesesuaian kebutuhan antara industri pengolahan dengan para pembudidaya dan belum berfungsinya kelembagaan pada tingkat petani budidaya rumput laut.
  3. Pelaku usaha kurang berperan sebagai pelaku pemasaran produksi rumput laut pada tingkat lokal maupun antar pulau sehingga harga rumput laut berfluktuasi, sangat berpengaruh pada pembudidaya dalam mengembangkan usaha rumput laut.
  4. Pengembangan budidaya rumput laut masih dilaksanakan sendiri-sendiri secara sektoral.
  5. Masih ditemukan tidak adanya koordinasi yang baik antar dinas/instansi dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan khususnya pada budidaya rumput laut dan penguatan modal serta peningkatan sistem monitoring controlling dan survailance untuk memperoleh data kemajuan usaha budidaya rumput laut yang terpadu di desa Liya dan sekitarnya,
  6. Analisa detail spesifikasi wilayah untuk pemanfaatan areal budidaya rumput laut yang dilakukan pembudidaya selama ini, umumnya tanpa diawali dengan penelitian tentang kondisi daya dukung lahan dan status lokasi, sehingga sangat mempengaruhi keberlanjutan usaha budidaya rumput laut.
  7. Keterbatasan penerapan dan alih teknologi budidaya rumput laut yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas hasil panen yang berkualitas melalui penelitian, percontohan, pelatihan, magang dan penyuluhan yang mestinya menjadi program kerja tahunan pemerintah daerah kabupaten Wakatobi,
  8. Perubahan budaya kerja, nelayan terbiasa mempunyai pola kerja yang dapat langsung mengambil hasil tanpa ada budidaya pemeliharaan sebelumnya, berubah menjadi pembudidaya yang membutuhkan pemeliharaan dan investasi merupakan kendala budaya. Namun dengan melihat kondisi nelayan yang berubah profesi menjadi pembudidya tingkat kehidupannya lebih baik, dapat membantu proses adaptasi perubahan budaya tersebut.
  9. Pada lokasi budidaya yang potensial, belum dikelola karena keterbatasan tenaga kerja dan keterbatasan sarana penunjang untuk mencapai lokasi dan sarana pendukungnya.
  10. Prasarana dan sarana untuk mengembangkan rumput laut dari daerah pesisir pantai wangi-wangi selatan, pulau simpora, pulau sumanga, pulau oroho, pasia roka, uju melebaki dsb masih sangat terbatas, terutama yang mendukung industri pengolahan rumput laut dan turunannya.
  11. Potensi areal budidaya masih kurang optimal pengunaannya, pemanfaatan areal kawasan belum merata dan tertata, skala usaha pembudidaya sangat bervariasi dan masih diperlukan peningkatan jiwa entrepenur bagi pembudidaya. Penataan dan kepastian status pemanfaatan pesisir merupakan salah satu masalah dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut.
  12. Keterbatasan modal usaha untuk pengadaan sarana media budidaya dan bibit rumput laut merupakan masalah saat pembudidaya akan mengembangkan usahanya.
  13. Masalah gagal panen masih sering terjadi pada suatu kawasan atau kelompok , budidaya rumput laut terserang penyakit ice-ice, lumut, dan penyakit layu.

Oleh karena itu, merupakan tanggungjawab dan tugas legislator ke depan untuk mengetok palu secara tegas bahwa pemerintah daerah kabupaten Wakatobi tanpa ragu-ragu harus segera membenahi semua permasalahan di atas melalui program kerja dinas-dinas terkait termasuk dalam menyiapkan dana APBD dan tenaga ahlinya, sehingga dapat segera di atasi semua persoalan kendala pengelolaan rumput laut yang dialami oleh masyarakat Liya Raya, Kapota, Kolo, One Melai dan sekitarnya saat ini.
*) Calon Anggota Legislatif Wakatobi 2014-2019, Partai Golkar Nomor Urut 4, Dapil Wakatobi 2, Wangi-Wangi Selatan.