OLEH : RAHMAD HARDIANTO
SIPANJONGA atau nama aslinya adalah KARTANEGARA merupakan Raja Terakhir Singosari yang mengasingkan diri ketika Kerajaan Singosari di serang oleh tentara Mongol. Pada serangan tersebut dikabarkan bahwa KARTANEGARA telah wafat dibunuh oleh pasukan Mongol, namun keadaan sebetulnya bukan dia yang meninggal namun seorang pengikut setianya yang menyamar sebagai Kartanegara. SIPANJONGA diambil dari asal kata “jonga” atau yang dipayungi adalah merupakan Raja Liya kedua diperkirakan mulai Tahun 1276 - 1295 yang meliputi kekuasaannya diseluruh wilayah kepulauan tukang besi mulai dari wangi-wangi, kaledupa, tomia dan binongko atau sekarang disebut wakatobi. Adapun leluhur SIPANJONGA adalah seorang Ulama terbesar sepajang masa, juga yang termulia di tanah Arab (Mekkah). SIPANJONGA menikah dengan SIMALUI yang merupakan seorang Putri dari Kerajaan Pamalayu yang terletak di pulau Sumatera. Dari pernikahan SIPANJONGA dan SIMALUI lahirlah WA KAA KAA dan BETOAMBARI, yang mana BETOAMBARI dikenal oleh masyarakat dunia sebagai GAJAH MADA. GAJAH MADA mengandung pengertian Gajah yang menjalankan risalah agama yang dibawah oleh NABI MUHAMMAD SAW; yang mana penulisan nama yang sebenarnya adalah GAJ AHMADA atau GAJ AHMAD. WA KAA KAA menikah dengan SIBATARA atau dikenal dengan nama ARDHA-RAJA (“RAJA di BUMI”) atau juga dikenal dengan nama RADEN WIJAYA sebagai Raja Majapahit ke-1 adalah anak dari JAYA KATWANG (Raja Kediri) ..BETOAMBARI, atau GAJAH MADA, atau GAJ AHMAD merupakan Patih Amangkubhumi (“Patih yang mem-‘paku’ atau menancapkan SESUATU di BUMI”) di KERAJAAN MAJAPAHIT. BETOAMBARI, atau GAJAH MADA, atau GAJ AHMAD merupakan ipar dari SIBATARA atau ARDHA-RAJA, sehingga dengan demikian BETOAMBARI merupakan menantu-nya JAYAKATWANG (Raja KEDIRI). BETOAMBARI, atau GAJAH MADA, atau GAJ AHMAD menikah dengan adik dari SIBATARA atau ARDHA-RAJA (saat ini turunannya sebagian besar menetap di “NEGERI LIYA” atau LIYA TOGO atau pulau OROHO yang sekarang ini berada dalam wilayah KABUPATEN WAKATOBI). BETOAMBARI, atau GAJAH MADA, atau GAJ AHMAD merupakan seorang NEGARAWAN BESAR, dimana sebenarnya beliau-lah yang menjadi pengendali KERAJAAN MAJAPAHIT pada masa-masa keemasannya yang selanjutnya kerajaan tersebut menjadi “pudar” setelah wafatnya beliau. BETOAMBARI, atau GAJAH MADA, atau GAJ AHMAD merupakan seorang MUSLIM yang SANGAT TAAT melaksanakan AJARAN ISLAM, namun karena “kondisi” menjadikannya terpaksa menyembunyikan ke-ISLAM-an-nya, sekaligus sebagai bentuk & perwujudan RASA TOLERANSI yang sangat tinggi & mulia terhadap masyarakat KERAJAAN MAJAPAHIT yang berbeda “KEYAKINAN” dengannya. BETOAMBARI, atau GAJAH MADA, atau GAJ AHMAD adalah penulis dari kakawin Negarakartagama yang termasyhur, berdasarkan pengalamannya langsung selama MENJELAJAH (ber-EKSPLORASI) untuk mempersatukan NUSANTARA. Selain diberi nama (“kode”) Negarakaṛtâgama (“Negara dengan agama yang suci, yaitu: ISLAM”), BETOAMBARI juga memberi nama kakawin yang ditulisnya sebagai Deśawarṇana (“Penulisan