KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Jumat, 10 Februari 2012

BENTENG LIYA TOGO DIUSULKAN MENJADI WORLD HERITAGE



OLEH : TOTOM


 Luas Benteng Lapis ke-3 sebesar 30 Ha
 

Benteng Liya Togo mengingatkan kita akan peradaban manusia pertama dan terjadinya penyebaran Agama Islam pertama yang dilakukan oleh Djilabu di Wakatobi. Dan ada juga kaitannya dengan lahirnya gugusan pulau-pulau Wanci (Wangi-Wangi), Kaledupa, Tomia dan Binongko yang disingkat dengan nama Wakatobi.(Totom)

Indonesia terus membenahi warisan budayanya.    Setelah Wayang  diumumkan oleh UNESCO sebagai waridan budaya dunia tidak benda pada 7 November 2003, Keris pada 25 September 2005, Batik pada 2 Oktober 2009, dan Angklung pada 18 November 2010, dan berikutnya Tari Saman akan diumumkan pada 19 November 2011. Kini menyusul Benteng Liya Togo, wrisan budaya benda (tangible heritage)  diusulkan menjadi  cagar budaya dunia (World Heritage) oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) RI..
 
Benteng Liya Togo yang terletak di Desa Liya Raya, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara,  Sulawesi Tenggara memiliki 92 situs benda cagar budaya benda  yang tersebar di 12 Kabupaten/Kota. Benteng Liya Togo adalah sebuah benteng bersejarah yang dibuat sebelum masa kejayaan Kesultanan Buton  pada abad ke-12 Masehi oleh rombongan Si Panjonga, Si Malui dan Bau-Basi secara bertahap, Bahkan ada pendapat yang menyatakan benteng ertua di wilayah ini terdapat di pulau Oroho (ken-o- roh-an)  sudah dibangun sejak awal abad ke-11 oleh prajurit Putri Khan yang memerintah sebagai Raja Buton tertua di Kamaru pada pertengahan abad ke-9 masehi.

Benteng Liya Togo merupakan salah satu benteng yang menjadi pusat penyebaran Islam. Itu ditandai dengan adanya bangunan masjid yang diyakini dibangun pada abad ke-16 Masehi atau tahun 1543 masehi.  Di dalam benteng itu terdapat benda dan bangunan bersejarah, seperti meriam peninggalam kerajaan dan gedung pertemuan yang kondisinya sudah lapuk dan karatan termakan usia.

Kondisi benteng

Dalam beberapa tahun terakhir benteng ini  kondisinya terbengkalai. Di berbagai bagian benteng itu telah mengalami kerusakan parah akibat termakan usia. Dengan kondisi seperti itu,  Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, Tawakal di Kendari, menyatakan pada situs kompas.com (2/7/2011), bahwa kini Benteng Liya Togo dalam proses pemugaran dengan menggunakan dana Kemenbudpar senilai Rp 1,5 miliar.

Pada catatan Totom di  Facebook (2/3/2011), Benteng Liya Togo mengingatkan kita akan peradaban manusia pertama dan terjadinya penyebaran Agama Islam pertama yang dilakukan oleh Djilabu di Wakatobi. Dan ada juga kaitanya dengan lahirnya gugusan pulau-pulau Wanci (Wangi-Wangi), Kaledupa, Tomia dan Binongko yang disingkat dengan nama Wakatobi.
Selanjutnyanya meenurut Andi Syahrir, salah satu keunggulan benteng ini adalah terbuat dari batu alam (tanpa perekat semen) dengan tinggi mencapai tiga meter, keliling 16 kilometer, dan luas 30 hektare. Sayangnya, ketika pendudukan Jepang tahun 1942-1945, tentara Nippon memerintahkan pembongkaran benteng dan materialnya untuk digunakan sebagai fondasi jalan dan dermaga. Akibatnya, tinggi benteng saat ini hanya tersisa sekitar satu meter.
Semoga kita makin peduli pada kekayaan warisan budaya Indonesia. (apw) *****


Diposkan oleh indonesiaku di 22:14 http://img1.blogblog.com/img/icon18_email.gif