KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI BANDA PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

KabaLi

KabaLi
FOTO FASILITASI TARI NGIFI- LARIANGI LIYA, PADA ACARA FESTIVAL BUDAYA KERATON LIYA TAHUN 2011

Rabu, 17 Februari 2016

SEJARAH KAPITANLAU BOBETO MANCUANA SAMPOLAWA DAN BOBETO MANCUANA LIYA

Disebut Panglima Armada Barat Dan Armada Timur
 
Oleh Pimred Intelijenpost.com : Ode Lahane Aziz


 Benteng Buton, Setelah diPugar
 
 
Setelah kita telusuri sejarah, berbicara tentang seni budaya tidak lepas dari pada kita berbicara tentang karakter sosial dimana budaya tersebut dihasilkan. Honari Mosega sebagai salah satu contoh seni budaya yang dimiliki oleh karakter sosial orang-orang Liya yang pada zamannya di kenal dengan orang-orang pemberani dan ahli dalam silat atau olah kanukragan.
 
Untuk membenarkan hal demikian ini diperkuat oleh beberapa referensi atau literatur yang pernah ditulis oleh para ahli sejarah wolio termasuk pengakuan dari Drs.H. La Ode Manarfa  bahwa Honari Mosega hanya  satu-satunya milik Bobeto Mancuana Liya.  Pada zaman kerajaan Buton dahulu kala sudah terjalin hubungan-hubungan pemerintahan antara Raja Buton dengan Raja Liya Talo-Talo.
 
Dari hubungan-hubungan ini terjalin dalam rangka memperkuat  kekuasaan Raja Buton dan/atau Kesultanan Buton sekaligus mempertahankan kedaulatan wilayah pemerintahan Raja atau Sultan Buton mulai dari wilayah bagian utara Marunene sampai ke bagian timur Binongko dari pada serangan musuh atau pihak-pihak lain yang ingin mencaplok wilayah tersebut.
 
Kemudian, karena itu pada zamannya di wilayah Kesultanan Buton terdapat dua wilayah yang diberi gelar sebagai Bobeto Mancuana setingkat Kapitanlau yakni Bobeto Mancuana Sampolawa dan Bobeto Mancuana Liya. Selanjutnya, Bobeto Mancuana ini memiliki kedudukan sebagai Panglima Armada yakni kawasan Barat di pegang oleh Sampolawa dan kawasan timur dipegang oleh Liya.
 
Lantas kedua wilayah ini dari zaman kerajaan wolio dan/atau kesultanan wolio pada masa dahulu kala sudah dikenal dikalangan sara wolio sebagai daerah yang memiliki kelebihan khusus yaitu Sampolawa mempunyai kelebihan sebagai daerah yang masyarakatnya memiliki ahli kebatinan sedangkan Liya dikenal masyarakatnya sebagai ahli perang dan silat atau kanukragan.
 
Bahkan, pada masa kerajaan Buton sampai Kesultanan Buton, jika Raja dan/atau Sultan Buton ingin mengadakan perang, maka terlebih dahulu dia  harus berkonsultasi kepada dua Raja di daerah ini yakni Raja Sampolwa dan Raja Liya.
 
Sementara jika kedua raja di daerah ini mengatakan perang, maka otomatis Raja Buton dan/atau Sultan Buton mengumumkan perang.  Begitu pentingnya kedudukan Bobeto Mancuana pada kedua daerah ini Liya dan Sampolawa.
 
Honari Mosega merupakan simbol atau lambang-lambang karakter sosial masyarakat pada zamannya. Honari Mosega hanya  satu-satunya terdapat di Liya dari seluruh wilayah pemerintahan Kerajaan dan/atau Kesultanan Buton karena dia merupakan ciri khas kultur masyarakatnya pada waktu itu. 
 
Jika ada pihak lain atau daerah lain ingin mengakui Honari Mosega sebagai miliknya maka berati Bobeto Mancuana ada dilain tempat selain Liya dan Sampolawa, sementara itu Kerajaan dan/atau Kesultanan Buton hanya memberikan kekuasaan Bobeto Mancuana pada dua wilayah yakni Sampolawa dan Liya.
 
Dengan demikian jika Mandati masih ingin menklaim bahwa Honari Mosega adalak miliknya maka buktikan dulu sejarahnya dan minta restu dulu dari Sara Wolio sebab sesungguhnya Honari Mosega muncul dari karakteristik dan kekhasan siafat-sifat sosial suatu daerah Liya yakni pemberani, suka berperang dan ahli kanukragan.
 
Polemik masalah Honari Mosega yang dihembuskan oleh kalangan masyarakat Mandati adalah merupakan embrio dari pada adanya migrasi orang-orang Liya sejak akhir Abad ke VII ke Mandati dengan tujuan awal untuk memperkuat kedudukan Sara Mandati hasil bentukan Raja Liya dan mereka akhirnya bermukim tetap disana lalu kawin dan memiliki keturunan-keturunan. 
 
Dari keturunan-keturunan mereka orang-orang asal Liya yang tinggal di Desa Mandati inilah yang memperkeruh keadaan dan mengaku-ngaku sebagai Honari Mosega milik mereka padahal sesungguhnya mereka itu tak lain berdarah asli Liya dan tidak begitu mendalami dan mengetahui sejarah yang benar dan asal muasal mengapa orang tua mereka hijrah ke Mandati pada zamannya ***

Sumber