tentang Daerah-Daerah”). Judul sebenarnya (PESAN TERSIRAT yang sebenarnya ingin disampaikan BETOAMBARI kepada orang-orang BUTUN hari ini), sekali lagi, JUDUL SEBENARNYA dari kakawin tersebut seharusnya adalah: “DAERAH-DAERAH YANG MERUPAKAN WILAYAH KERAJAAN BUTUN”. Jika tidak memakai STRATEGI seperti itu, kemungkinan besar kakawin yang dibuat BETOAMBARI tidak akan selamat dari “kejaran” PARA MANUSIA-MANUSIA KURANG AJAR, terlebih juga saat itu kebencian agama-agama tertentu terhadap ISLAM sedang mencapai puncaknya, & lebih-lebih lagi oleh VOC & BELANDA. BETOAMBARI juga ber-STRATEGI seolah-olah kakawin yang dibuatnya hanyalah merupakan SASTRA pujian untuk keluarga besar HAYAM WURUK (yang sebenarnya adalah keluarga besarnya juga, namun berbeda dalam hal “KEYAKINAN”), & bukan tentang BATAS-BATAS WILAYAH & KEBESARAN KERAJAAN BUTUN. Bahkan, BETOAMBARI memasang “nama pena” di kakawinnya sebagai MPU PRAPANCA (kata “prapañca” artinya adalah ‘bingung’) & memasang tahun 1365 sebagai tahun penulisan kakawin itu untuk benar-benar membuat bingung semua orang, kecuali benar-benar KETURUNAN-nya langsung. BETOAMBARI sendiri meninggal tahun 1364 & dikuburkan di daerah Betoambari yang berada dalam pusat pemerintahan KERAJAAN BUTUN yang didirikan ayahnya, yakni: SIPANJONGA. Kakawin Negarakartâgama pertama kali “ditemukan” kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A. BRANDES, seorang ahli SASTRA JAWA dari BELANDA yang ikut “mengiringi” (MENYERBU) istana Raja Lombok di CAKRA-NAGARA dalam suatu “ekspedisi” TENTARA KNIL di Lombok (yang SEBENARNYA adalah mereka BENAR-BENAR meng-eksplorasi untuk mencari keberadaan kakawin yang ditulis BETOAMBARI, setelah membaca & menterjemahkan “simbol-simbol” (“kode”) dalam kisah-kisah yang tertuang dalam BABAD TANAH JAWI. Kakawin Negarakartâgama “semula dikira” hanya TER-WARIS-KAN (dalam bahasa BUTUN diucapkan sebagai “WAKAF”) di dalam sebuah naskah tunggal. J.L.A. Brandes “menyelamatkan” isi perpustakaan Raja Lombok di CAKRA-NAGARA yang berisikan ratusan naskah lontar (SALAH SATUNYA adalah lontar Negarakartâgama), sebelum istana sang raja DIBAKAR oleh TENTARA KNIL SEMUA NASKAH “dari Lombok” dikenal dengan nama lontar-lontar “KOLEKSI LOMBOK” yang SANGAT TERMASYHUR & disimpan di perpustakaan UNIVERSITAS LEIDEN, Belanda (hahaha.., sepandai-pandainya “MEREKA” mau ber-tipu muslihat & ber-BUAT KOTOR, pada akhirnya tetap akan terbongkar juga di’..?). … Kita coba PAUSE (rehat sejenak) untuk merenungkan RAHASIA-RAHASIA asal muasal KERAJAAN LIYA yang sudah mulai terungkap, walau baru sedikit di atas.
(ini dapat dipahami jika membaca secara seksama mengenai isi kakawin Negarakartagama, Pararaton, Kidung Harsa-Wijaya, & prasasti-prasasti terkait).
Menjadi tanggungjawab semua kalangan ahli sejarah Liya untuk mengungkap sebenarnya siapa saja raja-raja yang pernah berkuasa di Liya setelah Si Panjonga sampai masa Raja Talo-Talo atau Lakundaru....mengingat sampai saat ini tak satupun terdapat naskah sejarah yang mengkisahkan silsilahnya... ?? ****