KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Kamis, 03 Februari 2011

SURAT PENGAKUAN RAHMAD HARDIANTO BAHWA SIPANJONGA ADALAH RAJA LIYA PERTAMA DAN BETOAMBARI ADALAH LELUHURNYA ORANG LIYA.

Rahmad Hardianto 04 Februari jam 11:24 Balas 
• Laporkan Ass.wr.wb. Pak Ali Habiu, 


Terima kasih sudah mengingatkan untuk saya nantinya mengirimkan silsilah yang sementara saya buat. Insya ALLAH akan saya kirim kalau sudah FIX, dimana nantinya mungkin ada bagian-bagian yang untuk saat ini harus saya sembunyikan. Berikut akan saya jelaskan kenapa ada yang harus saya tidak tampilkan nantinya (untuk saat ini). Pak Ali Habiu, dini hari (menjelang subuh) tadi saya alhamdulillah kembali dikasih petunjuk dari ALLAH tentang siapa leluhur saya. Seorang yang sangat-sangat besar di Indonesia, bahkan mungkin juga dunia. Yang pasti, untuk saat ini, saya tidak akan mengungkapkan mengenai siapa beliau yang saya maksud. Padahal, sampai kemarin sore & semalam, saya masih ingin memasukkan nama beliau dalam silsilah yang sementara saya gambar di komputer. Namun, selesai shalat subuh di masjid tadi, saya merenung, yakni jika saya memasukkan namanya dalam silsilah & silsilah itu pada akhirnya jatuh (garis finish-nya) di saya, maka peluang yang terjadi adalah saat ini orang-orang akan berubah menjadi mentertawai saya & mungkin akan menganggap saya sudah gila (atau lagi stress). Karena itu, sambil mendengarkan kuliah agama subuh tadi, saya berpikir keras, bagaimana supaya secara halus, saya bisa menyembunyikan mengenai nama & kebesaran leluhur saya yang satu itu. Saya terangkan: Dari garis ibu, silsilah saya jelas adalah dari Sipanjonga. Walau saya tau nama aslinya, tetapi hanya nama julukannya-lah yang akan saya pasang di silsilah. Itu demi untuk tidak dikultuskannya diri beliau sang pendiri Kerajaan Liya, Kerajaan Buton, Kerajaan Muna, Kerajaan Moronene, Kerajaan Mekongga, Kerajaan Konawe, & kalau tidak salah (soalnya saya belum terlalu yakin untuk yang terakhir ini, mengingat datanya untuk Kerajaan Ternate masih tidak terlalu kuat) beliau juga adalah pendiri Kerajaan Ternate. Saya ulangi, silsilah saya dari garis ibu adalah dari Sipanjonga, sang leluhur orang-orang Liya & kemudian diakui jadi leluhurnya juga orang-orang di kerajaan-kerajaan lainnya di atas (ada yang benar, ada juga yang hanya mengaku-ngaku). Dari Sipanjonga, menurun sampai ke Sultan Murhum yang berasal dari campuran "darah" Liya-Buton-Muna. Dari Sultan Murhum, silsilah saya berlanjut ke garis keturunan Tanailandu, namun ada juga selipan garis keturunan Kumbewaha, tetapi kembali lagi ke Tanailandu (Abdul Ganiyu, sang Kenepulu Bula) sampai ke kakek saya (Lakina Batauga), yang akhirnya menikahi wanita Muna (mungkin demi memperkuat kembali kekerabatan dgn orang-orang Muna). Adapun, silsilah saya dari garis bapak (ayah saya) adalah benar-benar senantiasa murni (turun-temurun) dari Liya (Sipanjonga). Tidak ada campuran dari suku lainnya. Walaupun misalnya ada pernikahan dgn suku lain, namun para buyut saya dari Liya, alhamdulillah sang LAKI-LAKI-nya selalu adalah orang Liya. Begitu murni terjaga garis keturunan saya dari garis bapak saya, hingga ke kakek saya yang hanya jadi imam di masjid Keraton Liya. Oya, etika kakek saya jadi imam di masjid Keraton Liya, saat itu yang jadi Lakina Liya dalah Laode Taru (bapaknya Ali Bosa kalau tidak salah..) yang berasal dari Wolio, bukan murni dari Liya. Dulu-dulu-nya jujur saya sangat