Oleh : Humas Kabali Indonesia
Tari Honari Mosega Keraton Liya-Wakatobi
Indonesia tak hanya dianugerahi dengan kekayaan alam yang indah, negeri
ini juga di anugerahi dengan beragam kebudayaan yang unik dan menarik.
Salah satu kebudayaan yang bisa Anda nikmati hingga sekarang adalah seni
tari Honari Mosega.
Kesenian ini adalah tarian perang asli asal Liya, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara yang diperkiraka sudah ada sejak pertengahan Abad ke XIII. Kesenian Tari Tradisonal ini merupakan kebanggaan masyarakat Liya yang mengisahkan tarian berani.
Dahulu kala seni tari Honari Mosega di atraksikan sebelum dan sesudah perang. Tarian ini diadakan sebagai pengungkapan dan motivasi dari semangat prajurit Liya ketika akan berperang mengusir musuh dan kegembiraan mereka karena pulang dengan kemenangan keberhasilan menaklukan musuh.
Tari ini dimainkan oleh beberapa laki-laki, terdiri dari 1 penari inti disebut tompidhe dengan memegang tombak atau parang, dan dilengkapi dengan 1 atau 4 orang sebagai hulubalang yang disebut manu-manu moane dengan memegang tombak dan janur kuning sebagai penghalau bisa atau sihir. Kadang terdapat pula hulubalang wanita yang disebut manu-manu wowine serta 1 orang pemukul gendang atau tamburu.
Penari Tompidhe dan Manu-manu Moane dilengkapi dengan untaian gemerincing dan dalam gerakannya akan selalu menimbulkan bunyi. Terdapat gerakan meloncat dan maju lalu mundur secara beraturan sebagai gerakan silat Liya yang disebut Makanjara, yang dilakukan karena kegembiraan atas kemenangan mereka dalam berperang.
Tari Honari Mosega sejak bergabungnya Kerajaan Liya dengan Kerajaan Buton Tahun 1500-an sering ditampilkan pada acara-acara penyambutan Sultan Buton dan tamu agung lainya maupun perangkatnya serta acara-acara adat yang berlaku hanya dalam lingkup keturunan para bangsawan Liya.
Kesenian ini adalah tarian perang asli asal Liya, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara yang diperkiraka sudah ada sejak pertengahan Abad ke XIII. Kesenian Tari Tradisonal ini merupakan kebanggaan masyarakat Liya yang mengisahkan tarian berani.
Dahulu kala seni tari Honari Mosega di atraksikan sebelum dan sesudah perang. Tarian ini diadakan sebagai pengungkapan dan motivasi dari semangat prajurit Liya ketika akan berperang mengusir musuh dan kegembiraan mereka karena pulang dengan kemenangan keberhasilan menaklukan musuh.
Tari ini dimainkan oleh beberapa laki-laki, terdiri dari 1 penari inti disebut tompidhe dengan memegang tombak atau parang, dan dilengkapi dengan 1 atau 4 orang sebagai hulubalang yang disebut manu-manu moane dengan memegang tombak dan janur kuning sebagai penghalau bisa atau sihir. Kadang terdapat pula hulubalang wanita yang disebut manu-manu wowine serta 1 orang pemukul gendang atau tamburu.
Penari Tompidhe dan Manu-manu Moane dilengkapi dengan untaian gemerincing dan dalam gerakannya akan selalu menimbulkan bunyi. Terdapat gerakan meloncat dan maju lalu mundur secara beraturan sebagai gerakan silat Liya yang disebut Makanjara, yang dilakukan karena kegembiraan atas kemenangan mereka dalam berperang.
Tari Honari Mosega sejak bergabungnya Kerajaan Liya dengan Kerajaan Buton Tahun 1500-an sering ditampilkan pada acara-acara penyambutan Sultan Buton dan tamu agung lainya maupun perangkatnya serta acara-acara adat yang berlaku hanya dalam lingkup keturunan para bangsawan Liya.