KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Jumat, 29 Januari 2016

ASAL USUL NAMA PULAU-PULAU DI WILAYAH WAKATOBI


Oleh La Patuju





1.       Wangi-Wangi
Sumber luar negeri : istilah Wangi-Wangi diambil dari perilaku manusia pertama yang menghuni negeri ini dengan jiwa suka memberi pertolongan yang sangat membutuhkan perlindungan, dalam bahasa Mindanao – Sulu yaitu bahasa “yakan” disebut Wangi-Wangi7.
Dalam tradisi lisan, masyarakat Wangi-Wangi berasal dari sebuah benda dan bila itu dipakai dalam upacara keagamaan dengan cara dibakar, maka bau atau wanginya akan menyebar ke segala penjuru dunia. Dengan tradisi lisan seperti inilah orang Wangi-Wangi gemar merantau ke seluruh penjuru dunia.
2.       Kaledupa
Dalam tradisi lisan, masyarakat Kaledupa ada beberapa pandangan atau versi yaitu :
a.       Kaledupa berasal dari kata “Kaedupa” sebagian masyarakat menyebut “kayudupa”. Dalam tradisi lisan dikisahkan bahwa suatu ketika ada sekelompok masyarakat menebas hutan untuk membuka lahan perkampungan. Di antara pepohonan yang ditebang itu ada satu pohon yang unik dan mempunyai bau harum, karena keunikannya kayu dijadikan bahan pengharum dan sering dipakai dalam upacara keagamaan sehingga diabadikan menjadi sebuah nama pulau yaitu Kaledupa.
b.       Kaledupa berasal dari pulau karang yang ditumbuhi oleh pohon. Pohon itu berkembangbiak di atas pulau karang dan sangat istimewa yang mempunyai bau harum, sehingga pulau karang ditumbuhi pohon itu diabadikan menjadi nama pulau yaitu Kaledupa.
3.       Tomia
Dalam masyarakat Tomia yang mengetahui tradisi lisan mengemukakan bahwa Tomia berasal dari dua kata yaitu : To artinya Tua (bahasa Bagobo) yaitu bahasa-bahasa yang ada di Mindanao-Sulu dan Mia artinya manusia. Jadi, Tomia diambil dari manusia tertua.
4.       Binongko
Berdasarkan tradisi lisan yang berkembang dalam masyarakat Binongko mengemukakan bahwa Binongko berasal dari kata binong artinya bercerai, tidak teratur (bahasa Cebu) di Philipina dan ko artinya satu (bahasa Cebu). Jadi, Binongko berarti penyatuan yang telah lama hilang. Mateo Bartoli menyebut penyusunan kembali yang tidak teratur (1948 : 36) dengan menyebutnya Binongko.
( http://lapatuju.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-singkat-wakatobi.html)

VERSI SUMBER LAIN
 
Kepulauan Tukang Besi adalah kepulauan yang terletak disebelah timur pulau Buton. Konon katanya dikarenakan penduduk dikepulauan itu sejak dahulu kala telah mengembangkan kebolehan mereka sebagai “Tukang Besi”, maka berdasarkan hasil penelusuran riwayat lama yang dituturkan oleh La Ode Bosa ( Sejarawan Buton ) pendugaan seperti itu, tidak benar. Yang benar, Tukang Besi yang diabadikan menjadi nama kepulauan itu adalah berawal dari peristiwa kehadiran beberapa ratus tokoh rakyat Maluku dibawah pimpinan Raja Hitu ( dipulau Ambon ) yang bernama “Tuluka Bessi ”

Raja Tuluka Besi bersama pengikutnya tiba di pantai Patuno ( Patahuano ) dipulau Wangi – Wangi sebagai tawanan VOC. Mereka disingkirkan keluar dari Maluku karena pemberontakan yang dilakukan melawan VOC yang memusnakan pohon rempah -rempah ( Pala dan cengkeh ) milik raja dan rakyat Maluku yang oleh Belanda ( VOC ) gerakan pemusnahan pohon rempah-rempah itu dikenal sebagai Hongi – Tochen, karena setiba dipulau Wangi – Wangi para tawanan itu berontak lagi bahkan membunuh habis semua serdadu VOC yang menjaga mereka, maka para tawanan itu dipencarkan kebeberapa pulau yang saling terpisah dikawasan itu. Selain masih tetap dipulau Wangi-Wangi, sebagian lagi di Tomia dan Binongko.
Dari tindakan pemencaran para tawanan dari maluku kebeberapa pulau digugus kepulauan itulah, maka penduduk dari aparat kesultanan Buton, menyebut gugus kepulauan itu menjadi kepulauan Tuka Besi. Tuka Besi tersebut diabadikan menjadi “Tukang Besi”. Penyebutan Tukang Besi bagi gugus kepulauan itu terjadi sejak pertengahan abad ke-11.
Asal – usul nama – nama pulau yang ada di kepulauan Tukang Besi yang lazim pula dijuluki sebagai kepulauan Wakatobi :

