KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Jumat, 12 Agustus 2011

GAJAH MADA ‘KSATRIA DARI PULAU WANGIWANGI’ AKAN DIFILMKAN


Oleh : Mahaji Noesa

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka, REP | 20 June 2011 | 15:19 213 6
1 dari 2 Kompasianer menilai menarik



Media warga kompasiana.com kembali membuktikan diri sebagai salah satu saluran informasi yang kontennya diperhitungkan. Hal itu, antara lain, bisa dibuktikan dari ungkapan Ketua Lembaga Forum Komunikasi (Forkom) Kabali Indonesia, Ali Habiu, dalam tulisannya yang diposting Minggu,12 Juni 2011 di opinion-publika.blogspot.com

 Salah satu tarian warga Liya, Wakatobi/
Ft:informasibudayaliya.blogspot.com


Pengurus Pusat lembaga yang konsen di bidang pelestarian nilai-nilai tradisi, sejarah dan budaya Keraton Liya di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tersebut, menyebut (tersirat) materi tulisan bertajuk ‘Gajah Mada Lahir dan Wafat (Moksa) di Liya, Wakatobi’ (postingan 1 April 2011), kini sedang ditelusuri untuk memperkuat penyusunan materi naskah pembuatan sebuah film kolosal.

 Saat ini, katanya, pihak ‘Semut Putih Indonesia’ – produser film-film kolosal di Indonesia sedang merencanakan untuk membuat sebuah film kolosal yang berjudul ‘Ksatria dari Pulau Wangiwangi’. Sinema itu rencananya akan mengangkat cerita efik sejarah tentang Mahapatih Gajah Mada (Ksatria Wangiwangi) yang menjadi pemersatu Nusantara.

Dalam rangka itulah, pada 11 Juni 2011 lalu, Direktur Produksi ‘Semut Putih Indonesia’ Lucky Valentino melakukan pertemuan khusus dengan Ketua Forkom Kabali, Ali Habiu dan La Ode Ali Ahmadi (Wakil Sekretaris) di Hotel Estate, Kota Kendari, ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Kepada pihak Forkom Kabali dilakukan konfirmasi data berkaitan dengan kisah Gajah Mada khususnya di Pulau Buton, juga menyangkut perjalanan hidup Mahapatih Kerajaan Majapahit ini seperti yang telah dipublikasikan melalui kompasiana.com. Simak: Gajah Mada Moksa

Film ‘Ksatria dari Pulau Wangiwangi’ sebagaimana dikutip dari manuskrip naskah film tersebut, dimaksudkan untuk mengangkat efik sejarah yang megah tentang jejak hidup Gajah Mada yang lahir di Pulau Buton dan moksa di Wangiwangi. Alam dan kehidupan pulau-pulau, situs peninggalan sejarah, tradisi dan budaya khususnya di bekas wilayah Kesultanan Buton di Kabupaten Buton, Kota Baubau, dan Kabupaten Wakatobi yang juga memiliki panorama bawah laut terindah di dunia direncanakan akan melatari film ini. Pembuatannya diarahkan agar sejarah menjadi menarik dan menemukan konteksnya di masa kini, terutama agar setelah menonton orang-orang akan tertarik untuk menyimak lagi sejarah bangsa Indonesia, termasuk mengenai Mahapatih Gajah Mada yang ternyata adalah Ksatria dari Pulau Wangiwangi.

Pohon Cempaka berusia ratusan tahun di situs Keraton Liya/
Ft:informasibudayaliya.blogspot.com


Penggarapan sinema sekaligus dimaksudkan untuk mengangkat masalah aktual mengenai identitas bangsa dan nasionalisme, agar setelah menonton anak-anak bangsa dapat lebih menghargai warisan sejarah Nusantara.

Daratan Pulau Buton serta pulau-pulau sekitarnya, termasuk Pulau Wanci (Wangiwangi), Kalidupa, Tomia dan Binongko yang kini menjadi Kabupaten Wakatobi, melalui catatan-catatan sejarah diketahui sejak ratusan tahun lalu pernah menjadi tempat para bangsawan kerajaan-kerajaan Nusantara dan pengikutnya untuk mengamankan diri. Baca: Buyon Jelang Tahun Baru Di samping, Pulau Buton dan sekitarnya di masa silam tercatat sebagai wilayah yang sering dijadikan tempat persinggahan para pelaut bangsa Eropa. Di daratan pulau Buton ada bahasa warga Ciacia yang sejak ratusan tahun lalu menggunakan huruf yang sama persis dengan aksara Hangeul — huruf Korea untuk komunikasi tulis, sekalipun berbeda dalam pengucapan lafaznya
Bahkan jauh sebelum abad XV ketika bangsa portugis mulai menjelajah kepulauan Nusantara, diperkirakan bangsa dari daratan Amerika sudah pula menjalin komunikasi dengan warga yang berdiam di wilayah Pulau Buton dan sekitarnya. Salah satu bukti, tanaman ubi kayu yang berasal dari benua Amerika sudah menjadi makanan pokok penduduk yang mendiami kepulauan Wakatobi, Buton, sebelum bangsa Portugis menjelajahi perairan Indonesia abad XV – XVII. Simak: K-Suami Wakatobi