kecewa karena di nama saya, di nama bapak saya, & terus ke atas di nama-nama buyut saya tidak ada kata "ODE" (LA ODE) -nya. Padahal kalau dari garis mama (ibu), begitu jelas ODE-nya. Oya, hanya untuk informasi saja, ibu Wa Ode Maasra Manarfa adalah tante saya. Saya dulu benar-benar kecewa karena tidak ada ODE dari garis bapak saya. Bukannya saya gila akan gelar ODE, cuman saya heran saja, kenapa sifat-sifat luhur dari leluhur di garis bapak saya (saya ketahui dari cerita-cerita para tetua di Liya) tidak diperjelas dgn kata ODE. Padahal, menurut saya, sifat-sifat luhur yang ada pada buyut-buyut saya itu adalah seharusnya dimiliki para bangsawan. Itu semua akhirnya terjawab (walau belum terjawab FULL) ketika saya menginjakkan kaki kembali di Liya (pada tahun 2008 lalu) setelah belasan tahun meninggalkan Liya. Saat itu, saya sebagai anak bungsu, menjadi wakil dari bapak saya untuk mengurus pertikaian yang tengah terjadi dalam keluarga besar, yakni mengenai masalah tanah-tanah warisan kakek saya (imam masjid Keraton Liya). Kakak-kakak saya saat itu sedang sibuk semua, baik ada yang menjadi kepala bank, ada yang tengah menemani suaminya yang sedang kuliah S-3 di Australia, & ada yang lagi sibuk dgn proyek-proyeknya. Oya, saya adalah bungsu dari 4 bersaudara (3 orang kakak kandung saya). Kejelasan alasan kenapa buyut-buyut saya tidak ada yang dipasangi ODE di depan namanya akhirnya saya ketahui dari salah seorang sepupu bapak saya, yakni seorang nenek yang sudah berusia lanjut. Saat itu usianya sudah 120 tahun lebih (padahal bapak saya baru sekitar 70 tahunan saat itu), namun kekuatan badan & daya ingatnya layaknya seperti masih umur 60 tahunan. Hebatnya lagi, shalatnya tetap terjaga di usianya yang sudah sangat lanjut itu. Sang nenek (sepupu bapak saya) itu pada akhirnya mengisahkan ke saya tentang leluhur orang-orang Liya. Memang tidak sepenuhnya jelas, karena ada bagian-bagian peristiwa yang "terpotong" atau tidak diingatnya. Alhamdulillahnya, masih di sekitar Liya, saya bertemu nenek lain yang saya yakin sama sekali tidak ada kaitan darahnya dgn saya. Dia meyakinkan saya bahwa pertemuan saya dgn dia itu ada maknanya. Kata sang nenek, banyak orang yang bercita-cita besar (semisal untuk menjadi presiden atau jabatan-jabatan tinggi lainnya) berusaha mencarinya, tetapi mereka ada yang tidak bisa menemuinya karena si nenek itu juga senang bepergian keluar pulau. Si nenek benar-benar meyakinkan saya bahwa peristiwa dipertemukannya saya dgn dia sebenarnya sudah "diatur". Saat itu saya (demi alasan bersopan santun) hanya diam saja mendengar semua ucapan si nenek. Mungkin karena si nenek itu merasa bahwa saya tidak yakin, jadinya si nenek mengajak saya ke suatu tempat & menunjukkan suatu makam yang katanya adalah orang besarnya negeri "ini" (berulang kali dia katakan tentang hal itu). Di sana saya dimintanya untuk beberapa waktu diam merenungkan diri saja (sambil dia berzikir), terus (setelah dia selesai berzikir) si nenek meminta saya mendoakan arwah "orang" di makam itu, akhirnya meminta saya mengikuti kata-katanya yang saya nilai adalah suatu BATATA berupa permohonan kepada ALLAH (melalui para wali ALLAH di dunia) akan semua cita-cita besar & luhur yang ingin saya capai & tuju. Sepulang dari Liya, sekitar hampir sebulan kemudian, saya mendapat kabar bahwa sepupu bapak saya (sang nenek berusia 120 tahun lebih) meninggal dunia. Saya saat itu jadi berpikir, apa mungkin sepupu ayah