Terumbu karang merupakan eko-sistem yang sangat penting dan bernilai tinggi bagi suatu daerah. Karena secara ekologis memiliki produktivitas hayati yang dominan karena adanya daur ulang zat hara yang sangat efisien terjadi dalam system tersebut melalui interaksi yang harmonis antara polyp karang dengan alga zooxanthtella. Secara ekonomis terumbu karang dikenal sebgai habitat untuk berbagai jenis ikan karang yang bernilai niaga tinggi dan sebagai komuditas eksport. Misalnya seperti ikan merah, kerapu serta napoleon dan lain-lain. Dilain pihak jika ditinjau secara estetika terumbu karang memiliki cirri fisik yang indah sekali dipandang mata dengan warna-warni yang menyolok serta dapat menjadi suatu obyek wisata bawa air yang teramat indah dan bernilai tinggi.
Jenis Karang di Perairan Wangi Wangi
Jenis Karang di Perairan Wang Wangi
Jenis Karang di Perairan Wangi Wangi
Jenis Karang di Perairan Wangi Wangi
Terumbu karang memiliki keunikan diantara asosiasi habitatnya atau komunitas lautan yang selluruhnya dibentuk oleh aktivitas biologis. Terumbu karang ialah terdiri dari endapan-endapan massif yang terpenting dari unsur kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan terutama oleh polyp karang atau filum cnidaria, class antozoa, ordo madreporaria dan sclera tina, dengan seikit tambahan dari alga berkapurdan organism lainnnya yag mengeluarkan CaCO3.
Tata letak terumbu karang ini adalah dekat dengan dasar laut meskipun letaknya diwilayah laut dangkal sehingga proses pelapukannya sangat memungkinkan akibat dari pengaruh erbagai aktivitas manusia yang mendiami sepanjang pesisisr pantai sebagai ndampak dari lemahnya sistim masyarakat dan pemerintah untuk melindungi atau menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang ini hingga saat ini dianggap masih kurang. Hal ini dapat dinilai masih tingginya aktivitas masyarakat secara langsung mapun tidak langsung disepanjang pesisir pantai maupun diwilayah laiut pedalaman yang dapat merusak ekosistem terumbu karang, seperti pemboman ikan secara spasial, penggunaan obat sianida.
Kerusakan terumbu karang di wilayah Indonesia sudah dianggap cukup parah dengan kerusakan di atas 70% (Hopley dan Suharsono dalam Winarni D.Monoarfa). Kerusakan terumbu karang di wilayah perairan Wangi-Wangi sudah dianggap pada ambang kerusakan cukup parah. Kondisi ini sudah terjadi sejak wilayah Wangi-Wangi masih masuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Buton tahun 2003 silam membuat Bupati Syafei Kahar ketika itu sempat kebakaran janggot dan memerintahkan jajarannya untuk buat pos komando pengaduan masyarakat tentang pelaporan kerusakan lingkungan terumbu karang.
Intensitas pemboman ikan di wilayah Wangi-Wangi sudah di mulai secara intensif sejak tahun 1979 lalu dengan bahan-bahan peledak diperoleh dari kapal-kapal para saudagar kaya asal negeri ini yang datang dari negeri jiram Malaysia dan Singapura. Walaupun demikian itu sesngguhnya pemboman ikan dalam komunitas masyarakat Wangi-wangi sejak dahulu kala sudah ada namun masih dalam intensitas terbatas dan menggunakan bahan-bahan peledak terbatas pula.
Secara nasional sampai sekarang usaha rehabilitasi kawasan terumbu karang yang telah mengalami kerusakan masih sangat kurang. Sebagai salah satu cara yang bisa dilakukan untuk rehabilitasi terumbu karang adalah dengan mengadakan tranplantasi karang dewasa (Fox et.all dalam Winarni D.Monoarfa ,2000). Meskipun usaha ini dinilai bisa dilakukan, namun adanya pertimbangan luas areal karang yang rusak, maka akan berdampak. Namun sebaliknya bila upaya itu dilakukan justru akan merusak karang dewasa. Apalagi tingkat kelangsungan hidup karang dari usaha transplatansi itu masih rendah. Untuk itu masih diperlukan penelitian-penelitian secara terus menerus guna mendapatkan suatu teknologi yang tepat dalam upaya rehabilitasi terumbu karang yang telah rusak.
Berdasarkan hasil study, di kawasan timur Indonesia mempunyai keragaman jenis karang dengan berpotensi terbesar di dunia. Keragaman jenis ini juga menggambarkan keragaman bentuk atau morfologi karang pembentuk terumbu (Winarni D.Monoarfa et.all, 2002). Khusus untuk daerah perairan Wangi-Wangi saat ini terkenal di dunia dengan wilayah penyelaman terindah di dunia dimana memiliki cirri khas karang lunaknya lebih nenajubkan ketimbang kepulau Fiji di Hawai yang terkenal itu. Di dalam lautan wilayah perairan Wangi-Wangi terdapat 350 jenis species ikan di antaranya terdapat 32 jenis ikan butterfly.
Oleh karena itu mengingat potensi terumbu karang ini begitu besar manfaatnya dalam pengembangan parawisata di Wilayah Wangi-Wangi maka sudah sepantasnya Pemerintah Daerah harus semakin aktif dan tanggap dalam mengawasi penrusak-penrusak terumbu karang di wilayah kerjanya, dengan melibatkan suatu kekuatan sosial budaya era baru yakni Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (Forkom-KabaLi) untuk diberi peran mengambil bagian dalam mengakses potensi massanya agar potensi sumber hayati alam dibawah laut perairan Wangi-Wangi dapat dikelolah dengan baik agar bermanfaat ekonomis bagi kehidupan masyarakat di daerah ini***