Kandidat doktoral bidang antropologi budaya di Universitas Gajah Mada, Suminan Udu, disebutkan, telah mengakui bahwa sekalipun cerita rakyat mengenai Gajah Mada di Pulau Buton dan Wangi-wangi belum memiliki data akademis yang kuat, namun sebagai konteks data dimensi fungsional sebuah masyarakat, sudah cukup kuat untuk dijadikan obyek publikasi ataupun pencitraan.

Dalam rangka penyempurnaan manuskrip film Gajah Mada, menurut Ali Habiu, pihak ‘Semut Putih Indonesia’ juga akan melakukan konsultasi dengan para pakar sejarah dan budaya yang tergabung dalam tim penaskahan film-film kolosal Indonesia di Jakarta. Setelah itu, Tim Produksinya akan kembali lagi ke Sulawesi Tenggara, terutama dalam rangka meminta restu dan dukungan kepada Bupati Buton, Walikota Baubau, dan Bupati Wakatobi. Sekaligus melakukan penjajakan ke sejumlah lokasi yang memiliki situs dan artefak perjalanan Gajah Mada di ketiga wilayah yang beretnis Buton tersebut.

Informasi terakhir yang dilansir (18 Juni 2011) oleh Wakil Sekretaris Forkom Kabali, La Ode Ali Ahmadi, saat ini sejumlah ahli bidang kebudayaan lokal dan nasional sedang dipersiapkan untuk melakukan identifikasi awal mengenai situs Gajah Mada yang terdapat di sejumlah tempat di bekas wilayah Kesultanan Buton. Di antaranya, mengenai 40 makam yang selama ini disebut-sebut sebagai makam pengikut Mahapatih Gajah Mada di Kampung Majapahit di Desa Masiri Batauga Kabupaten Buton. Berikut menhir yang terdapat di Gunung Wagumbangga, dan sebuah makam yang dikelililingi pohon Cempaka Biru sebagai bagian dari jejak Gajah Mada.
Menhir yang terdapat di puncak Gunung Labalawa yang dahulu merupakan wilayah Kerajaan Tobetobe – sekitar 5 km dari Benteng Keraton Wolio (Kota Baubau), pun selama ini ditengarai sebagai Prasasti Majapahit. Sejumlah pesan-pesan yang hidup dituturkan turun-temurun dalam masyarakat di sejumlah tempat di Kabupaten Buton dikaitkan sebagai pesan dari Mahapatih Gajah Mada.

Watu Mada (Batu Mada) yang sejak lama dikenal masyarakat di Desa Liya, Pulau Wangiwangi, Kabupaten Wakatobi, kuat dugaan sebagai batu penanda peninggalan Gajah Mada. Termasuk akan diidentifikasi sejumlah menhir dan batu yang bertuliskan huruf Pallawa yang dicurigai sebagai peninggalan Gajah Mada dan pengikutnya di Pulau Wangiwangi.

Sejumlah artis film nasional yang dinilai cocok untuk memainkan peran dalam film epik sejarah Gajah Mada ‘Ksatria dari Pulau Wangiwangi,’ di antaranya, Toro Margen, Nicholas Saputra, Lindung Simatupang, Bondan Prakoso, Tio Pakusadewo, dan Dian Sastro.
Menariknya, dalam tulisan Ketua Lembaga Forkom Kabali Indonesia di opinion-publika.blogspot.com (12 Juni 2011), dikaitkan dengan postingan naskah di kompasiana.com berjudul ‘Gajah Mada Lahir dan Moksa di Liya, Wakatobi. Dia menjuluki saya sebagai 
‘Budayawan Kompasiana’. Hahaaa….kambanaaa………….
 