1. Pulau Wangi – Wangi
Pulau ini terletak dekat dengan pulau Buton dan dikenal oleh pelayar-pelayar dari luar bernama Wangi-wangi, Sebenarnya penghuni pulau ini bernama “Koba”. Koba adalah nama sejenis pohon kayu yang banyak tumbuh dipulau ini pada masa lampau. Pohon koba itu banyak memberikan manfaat bagi penduduk setempat.

Dari pohon Koba itulah, batangnya dapat dibentuk menjadi sampan (perahu), Daun dan buahnya dapat dimakan, kulit batangnya dijadikan dinding rumah, bahkan dapat diproses menjadi selimut dan pakaian, dan sebelum penduduk dipulau ini mengenal peradaban menenun benang dari kapas. Lalu penduduk mengangkat nama kayu koba itu menjadi nama negeri (pulau) ini.

Pulau Koba itu dikemudian hari diperkenalkan namanya menjadi pulau “Wangi- Wangi” Bersumber dari riwayat lama yang ditutukan oleh LA ODE BOSA. Beliau menjelaskan bahwa sudah menjadi kebiasaan pelayar-pelayar sriwijaya, Majapahit dan negeri lainnya yang berlayar dari ked an dari maluku, manakala waktu itu terjadi angin dan ombak besar, dan maka para pelayar akan singgah berlindung dipantai yang aman dipulau tersebut.

Lebih-lebih perahu yang sarat bermuatan rempah-rempah yang datang dari Maluku. Pada saat perahu-perahu iti berlabuh menanti cuaca baik,para awak perahu memanfaatkan waktunya membongkar muatan rempah-rempah yang terkena basah oleh ombak saat berlayar dari pulau maluku seperti : dilakukan penjemuran dan di kemas lagi. Disaat rempah-rempah dari tiap-tiap perahu itu dijemur disepanjang pesisir pantai, maka bersebaranlah bau wangi rempah-rempah itu., bagaiakan seluruh pulau itu menjadi bau wangi. kesan bau Wangi di pulau yang dijadikan tempat persinggahan itu, disebar luaskan oleh pelayar-pelayar kemana-mana, karena nama Koba yang diberikan oleh kalangan penduduk setempat tidak populer dikalangan pelayar asing.

2. Pulau Kapota
Pulau yang letaknya 2 mil arah sebelah barat pulau Wangi-Wangi itu, dikenal dengan pulau “Kapota”. Pada abad 5 lampau di Pulau Koba, memerintah seorang Ratu bernama Wa Surubaenda. Ratu itu beranak 4 orang. 2 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan. Setelah anak-anaknya dewasa Ratu Wa Surubaenda menyerahkan kekuasaannya kepada Gangsalangi berkuasa di Riwu Motalo (Liya dan Oroho), Gangsauri berkuasa di Tindoi, dan Wa Suru Bontongi berkuasa di Mandati Tonga yang menjadi pusat Togo Koba. Karena Pulau yang terletak disebelah barat, dihuni oleh migran dari Lamakera (Flores). Maka puterinya yang terbungsu bernama Patimalela diangkat menjadi penguasa di pulau itu. Karena pulau itu merupakan kegenapan atau kecukupan wilayah yang diperintah oleh dinasti Ratu Surubaenda, Maka pulau itu diberi nama “Kapota”. Dari kata “kapo” berarti genap atau lengkap. Dengan demikian, Kapota berarti kegenapan atau kelengkapan wilayah kekuasaan dinasti Wa Surubaenda.

