Disebut Panglima Armada Barat Dan Armada Timur
Oleh Pimred
Intelijenpost.com : Ode Lahane Aziz
Benteng Buton, Setelah diPugar
Setelah kita telusuri sejarah, berbicara
tentang seni budaya tidak lepas dari pada kita berbicara tentang karakter
sosial dimana budaya tersebut dihasilkan. Honari Mosega sebagai salah satu
contoh seni budaya yang dimiliki oleh karakter sosial orang-orang Liya yang
pada zamannya di kenal dengan orang-orang pemberani dan ahli dalam silat atau
olah kanukragan.
Untuk membenarkan hal demikian ini
diperkuat oleh beberapa referensi atau literatur yang pernah ditulis oleh para
ahli sejarah wolio termasuk pengakuan dari Drs.H. La Ode Manarfa bahwa
Honari Mosega hanya satu-satunya milik Bobeto Mancuana Liya. Pada
zaman kerajaan Buton dahulu kala sudah terjalin hubungan-hubungan pemerintahan
antara Raja Buton dengan Raja Liya Talo-Talo.
Dari hubungan-hubungan ini terjalin
dalam rangka memperkuat kekuasaan Raja Buton dan/atau Kesultanan Buton
sekaligus mempertahankan kedaulatan wilayah pemerintahan Raja atau Sultan Buton
mulai dari wilayah bagian utara Marunene sampai ke bagian timur Binongko dari
pada serangan musuh atau pihak-pihak lain yang ingin mencaplok wilayah
tersebut.
Kemudian, karena itu pada zamannya
di wilayah Kesultanan Buton terdapat dua wilayah yang diberi gelar sebagai
Bobeto Mancuana setingkat Kapitanlau yakni Bobeto Mancuana Sampolawa dan Bobeto
Mancuana Liya. Selanjutnya, Bobeto Mancuana ini memiliki kedudukan sebagai Panglima
Armada yakni kawasan Barat di pegang oleh Sampolawa dan kawasan timur dipegang
oleh Liya.
Lantas kedua wilayah ini dari zaman
kerajaan wolio dan/atau kesultanan wolio pada masa dahulu kala sudah dikenal
dikalangan sara wolio sebagai daerah yang memiliki kelebihan khusus yaitu
Sampolawa mempunyai kelebihan sebagai daerah yang masyarakatnya memiliki ahli kebatinan sedangkan Liya dikenal
masyarakatnya sebagai ahli perang dan
silat atau kanukragan.
Bahkan, pada masa kerajaan Buton
sampai Kesultanan Buton, jika Raja dan/atau Sultan Buton ingin mengadakan
perang, maka terlebih dahulu dia harus berkonsultasi kepada dua Raja di
daerah ini yakni Raja Sampolwa dan Raja Liya.
Sementara jika kedua raja di daerah
ini mengatakan perang, maka otomatis Raja Buton dan/atau Sultan Buton
mengumumkan perang. Begitu pentingnya kedudukan Bobeto Mancuana pada
kedua daerah ini Liya dan Sampolawa.
Honari Mosega merupakan simbol atau
lambang-lambang karakter sosial masyarakat pada zamannya. Honari Mosega
hanya satu-satunya terdapat di Liya dari seluruh wilayah pemerintahan
Kerajaan dan/atau Kesultanan Buton karena dia merupakan ciri khas kultur
masyarakatnya pada waktu itu.
Jika ada pihak lain atau daerah lain ingin
mengakui Honari Mosega sebagai miliknya maka berati Bobeto Mancuana ada dilain
tempat selain Liya dan Sampolawa, sementara itu Kerajaan dan/atau Kesultanan
Buton hanya memberikan kekuasaan Bobeto Mancuana pada dua wilayah yakni
Sampolawa dan Liya.
Dengan demikian jika Mandati masih ingin menklaim bahwa Honari Mosega adalak
miliknya maka buktikan dulu sejarahnya dan minta restu dulu dari Sara Wolio
sebab sesungguhnya Honari Mosega muncul dari karakteristik dan kekhasan
siafat-sifat sosial suatu daerah Liya yakni pemberani, suka berperang dan ahli
kanukragan.
Polemik masalah Honari Mosega yang dihembuskan oleh kalangan masyarakat Mandati
adalah merupakan embrio dari pada adanya migrasi orang-orang Liya sejak akhir
Abad ke VII ke Mandati dengan tujuan awal untuk memperkuat kedudukan Sara
Mandati hasil bentukan Raja Liya dan mereka akhirnya bermukim tetap disana lalu
kawin dan memiliki keturunan-keturunan.
Dari keturunan-keturunan mereka
orang-orang asal Liya yang tinggal di Desa Mandati inilah yang memperkeruh
keadaan dan mengaku-ngaku sebagai Honari Mosega milik mereka padahal
sesungguhnya mereka itu tak lain berdarah asli Liya dan tidak begitu mendalami
dan mengetahui sejarah yang benar dan asal muasal mengapa orang tua mereka
hijrah ke Mandati pada zamannya ***
Sumber