-----------------------------------------------------------------
KOMENTAR BERDASARKAN :
  • 4 July 2011 22:10:49

    Aktual.
    Moga penggarapan film ini mendapat kemudahan dan bantuan dari berbagai pihak.
    Moga bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia agar lebih menghargai warisan sejarahnya sendiri dan sadar, Indonesia juga bangsa besar.

     |

  • Sama Mas Alam,,serius niy Gajah Mada mw difilmkan,,hoohoo,,saya mengagumi sosoknya juga..

    |
  • 18 July 2011 08:28:14

    aku pengagum gajah mada dan aku jg sedang dalam persiapan pembuatan film gajah mada. untuk pembuatan film bertajuk sejarah besar imdonesia saya sangat mendukung, hanya daja jangan sampai sejarah itu berbelok dan tidak bertanggung jawav yg akhirnya malah merusak sejarah itu sendiri, menurut aku gajah mada bukan dari pulau wangi wangi, buton, sulawesi, tetapi berasal gari aerah malang selatan di pesisir sungai brantas dan mokea di daerah madakaripura, di kaki gunung bromo, daerah prono linggo. hal ini tertulis sangat jelas di dalam kitab negarakertagama. kitab ini di tulis pada jaman majapakit msh berdiri, dan diperkuat oleh beberapa petulisan yg lain dr cina, semisal fa hian yg hidupnya pada jaman itu jg. kitab negara kertagama adalah merupakan data primer yg sering digunakan oleh para peneliti sejarah sebagai bahan referensi. menurut aku yg berasal dari sukawesi adalah KARAENG yg pada saat itu di panggil oleh gajah mada untuk ikut membangun majapahit. dalam hal ini adalah prjurit lelautan dgn pangkat senopati dan dibawah komando Laksamana Nala akhirnya mampu menrembangkan prajurit kelautan yg sangat dahsyat yg terkenal dengan semboyannya JALES VEVE JAYA MAHE ( sekarang angkatan laut ). sekedar untuk tukar informasi dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, sikahkan kunjung website kami : http://www.filmgajahmada.com. (R. SS/ RanggaI

     |
  • 20 July 2011 10:25:44

    @Dalam buku Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada zaman Kerajaan Majapahit tahun 1364, tak menjelaskan pasti dimana Gajah Mada yang Maha Patih Kerajaan Majapahit itu lahir dan wafat. Bukti-bukti arkeolog (tempat, artefak dan prasasti) tentang kelahiran dan moksanya Gajah Mada di Pulau Buton (Wakatobi) kini sedang diupayakan oleh pihak Forkom Kabali di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
    Sekedar catatan, sebutan ‘Karaeng’ yang dimaksud adalah salah satu gelar kebangsawanan di Kerajaan Gowa-Tallo (Kerajaan Makassar).
    Menurut ahli Lontara di Sulsel tokoh (Tomanurung) yang dijadikan raja pertama di Gowa terjadi di awal-awal abad XIV.Kerajaan Gowa mulai dikenal keluar sejak dipimpin Raja Gowa IX, Tumapa’risi Kallonna pada abad XVI (1510 - 1546).
    Sedangkan peran Gajah Mada di Kerajaan Majapahit berlangsung di abad XIII - XIV. Ada yang menyebut Gajah Mada lahir tahun 1290 dan moksa (wafat?) tahun 1364. Menurut sejarawan Sulawesi selatan Prof.Dr.H.Mattulada (alm)belum atau tidak ada terdapat catatan mengenai Kerajaan Gowa di jazirah Sulawesi di bawah abad XIV. Jadi suatu hal baru jika mengaitkan sebutan ‘Karaeng’ dengan keberadaan Gajah Mada atau dengan Kerajaan Majapahit.
    Dalam catatan Mpu Prapanca (Negarakertagama) jelas ada disebut Butun (buton), wangiwangi, Selayar,dan Bontain, sebagai wilayah Kerajaan Majapahit.
    “…..muwah tanah i bantayan pramuka bantayan len luwuk tentang udamakatrayadhi nikanang sunusaspupul ikangsakasanusanusa makassar butun banggawi kuni graliyao wangi (ng) salaya sumba solo muar,….”( Mattulada mengutip buku ‘Gajah Mada’ karangan Muhammad Yamin, terbitan Balai Pustaka Jakarta tahun 1945).
    Titip:

    Pejuang Perintis Angkatan Laut Asal Sulawesi selatan

     |
  • 18 July 2011 08:30:
    kunjungi web kami, http://www.filkgajahmada,com.
    R. SS. Rangga.

     |
  • 18 July 2011 09:27:48
    @Tq tlah menyimak Pak Rangga, ini trntunya merupakan informasi penting bagi Forkom Kabali di Kabupaten Kepulauan Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara yang kini lagi serius mengumpulkan bukti dan jejak kelahiran Maha patih Gajah Mada