saya itu dipanjangkan umurnya sampai saya bertemu dgn dia..? Itu cuma jadi pikiran saya... Meskipun sudah mulai jelas, siapa-siapa leluhur saya dari garis bapak, namun ada bagian-bagian penting yang masih agak kurang jelas. Alhamdulillah, di facebook saya dipertemukan ALLAH untuk mengenal & bisa bertanya pada Pak Ali Habiu & abang Ali Ahmadi yang merupakan saudara-saudara saya sesama orang Liya. Memang saya juga sudah bertanya pada orang-orang yang saya pikir mengetahui benar akan "rahasia" Buton. Terbantu juga memang dengan info-info mereka. Namun, saya akui, bagian terbesar yang membuat semuanya menjadi terang adalah info dari sebagian tulisan di blog Pak Ali Habiu yang meminta kita semua yang mengaku orang Buton agar memikirkan sejarah Liya (sambil membeberkan fakta-fakta yang ada tetapi mungkin masih kurang jelas oleh Pak Ali Habiu). Jujur, saya benar-benar berterima kasih dgn ajakan untuk merenungkan itu, Pak Ali Habiu. Karena itu, ketika beberapa hari lalu ada orang-orang yang terang-terangan mengejek & mentertawai isi tulisan-tulisan Pak Ali Habiu (mungkin di pikiran mereka Pak Ali Habiu tidak lebih adalah seorang yang stress atau mungkin mau hampir gila, tabe..) saya langsung mengirim pesan agar Pak Ali Habiu meresponnya sambil saya berjanji akan tampil membela Pak Ali Habiu andai ada yang kembali "menyerang" lagi Pak Ali Habiu. Sayang sekali.., mungkin karena kematangan emosi Pak Ali Habiu (MOSEGA-nya orang Liya kan tidak selamanya harus ditunjukkan langsung di', Pak Ali Habiu..?), beberapa hari lalu Pak Ali Habiu hanya merespon seadanya di grup Mia Patamiana. Namun, alhamdulillah.., tampil juga abang Ali Ahmadi yang menyindir keras orang-orang yang sudah terang-terangan menghina Pak Ali Habiu. Saya saat itu belum melihat kesempatan untuk tampil membela Pak Ali habiu, karena mereka tidak merespon sindiran abang Ali Ahmadi. Kesempatan saya membalikkan mereka adalah kemarin. Moment-nya benar-benar pas untuk saya menunjukkan bukti-bukti terkait info dari pak Ali Habiu (lewat opini & silsilah yang sedang saya buat). Sekaligus saya benar-benar menyerang mereka-mereka yang hanya berani (PENGECUT) mengkritik bahkan menghina orang lain dgn TIDAK BERANI menunjukkan diri asli mereka. Hanya lewat "topeng" saja, sesuatu yang sangat2 berbeda dgn kita-kita orang Liya. Saya misalnya, beberapa waktu lalu sangat terang-terangan menyatakan bahwa WALIKOTA BAU-BAU HARI INI ADALAH SEORANG YANG "BODOH" & MELAKUKAN KESALAHAN-KESALAHAN FATAL". Saya melakukan itu diawali dgn BISMILLAH saja. Tentu saja saya insya ALLAH siap menghadapi resikonya. Dalam minggu ini, saya masih akan "MENYERANG" walikota Bau-Bau, terkait kebijakan atau diamnya dia mengenai kondisi di sekitar makam Betoambari. 

DEMI ALLAH.., BENAR-BENAR DEMI ALLAH.., BETOAMBARI ITU ADALAH LELUHUR ORANG LIYA. Saya tidak akan pernah ikhlas melihat kenyataan di sekitar makam leluhur saya diwarnai kemaksiatan seperti itu... Mohon.., sangat-sangat saya memohon agar Pak Ali Habiu & abang Ali Ahmadi juga menentang kondisi itu... ... 

Demikian dulu dari saya. Maaf saya menulis begini banyak. Tabe jika sekiranya ada kata-kata saya yang terlihat sombong atau tidak sopan. Insya ALLAH tidak ada maksud saya seperti itu (misal dinilai sombong..) & mohon maaf jika terlihat seperti itu. Tabe... Salam, La Hardi****

Sumber :http://www.facebook.com/home.php?sk=group_151044274944488&notif_t=group_activity#!/?sk=messages&tid=1531044756860