3. Pulau Kaledupa
Kaledupa adalah pulau yang letaknya disebelah tenggara pulau Koba (Wangi-Wangi). Kata Kaledupa berasal dari “kauhedupa” yang berarti “kayu yang dijadikan dupa”

Konon dizaman dahulu, seorang tua bersama anak dan istrinya membuka lading dipulau itu. Pada suatu ketika,orang tua itu bermimpi tanaman diladangnya diserang hama.ind Supaya ladangnya terhindar dariserangan hama,maka seluruh ladaangnya harus diasapi dengan kemenyan.maka dicritakanlah mimpinya itu kepada anak dan istrinya. Dicarinya kemenyan dipulau itu. Namun tidak didapatkan. Karena cemas kalau mimpinya itu benar-benar terjadi, maka ditebangnya pohon kayu yang berada diladangnya lalu dionggokanya ranting-ranting pohon kayu tebangan itu dan dibakarnya, maka alangkah takjub dan gembira hatinya setelah ternyata ranting-ranting yang dibakar itu asapnya mengeluarkan bau yang Wangi Dari perilaku orang itu, tanaman diladangnya tumbuh dengan subur dan menghasilkan panen yang melampaui lading-ladang penduduk yang lainya dipulau itu. Karena orang tua itu mencperitakan keberhasilan ladangnya berpangkal dari mimpi dan asap kayu wangi diladangnaya,maka berebutlah penduduk memotong batang kayu wangi itu dan memperbuatnya seperti apa yang dilakukan orang tua tersebut. Ketiga batang kayu wangi itu habis,maka semua penduduk bersusah. Orang tua lalu bertapa dibekas tumbuh pohon itu. Didalam pertapaannya orang tua itu memperolaeh kesan : “ bahwa setiap penduduk yang berbuat meniatkan baktinya demi kejayaan dan kehormatan negeri (Togo) pulau ini,maka akan berhasillah setiap apa yang dikerjakan orang itu. Karena negeri (Pulau)ini dipersiapkan agar dikemudian hari menjadi adik dari negeri wolio(Buton). Bertolak dari kesan pertama itu,maka diberinama “Togo Kauhedupa”. Pada saat Kasawari dilantik menjadi Lakina Barata kauhedupa yang pertama, ia menyuarakan semboyan kepada penduduk “ Rodongo sabaangkita mia nu togo, te kahedupa nte nirabu,te andi-andi nu wolio” artinya Dengarlah hai segenap penduduk, negeri kahedupa dicipta untuk menjadi adik (setingkat lebih rendah) dari pada negeri Wolio (Buton). Dengan pernyataan itu memberikan penegasan bahwa kahedupa adalah pemimpin atas negeri (Pulau-Pulau) lain dikawasan kepulauan itu. Bahwa kata kauhedupa dikemudian hari menjadi kalidupa,maka pihak Belanda (VOC)lah yang mengabadikannya, lalu terbawa-bawa hingga kini/kapanpun.
Betapa besarnya penghargaan terhadapnegeri (Togo) kahedupa tersebut, siapapun yang akan merusaknya,menghinanya maka penduduk Togo itu akan membelanya dengan tetesan darahnya sekalipun.

4. Pulau Tomia
Konon dizaman dahulu setelah Ratu Wa Suru bentengi meninggal dunia, maka dimandati Tonga/Koba terjadilah krisis kepemimpinan. Kelompok yang berpengaruh dimasyarakat saling bersaing menjagokan tokohnya masing-masing. Karena Kaapi yang selama Wa Surubonntongi berkuasa adalah penasehat dinegeri itu, namun tidak diindaahkan lagi nasehat-nasehatnya, maka Kaapi memutuskan untuk meninggalkan Koba,iya menitip pesan kepada rakyatnya yang masih menghormatinya antaraa lain : “ Siapa saja diantara kalian yang masih mencintaiku maka susullah sebelum aku kearah tenggara dimasa bulan purnama berikutnya. Untuk kepastian tempat aku akan membuat api agar asapnya dapat mengepul tebal keudara”.

Akibat pertikaian di Mandati Tonga tak kunjung selesai, maka banyak pengikut Kaapi bertekad untuk mencarinya. Setelah mereka tiba dipulau Kaledupa lalu mereka mengarahkan pandangan kearah Tenggara untuk melihat jikalau ada asap tebal yang mengepul keudara. Kaerena tidak melihat isyarat asap tersebut,maka mereka melanjutkan kembali perjalananya. Ketika berda dipantai Lentea Kiwolu tiba-tiba mereka melihat kepulau asap tebal dari sebuah Pulau jauh diarah Tenggara. Lalu mereka berteriak kegirangan “Atoomia,Atoomia, te Kaapi yilahanto”. Kelakuan para penjajah yang berasal dari Koba itu disaksikan olaeh penduduk pulau kahedupa yang sedang mencari siput terheran-heran. Sejak peristiwa itu maka penduduk pulau kahedupa memberinama pulau tersebut dengan “Tomia” akibat dariteriakan penjelajah dari Koba “Atomia” sambil menunjukan kearah bukit.

