OLEH
: HUMAS KABALI
Forum Diskusi Masyarakat Wangi-Wangi
DR. L.M. Alifuddin Nur, M.Ag dalam sebuah acara diskusi
Pemerintah Kabupaten Wakatobi secara real hingga saat ini belum secara adil dan merata membina para kelompok-kelompok pengrajin tradisional yang terdapat di berbagai ethnis di wilayahnya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kreatif di bidang kelompok pengrajin hanya dapat dinikmati oleh kelompok-kelompok dari ethnis tertentu saja, padahal potensi corak dan ragam hasil produk petenung masing-masing ethnis memiliki motif tertentu.
Pemerintah Kabupaten Wakatobi secara real hingga saat ini belum secara adil dan merata membina para kelompok-kelompok pengrajin tradisional yang terdapat di berbagai ethnis di wilayahnya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kreatif di bidang kelompok pengrajin hanya dapat dinikmati oleh kelompok-kelompok dari ethnis tertentu saja, padahal potensi corak dan ragam hasil produk petenung masing-masing ethnis memiliki motif tertentu.
Lembaga
Forum Komunikasi Kabali Indonesia sejak tahun 2011 lalu telah banyak memberikan
koreksi dan pelaporan langsung ke Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
untuk dapatnya secara arif dan bijaksana menjembatani ketimpangan ini sehingga
para kelompok pengrajin tredisional di wilayah Wakatobi dapat maju secara bersama-sama dari semua
kelompok ethnis.
Katakan
saja kelompok pengrajin tradisional asal Benteng Liya, disana sejak dahulu kala
sangat terkenal hasil-hasil produk para pengrajinnya, sayangnya hingga saat ini
pemerintah kabupaten wakatobi belum ada perhatian khusus pada kelompok ethnis
ini. Kini di Kawasan Benteng Keraton
Liya telah di akomodir kelompok-kelompok pengrajin tradisional untuk
mempermudah distribusi pendidikan dan pelatihan serta pembinaannya yang terdiri
dari Kelompok Pengrajin Tradisonal Kabali Keraton Liya (Liya Togo), Kelompok
Pengrajin Tradisional Kabali Sempo, Kelompok Pengrajin Tradisional Liya Mawi
dan Kelompok Pengrajin Tradisional One Melangka.
Alat Tenung Tradisional
Diharapkan kelompok-kelompok pengrajin tradisional ini yang direkrut dari komunitas para pengrajin berketurunan di kawasan Benteng Keraton Liya ini dapat memberikan kemudahan akses bagi pemerintah pusat khususnya Kementerian Perindustrian untuk mendatangkan program pendidikan dan pelatihan termasuk bantuan-bantuan peralatan modern, sehingga kedepan kelompok-kelompok pengrajin ini dapat menghasilkan produk-produk tenung dengan motof kolaborasi antara tradisional dan modern sebagai soko guru leading sektor parawisata di wilayah ini. Para turis akan disematkan selendang hasil tenung tradisional Kabali, juga akan diberikan sarung hasil tenung tradisional Kabali, sehingga ketika mereka memasuki gerbang wisata menuju Benteng Liya mereka para turis telah disematkan sesuatu kekhasan yang dapat menutup auratnya bersifat islamik. Disamping itu juga sebagai oleh-oleh tradisonal dalam kawasan wisata Liya Togo.
Alat Tenung Tradisional
Berdasarkan
sumber berita dari media on line hari senin, tanggal 2 Juli 2012 yang dikutif
dari http://www.antaranews.com/berita/319305/pemkab-wakatobi-dorong-perajin-hasilkan-produk-berkualitas,
mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Wakatobi, Sulawesi Tenggara mendorong para perajin di daerah itu
untuk terus meningkatkan kualitas produksi kerajinan, sehingga kerajinan yang
dihasilkan bisa laku dan mampu bersaing di pasaran.
"Saat
ini, kami pemerintah Kabupaten Wakatobi terus melakukan pembinaan kepada para
perajin agar bisa menghasilkan produksi kerajinan yang berkualitas tinggi,
sehingga mampu bersaing di pasaran," kata Ketua Badan Perencanaan
Pembangunan Kabupaten Wakatobi, Abdul Manan di Wangiwangi, Senin.
Selain
itu kata dia, Pemkab Wakatobi juga mendorong para perajin agar terus
mengembangkan kreatif dan inovasi sehingga bisa melahirkan bentuk-bentuk atau
motif kerajinan yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
"Menghasilkan produk kerajinan berkualitas tinggi tapi tidak memenuhi selera konsumen di pasaran umum, menjadi percuma. Karena itu, menjadi kewajiban Pemkab Wakatobi, mengarahkan para perajin untuk bisa menghasilkan bentuk-bentuk kerajinan yang memenuhi selera pasar," katanya.
"Menghasilkan produk kerajinan berkualitas tinggi tapi tidak memenuhi selera konsumen di pasaran umum, menjadi percuma. Karena itu, menjadi kewajiban Pemkab Wakatobi, mengarahkan para perajin untuk bisa menghasilkan bentuk-bentuk kerajinan yang memenuhi selera pasar," katanya.
Menurut
Manan, kerajinan tradisional masyarakat Wakatobi yang hingga saat ini masih
bertahan dan digemari konsumen di pasaran, adalah kerajinan parang, pisau,
alat-alat pertanian dan perkakas dapur yang terbuat dari besi.
Saat
ini, kata dia para perajin sudah mengembangkan bentuk dan motif dari kerajinan
besi tersebut sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga tidak kalah bagus
dengan produk-produk perkakas dapur dari industri.
"Kita terus mendorong para perajin agar tetap kreatif dan inovatif melahirkan bentuk-bentuk kerajinan yang bagus, sehingga kerajinan tradisional peninggalan dari leluhur itu tetap eksis sepanjang masa," katanya.
Kerajinan lain yang banyak dikembangkan warga adalah kerajinan kain tenun, baik kain tenun tradisional khas masyarakat Wakatobi, maupun kain tenun khas masyarakat suku Bajo, termasuk kerajinan kerang-kerangan dari kulit mutiara.
"Kita terus mendorong para perajin agar tetap kreatif dan inovatif melahirkan bentuk-bentuk kerajinan yang bagus, sehingga kerajinan tradisional peninggalan dari leluhur itu tetap eksis sepanjang masa," katanya.
Kerajinan lain yang banyak dikembangkan warga adalah kerajinan kain tenun, baik kain tenun tradisional khas masyarakat Wakatobi, maupun kain tenun khas masyarakat suku Bajo, termasuk kerajinan kerang-kerangan dari kulit mutiara.
"Ketiga
jenis kerajinan itu, saat ini sudah menembus pasar di Jepang dan negara-negara
Eropa," katanya.
Menurut dia, hasil kerajinan masyarakat Wakatobi tersebut menembus pasar di Jepang dan negara-negara Eropa atas promosi yang dilakukan Yayasan Megranian Bina Bangsa, yayasan di Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. ****
Menurut dia, hasil kerajinan masyarakat Wakatobi tersebut menembus pasar di Jepang dan negara-negara Eropa atas promosi yang dilakukan Yayasan Megranian Bina Bangsa, yayasan di Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. ****