KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Jumat, 29 November 2013

PESTA ADAT LIYA RAYA : SOMBO / PINGITAN


OLEH : LA ODE  ALIADIN



 Liya Raya merupakan sebutan masyarakat umum untuk empat desa yang berada di kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Liya Raya terdiri dari Desa Liya Togo, Desa Liya Mawi, Desa Liya One Melangka dan Desa Liya Bahari. Desa Liya Togo terletak di bagian dataran tinggi meliputi Benteng Keraton Liya dan sekitarnya yang bisa juga di sebut sebagai Desa induk dari Liya Raya, Desa Liya Mawi terletak di dataran rendah bagian tengah di kelilingi oleh ketiga desa yang lain, desa Liya One melangka terletak di bagian ujung desa Liya Mawi bersebelahan dengan Desa Numana dan desa Liya Mawi, desa Liya One Melangka merupakan hasil pemekaran dari desa Liya mawi yang bisa juga di sebut sebagai pintu gerbang Liya Raya, Desa Liya Bahari terletak dibagian pantai bersebelahan dengan Desa Liya Togo dan Desa Liya Mawi merupakan hasil pemekaran dari Desa Liya Togo dan sebagian desa Liya Mawi.
Sebagaimana desa-desa yang lain di kabupaten wakatobi, Liya raya memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang khas. Salah satunya adalah acara karia. Acara karia dan sombo merupakan acara untuk menandai pertambahan usia manusia dari anak-anak menuju usia dewasa. Karia laki-laki disebut lengko dan Sombo adalah sebutan untuk gadis yang mengikuti acara karia tersebut sebagai pertanda bahwa ia telah dewasa atau akil baligh. 




Tahapan acara bagi sombo di mulai dengan sang gadis di kurung selama 7 hari dan 7 malam tidak boleh keluar melewati batas yang telah di tentukan oleh sara (dewan adat) selama masa kurungan ini sang gadis ditemani oleh imam perempuan atau sara perempuan untuk mengajarkan kepada sang gadis tentang adat istiadat, etika, sopan santun, dan prilaku yang wajib diketahui dan di lakoni oleh sang gadis saat kembali ke rumah dan masyarakat.

Setelah waktu yang telah ditentukan, sombo dikeluarkan dari kurungan dan dilakukanlah upacara mandi bersih kepada sang gadis setelah itu sang gadis di bawa ke sebuah tempat pertemuan dewan adat yang disebut bharuga untuk di dandani.

Usai didandani dengan berbagai macam aksesoris adat, sang gadis akan di antar naik sebuah tempat yang di sebut kansodha’a kemudian di angkat berramai-ramai oleh keluarga dan saudara perempuan sang gadis, di bawa keliling kampung dengan di iringi bunyi gendang yang di sebut tamburu. Ritual ini sebagai symbol bahwa di kampung tersebut ada perempuan yang telah dewasa agar kiranya masyarakat turut serta mengawasi tingkah laku sang gadis dan agar tidak ada yang berani mengganggu sang gadis karena laki-laki yang turut serta memikul atau mengikuti sang gadis selama di bawa keliling kampung tersebut siap melindungi harkat dan martabat serta nama baik sang gadis dan keluarganya.




Selama berada di atas tanduan yang di sebut kansodha’a tersebut sombo di temani oleh satu orang gadis yang sudah pernah melewati masa sombo, tujuannya adalah untuk membantu menenangkan sang gadis selama berada di atas kansodha’a karena terkadang mereka-mereka yang memikul kansodha’a mengiringinya dengan di ayun-ayun dan teriakan-teriakan pertanda kesenangan yang luar biasa.

Setelah selesai di bawa keliling kampung, sombo akan di bawa ke rumah orang tua si gadis dan disanalah terjadi acara bebas, yakni; biasanya orang tua, keluarga dan saudara si gadis akan menari, berjoget riang dan berbagai macam atraksi seperti silat dan lain-lain sebagai pertanda bahagia atas pertambahan usia remaja anak merek



Sumber :