5. Pulau Binongko
Ada dua pendapat tentang asal usul pulau ini: Bonongko berasal dari kata “Benudongka” yang artinya sabut (kelapa) hanyut. Perawi riwayat menyikapkan bahwa dahulu kala ada sekerat sabut kelapa hanyut terkatung-katung ditengah laut. Tiba-tiba sabut itu berpusing dan tenggelam karena arus yang kuat / kencang. Lalu benda tersebut muncul kembali kepermukaan dan lama-kelamaan menjadi besar dan akhirnya membentuk sebuah pulau. Pulau tersebut akhirnya diberinama Benu-dongka. Riwayat ini tergolong lagenda belaka.

Dahulu kala berlabuh sebuah kapal besar. Sejumlah awaknya naik kedarat untuk mengenali daratan tersebut. Dan awaknya mencari jalan untuk dapat naik ketebing, maka bertemulah mereka dengan seorang ayah dan puteranya. Lalu awak kapal tersebut bertanya kepada mereka “apakah nama pulau ini?” Karena tidak mengerti dengan bahasa awak perahu itu, lalu mereka melarikan diri akibat ketakutan. Sang ayah ditawan untuk dijadikan penunjuk jalan sementara sang anak berlarian pulang kekampung . Sang ayah berteriak kepada anaknya : Wane angku……wine angku…..eee… Maksudya benih diamankan. Dalam keadaan ketakutan sang ayah menunjukan jalan. Setibanya dikampung alangkah kagetnya para awak kapal,setelah dilitnya di pulau itu banyak pohon itu banyak terdapat pohon pala dalam keadaan mereka berteriak: “pala hidup….pala hidup”. Walau pada saat itu pala belum musimnya namun mereka sangat gembira dan sewaktu berangkat mereka berjanji kelak suatu waktu mereka akan kembali lagi, beberapa lama kemudian perahu itu tiba-tiba kembali,karena penduduk ketakutan akhirnya menyingkir kebukit yang mereka sebut “Kolo Makoro”

Penumpang perahu yang berkulit putih berteriak memanggil-manggil: Binongko….Binongko. teriakan seperti seperti itu menirukan teriakan sang ayah “wine angku ” pada saat pertama mereka tiba di pulau tersebut. Para awak menyuruh penduduk untuk mengumpulkan pala dan menukarnya dengan barang-barang yang menarik hati pendududuk. Sejak peristiwa itu pulau tersebut banyak dikunjungi perahu layar milik orang putih,walau percakapan mereka tidak saling dimengerti.maka sejak peristiwa saat itu, maka pulau tersebut diberi nama Binongko berasal dari kata Wine angku artinya benih diamankan. Dan kata pala hidup rupanya telah abadi hingga kini menjadi nama sebuah kampung yang ada di daerah tersebut yaitu “Pala hidu”.

Pulau Runduma
Pulau-pulau kecil yang merupakan hamparan pasir yang terletak dikawasan karang disebelah utara deretan Pulau Wangi – Wangi,Kaledupa, Tomia dan binongko.didalam peta laut dikenal dengan Pulau Runduma.
Konon digugus pulau kecil itu disebut oleh para pelayar yang berasal dari koba karena diwaktu mmalam hari perahu yang berlayar melintasi kawasan karang yang terbentang luas amatlah beresiko dengan menabrak batu karang,maka telah menjadi kebiasaan para pelayar jika berada dikawasan itu pada malam hari,maka perahu dilabuhkan untuk menunggu siang guna melanjutkan kembali pelayaran. lokasi yang dijadikan untuk tempat bermalam para pelayar itu dinamakan “Rondomo” dengan asal kata “Rondo” artinya malam sehingga Rondomo artinya tempat untuk bermalam.

(https://beringing.wordpress.com/2012/06/21/asal-usul-nama-pulau-digugus-kepulauan-tukang-besi/)

Catatan 
Cerita di atas semua bersifat tula-tula, belum tahu kebenaranny sehingga masih butuh penelitian dan penelusuran naskah sejarah lain sebagai pembanding.